LANGGAM.ID - Kepala daerah diminta untuk tidak terjebak dengan popularitas sosial media saat kinerja program-programnya masih dipertanyakan. Ditambah saat ini masyarakat masih dihadapi dengan kondisi perekonomian yang sulit.
Pengamat komunikasi politik Universitas Andalas, Najmuddin Rasul mengatakan, saat ini bukan lagi masa kampanye dimana kepala daerah berlomba-lomba mencari pencitraan. Saat terpilih dan dilantik maka tugas kepala daerah adalah mengabdi dan menunaikan janjinya.
"Publik sudah jenuh dengan gaya pencitraan pejabat di sosial media saat ini. Kepala daerah yang menjabat saat ini jangan lagi terjebak di masa kampanye yang mencari pencitraan," katanya, Selasa (30/9/2025).
Menurut Najmuddin fenomena ini tidak lepas dari kontestasi politik saat ini dalam mencari calon kepala daerah bermodalkan elektabilitas dan finansial akibatnya pemimpin daerah saat ini hanya berorientasi pada popularitas dan pencitraan.
Selain itu, sambung Najmuddin popularitas di sosial media juga terkesan tidak organik lantaran tidak jelas pihak-pihak yang membangun perbincangan di jagat maya tersebut. "Terkesan seperti masa kampanye," ujarnya.
Najmuddin menambahkan, saat ini waktunya kepala daerah pembuktian atas program yang mereka janji dengan pencitraan-pencitraan masa kampanye. Terlebih saat ini masyarakat dihadapi dengan kondisi perekonomian yang sulit, butuh perhatian serius dari pemerintah.
Ia menilai, jika pun kepala daerah populer mestinya karena kinerja atau prestasi yang diraih, bukan sekadar populer di sosial media. "Mestinya populer karena aspek kinerjanya," kata Najmuddin.
Termasuk juga sambung Najmuddin riset analitik di sosial media yang menyematkan wakil gubernur Sumbar Vasko menjadi wagup terpopuler di sosial media. "Kalau dari komunikasi politik ini bisa dilihat dari dua arah. Pertama riset ini digunakan oleh kelompoknya untuk mendukung Vasko. Kedua ini juga bisa dilihat untuk membuat jarak antara Vasko sebagai wakil dengan Gebernur Mahyeldi," ujarnya.
Apalagi, kata Najmuddin lembaga yang meriset terkait popularitas wagub di sosial media ini tidak jelas, sehingga agenda setting dari riset ini cukup kentara. "Bisa jadi ini dari kelompok yang mendukung, atau bisa jadi juga ini dari kelompok lawan politiknya," katanya.
Menurutnya, gelar populer Vasko ini jika terus dipublikasikan akan menimbulkan dampak negatif terhadap hubungan Vasko dan Mahyeldi kedepan. (fx)