Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Ketua FKUP Sumbar menilai, hasil survei Setara Institute itu tak bisa dijadikan rujukan.
Langgam.id - Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Sumatra Barat (Sumbar), Duski Samad menilai hasil survei Setara Institute for Democracy and Peace terakait Indeks Kota Toleran (IKT) tahun 2021 tidak bisa jadi rujukan (tolak ukur-red) toleransi ataupun intoleransi di Indonesia.
"Kalau Setara yang bikin, namanya saja sudah setara, bagaimana di Padang dibikin setara, memang kita di Padang sudah mayoritas, ukurannya itu kan ingin menekan muslim agar kita setara, jadi menurut hemat saya itu tidak bisa dijadikan ukuran," ujar Duski kepada langgam.id, Jumat (1/4/2022).
Ditegaskan Duski, bahwa hasil survei Setara Institute soal IKT itu tidak bisa dijadikan ukuran, dan tidak bisa direspons sebagai sebuah realitas.
Sebagai sebuah survei, lanjut Duski, biar saja. Survei itu juga tergantung siapa respondennya. "Saya saja tidak pernah diminta jadi responden itu, sementara saya bergerak di kerukunan umat beragama," ucapnya.
Sebagi hasil survei, sebut Duski, itu hanya sebuah prosedur ilmiah yang tingkat kebenaran jauh lebih rendah dibandingkan yang lain. "Survei itu sangat di permukaan sekali. Sederhananya, jangan pegang survei. Apalagi survei kehidupan beragama," jelasnya.
IKT, tambah Duski, tidak bisa dijadikan ukuran tingkat toleransi kota di Indonesia, karena sangat sulit mengukur perasaan seseorang terhadap keberagaman. Perasaan seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial di sekitarnya.
"Bagaimana mensurvei perasaan seseorang. Perasaan seseorang itu sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial di sekitarnya," kata Duski.
Dikatakan Duski, seseorang yang belum berpengalaman dengan kehidupan plural, dipaksakan masuk ke dalam kehidupan plural, tentu tidak mungkin.
Menurutnya, IKT 2021 tersebut tidak bisa dijadikan rujukan, baik dalam akademik maupun untuk mengambil kebijakan.
Selain itu, Duski menyampaikan, kerukunan umat beragama di Sumbar selama ini terbilang bagus. Kerukunan umat beragama di tiga kota di Sumbar yang masuk IKT terendah 2021 versi Setara Institute itu juga aman saja.
Dia pun tidak yakin dengan tuduhan intoleran terhadap Sumbar. Buktinya, kata Duski, Sumbar atau di Padang khususnya, banyak gereja. Bisa dibuktikan, hampir tidak ada kehebohan soal sara di Sumbar.
"Definisi toleransi itu menghargai, menerima, mengakui. Kalau di Sumbar, sejak ada republik ini, orang Sumbar paling menghargai keberagaman itu," tegasnya.
Survei ini, tambah Duski, hanya bisa dinilai sebagai salah satu indikasi saja, tapi bukan untuk dipercayai. Selain itu, soal survei juga perlu diwaspadai karena ada kepentingan sponsor di belakangnya.
Diberitakan sebelumnya, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Serata Institute for Democracy and Peace merilis tingkat toleransi di kota seluruh Indonesia, termasuk di Sumbar.
Dalam rilis yang diterbitkan, Rabu (30/3/2022) itu, mencatat sebanyak 10 kota di Indonesia masuk dalam kategori daerah dengan toleransi yang tinggi atau bagus. Sebanyak 10 daerah ditetapkan sebagai daerah paling toleran di Indonesia.
Baca juga: Hasil Riset Setara Institute: Toleransi di Kota Padang, Padang Panjang dan Pariaman Rendah
Lalu, Serata Institut juga merilis 10 kota dengan kategori toleransi rendah, tiga di antaranya di Sumbar, yaitu Kota Padang, Padang Panjang, dan Pariaman. Tiga daerah di Sumbar masuk toleransi rendah bersama 7 daerah lain yaitu; Depok, Banda Aceh, Cilegon, Langsa, Sabang, Pekanbaru, dan Makassar.
—