Langgam.id - Harga gabah kering panen (GKP) atau harga padi kering di tingkat petani Sumatra Barat mengalami penurunan sebesar 4,56 persen per Mei 2020 dari bulan sebelumnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar mencatat dari tujuh daerah pertanian di daerah itu yang disurvei, mayoritas daerah mengalami penurunan harga gabah, kecuali Solok yang masih naik 1,96 persen.
Tujuh daerah penghasil padi yang disurvei itu adalah Kabupaten Pesisir Selatan, Solok, Tanah Datar, Agam, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Hasilnya, enam daerah mengalami penurunan dan satu daerah naik.
"Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan Mei 2020 dibanding bulan April 2020 untuk kualitas GKP mengalami penurunan sebesar 4,56 persen dari Rp5.710,25 per kg (April 2020) menjadi Rp 5.449,86 per kg (Mei 2020), dan di tingkat penggilingan mengalami penurunan sebesar 4,51 persen dari Rp 5.821,60 per kg (April 2020) menjadi Rp 5.559,22 per kg (Mei 2020," kata Pitono, Kepala BPS Sumbar, Selasa (2/6/2020).
Ia merinci di tingkat petani penurunan paling tajam terjadi di Pesisir Selatan sebesar 12,94 persen, kemudian Tanah Datar 7,5 persen, Limapuluh Kota 6,16 persen, Agam 3,81 persen, Pasaman 3,44 persen, dan Padang Pariaman 3,26 persen.
Begitu juga di tingkat penggilingan terjadi penurunan harga masing-masing Pesisir Selatan 12,84 persen, Tanah Datar 7,35 persen, Limapuluh Kota 5,92 persen, Agam 3,99 persen, Pasaman 3,37 persen, dan Padang Pariaman 3,16 persen.
BPS menemukan harga gabah kualitas GKP terendah pada Mei 2020 di tingkat petani dijumpai di Kabupaten
Pesisir Selatan, yaitu sebesar Rp4.571,00 per kg, sedangkan harga terendah di tingkat penggilingan juga di Kabupaten Pesisir Selatan, yaitu Rp4.646,00 per kg.
Sementara harga tertinggi ditingkat petani terjadi di Kabupaten Solok, yaitu sebesar Rp 6.700,00 per kg. Sedangkan harga tertinggi di tingkat penggilingan juga terjadi di Kabupaten Solok yaitu sebesar Rp 6.800,00 per kg.
Adapun, nilai tukar petani (NTP) di Sumbar juga mengalami penurunan 1,89 persen menjadi 97,73 dari bulan sebelumnya yang masih tercatat 99,62 poin.
Penurunan terjadi di seluruh subsektor pertanian, kecuali hortikultura yang meningkat 2,39 persen dari 96,33 poin menjadi 98,36 poin.
Penurunan paling dalam berasal dari subsektor perkebunan rakyat yang didominasi tanaman sawit dan karet. Subsektor ini turun 3,87 persen dari 98,25 poin menjadi hanya 94,45 poin. Wabah Covid-19 yang mengganggu perdagangan menjadi penyebab penurunan tersebut. (HF)