Langgam.id - Gamawan Fauzi mengapresiasi langkah tanggap Nasrul Abit ketika menenangkan hati warga Minang, korban kerusuhan di Wamena, Papua, pada September 2019 lalu.
“Saya mencermati dengan sungguh-sungguh persoalan yang dihadapi warga Minang ketika terjadi kerusuhan di Wamena beberapa waktu lalu. Langkah Nasrul Abit sudah sangat tepat," kata Mendagri era Presiden SBY itu kepada Nasrul yang berkunjung ke kediamannya di Padang, beberapa waktu lalu.
Menurut putra asli Kabupaten Solok itu, pemimpin di Sumatra Barat tidak hanya ditempatkan sebagai pemimpin formal. Namun, di dalam dirinya harus melekat status seperti semboyang Minang "Pusek Jalo Pumpunan Ikan”. Gamawan menilai sikap itu yang ditunjukkan Nasrul Abit selaku Wakil Gubernur Sumbar ketika menyambangi warga Minang di Wamena.
“Pemimpin di Minang itu kayu gadang di tangah koto. Pai tampek batanyo, pulang tampek babarito. Kalau sekedar pemimpin formal, pasti tidak ada kewenangan Wakil Gubernur Sumbar untuk mengatasi kondisi dan situasi warga Minang di Wamena," tuturnya.
Menurut mantan Gubernur Sumbar itu, implementasi pemimpin yang memegang teguh kayu gadang di tangah koto, bisa memunculkan rasa sasakik sasanang, samalu sahino. Kaba buruak ba ambauan, kaba bayiak baimbauan.
“NA paham bagaimana kedudukan seorang pemimpin di Minangkabau” sebut Gamawan.
Di sisi lain, kata mantan bupati Solok dua periode itu, cara pandang dan berpikir orang birokrat dengan orang non birokrat dalam mengelola tatanan kepemerintahan, sangat jauh berbeda. Khusus di Sumbar, sejak zaman Gubernur Harun Al-Rasjid Zain hingga dirinya, Sumatra Barat dipimpin oleh orang-orang birokrat berpengalaman dan teruji.
Gamawan memang tidak gamblang menyebutkan tokoh yang dimaksud. Namun, dari percakapannya, dia menilai Nasrul memiliki fondasi kuat untuk memimpin Sumbar dengan latar belakang seorang birokrat.
Seperti diketahui, Wagub Sumbar itu sebelum memulai karir di dunia pemerintahan dan politik, dia dikenal sebagai seorang birokrat ulung. Nasrul punya banyak pengalaman dan teruji. Dia juga akan berpasangan dengan Indra Catri, seorang teknokrat ulung, dalam Pilkada Sumbar 2020.
“Saya, orang birokrat dan berangkat dari pengalaman birokrat. Tidak kader partai. Sejak dari pak Harun terakhir saya, itu mayoritas birokrat. Saya, berpengalaman menjadi staf orang-orang pemimpin yang berlatar belakang birokrat. Cara berpikir birokrat dengan cara berpikir non birokrat itu, beda. Silahkan diterjemahkan saja oleh media. Tapi, saya minta meski dari mana saja latar belakangnya, yang dilakukan pertama adalah, bagaimana konsistem pemilih itu sendiri tanpa menimbulkan konflik, friksi yang bisa merusak Sumbar. Kadang spirit untuk menang ini, melupakan etika moral dan sebagainya," tuturnya.
Sebagai tetua di Pemerintahan, Gubernur dan mantan Menteri Dalam Negeri, Gamawan berkeinginan Sumbar menjadi contoh penyelenggaraan pemilu yang baik. Dia meminta masing-masing calon menjaga kekompakan.
"Silahkan berkompetisi tapi tidak menyebar fitnah. Tidak melakukan trik yang merugikan orang lain. Silahkanm sukseskan diri dengan programnya, tapi jangan jatuhkan yang lain dengan cara yang tidak baik," tuturnya.
Terpisah, Nasrul Abit mengatakan, dari pertemuan singkat antara dirinya dengan Gamawan Fauzi, banyak sekali wejangan atau nasihat yang disampaikan oleh birokrat senior itu.
Gamawan menitipkan pembangunan Sumbar dilanjutkan bahkan diperkuat lagi apabila kemudian diberikan amanah oleh masyarakat dan terpilih sebagai Gubernur Sumbar untuk lima tahun kedepan.
“Alhamdulillah, kemarin saya bertemu dengan pak Gamawan. Beliau menitipkan pembangunan. Bukan hanya infrastrukstur saja. Banyak hal. Saya sampaikan terima kasih banyak atas semua masuka dan suport beliau,” katanya. (*/ICA)