Pagi itu sunyi, matahari belum sepenuhnya muncul dari balik bebukitan, embun tipis perlahan mulai hinggap di atas rumput serta dedaunan.
Perlahan, dari ufuk timur, cahaya matahari mulai menembus daun-daun cemara yang tumbuh di atas bukit, biasnya menyisakan rona keemasan pada awan.
Sinarnya mulai mengusir rasa dingin yang menempel pada kulit, jauh di permukaan air, beling-beling cahayanya memantul di atas riak danau.
Segelas kopi panas diseruput oleh seorang pria yang sejak malam telah mendirikan tenda di kawasan Lawang Park, Kecamatan Matur Kabupaten Agam Sumatra Barat.
Sebelumnya, berbekal kompor gas mini, Hengky Renanda memanaskan air untuk kemudian diseduh bersama kopi lokal yang sudah dipersiapkan menjelang keberangkatan menuju lokasi perkemahan.
Tidak seperti biasanya, pagi itu hamparan panorama Danau Maninjau begitu bersih tanpa terhalang oleh sedikit pun embun.
Rumah-rumah yang berada di pinggir danau seolah hanya berupa titik kecil dari atas bukit dengan ketinggian lebih kurang 1.200 mdpl itu.
Sambil memegang gelas untuk memindahkan hawa panas ke tangannya, Hengky menyebutkan lokasi tersebut sangat cocok untuk menikmati Danau Maninjau dari ketinggian.
Pada siang hari, biasanya kawasan itu selalu dipadati oleh pengunjung, akan tetapi sangat jarang pengunjung yang memilih untuk melewati malam dengan berkemah.
Selain tenda dome yang ditempati oleh Hengky, juga berdiri dua buah tenda berwarna Hitam, merah dan kuning yang ditempati oleh serombongan pramuka asal Kota Bukittinggi.
"Pagi ini kami akan melanjutkan perjalanan menuju Danau Maninjau setelah kemarin berjalan dari Bukittinggi," kata Ferdi, salah seorang rombongan pramuka yang seluruhnya berjumlah 17 orang.
Asisten Manager Lawang Park, Masrialdi mengatakan, lahan yang memiliki luas lebih kurang 1 hektare itu selain dapat dikunjungi wisatawan di siang hari juga dapat dijadikan area perkemahan.
Menurutnya, di lokasi tersebut pengunjung yang ingin berkemah akan mendapatkan fasilitas kamar mandi serta air bersih, sebab biasanya kendala melakukan kemah di puncak bukit adalah ketersediaan air.
Tidak hanya itu, bagi pengunjung yang tidak memiliki perlengkapan kemah, pihaknya juga menyediakan tenda dome berbagai ukuran.
Sejauh ini, beberapa pengunjung yang pernah berkemah di lokasi itu biasanya berasal dari komunitas maupun kampus yang ada di Sumatra.
Ia menambahkan, selain panorama danau yang dapat dinikmati sejak matahari terbit, pada malam harinya orang yang berkemah juga dapat menikmati kerlipan lampu dari rumah penduduk yang mendiami sekeliling pinggiran danau.(SR)