Langgam.id - Video pidato Sukmawati Soekarnoputri dalam sebuah acara viral di media sosial (medsos) hingga pemberitaan media nasional. Dalam cuplikan video tersebut, putri proklamator ini membandingkan Nabi Muhammad SAW dengan Presiden Indonesia pertama Sukarno.
Sukmawati juga bertanya kepada peserta diskusi tentang siapa yang berjuang di abad 20 untuk kemerdekaan Indonesia, apakah Nabi Muhammad SAW atau Ir Soekarno. Kemudian dia juga mempertanyakan mana yang lebih bagus antara Alquran dan Pancasila.
Pernyataan itu lantas memancing berbagai reaksi masyarakat muslim dan juga para ulama. Termasuk Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Barat (Sumbar), Gusrizal Gazahar. Menurutnya, perbandingan yang dilakukan Sukmawati sangat jauh sekali untuk menjadi konsumsi publik. Apalagi hal itu diviralkan menjadi pendapat seorang tokoh.
"Saya rasa itu menunjukkan kaliber yang berbicara bukan seorang tokoh sama sekali. Kalau seorang tokoh bicara biasanya mempertimbangkan berbagai hal, kalau dia tidak paham biasanya dia menahan diri," kata Gusrizal pada langgam.id, Senin (18/11/2019).
Buya Gusrizal berpandangan bahwa Sukmawati tidak menunjukkan sedikit pun bagaimana sikap seorang Sukarno kepada Rasulullah SAW. Selain itu, pernyataannya juga tidak ilmiah sehinga tidak penting untuk dikomentari.
"Sesuatu yang telah jelas kemudian dibuat statement kontra, jadi menghabiskan energi. Yang perlu kita kaji, untuk apa dia berkata seperti itu dan kenapa dibiarkan," ujarnya.
Pertanyaan kenapa berkata dan dibiarkan begitu sangat mendasar untuk dijawab. Jangan sampai ada skenario yang dibuat untuk menghabiskan energi umat. Dia meyayangkan sikap Sukmawati yang tidak berkualitas dan cenderung melukai perasaan umat Islam.
"Atau karena lagi gencar-gencarnya soal radikalisme? Atau agar komponen umat bereaksi dan perangkapnya telah disiapkan? Jadi apa yang dituju oleh Sukmawati?" katanya.
Menurut Buya, sikap-sikap seperti itu tidak pernah terjawab di negeri ini. Tidak saja Sukmawati, ada sejumlah tokoh yang juga tidak jelas apa kemauannya. Seperti Ade Armando dan Abu Janda.
"Mereka itu maunya apa? Apakah mereka ingin menyingkirkan umat Islam dari panggung kehidupan bernegara? Cobalah berjelas-jelas," ujarnya.
Jika umat Islam terus disakiti, lanjut Gusrizal, lambat laun tentu akan ada reaksi balik. Bisa saja saat ada reaksi akan diberikan perangkap seperti menarasikan dan menstigma umat Islam radikal.
Ia mengimbau para tokoh tersebut menahan pernyataan yang menuai kontroversi. Ia juga meminta penguasa agar tidak melakukan pembiaran dan melakukan tindakan tegas. Apalagi, Sukmawati bukan kali pertama melayangkan pernyataan kontroversial.
"Saya tidak mengerti, ini negara dibangun di atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Tapi simbol umat Islam yang diyakini terus mendapatkan serangan," katanya.
Gusrizal mengapresiasi jika umat Islam merasa tersinggung. Namun ia mengimbau agar umat cerdas dalam menyikapi kemudian mencari tahu apa tujuan tokoh seperti itu mengeluarkan pernyataan demikian.
"Umat tersinggung, saya puji ketersinggungan umat, kenapa? Itu tanda masih ada kecintaan kepada nabi, sedangkan kecintaan kepada nabi adalah bagian dari keimanan, Alhamdulillah kalau tersinggung, berarti masih ada keimanan umat," ungkapnya.
Ia juga mendukung jika ada komponen umat Islam yang memprotes sesuai koridor hukum dan dan aturan yang berlaku. Hal itu merupakan tujuan dakwah menjaga kehormatan nabi. Ia tidak setuju jika ada umat yang bertindak diluar batas aturan yang ada.
"Saya mendukung umat yang menempuh jalur hukum, pergunakan itu untuk membela kehormatan Rasulullah," katanya.
Sementara mengenai pernyataan Sukmawati, dia mengatakan Sukarno merupakan salah seorang umat Islam. Sehingga membandingkan Sukarno dengan Nabi Muhammad SAW tidak bisa dilakukan.
"Nabi Muhammad SAW saja sulit dibandingkan dengan nabi lain, masa mau dibandingkan dengan umatnya," katanya.
"Membandingkan sesuatu dengan yang tidak sebanding itu biasanya dilakukan oleh orang bodoh, orang cerdas tidak akan melakukan itu," sambungnya. (Rahmadi/RC)