Langgam.id - Pemerintah Provinsi Sumatra Barat mengakui luas panen padi di daerah itu tahun ini berpotensi turun karena cuaca ekstrem yang melanda di berbagai daerah yang menyebabkan gagal panen.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) Sumbar Syafrizal mengatakan di sejumlah daerah terjadi perubahan cuaca dan serangan hama yang mengganggu produksi.
"Di Mentawai kemarau panjang, sehingga padi ladang banyak yang mati, di Agam banjir longsor, di Dharmasraya puso, juga yang lain," katanya, Kamis (5/11/2020).
Ia memperkirakan luas panen padi tahun ini sedikit turun dari 559.461 hektare pada tahun lalu menjadi hanya 557.868 hektare atau mengalami penurunan sekitar 1.593 hektare.
Syafrizal menjabarkan bencana kemarau, banjir, longsor hingga puso di berbagai daerah menyebabkan berkurangnya luas lahan panen padi di daerah itu.
Kemudian, banjir di wilayah Kamang Magek dan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, banjir di Asam Jujuhan Kabupaten Dharmasraya, dan perbaikan irigasi yang jebol di Kinali Kabupaten Pasaman Barat.
Selain itu, juga serangan hama wereng coklat dan tikus di Kabupaten Padang Pariaman, juga alih fungsi lahan ke komoditas bawang merah di Kabupaten Solok, serangan hama di Lubuk Kilangan, Lubuk Begalung, dan Bungus, serta alih fungsi lahan ke komoditi jagung di Payakumbuh.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi padi Sumatra Barat tahun ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, menyusul juga turunnya luas lahan panen.
Kepala BPS Sumbar Pitono mengatakan angka sementara perkiraan produksi padi sepanjang Januari – September tahun ini sebesar 1,06 juta ton gabah kering giling (GKG) atau turun 8,34 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,16 juta ton.
“Total perkiraan (angka sementara) produksi padi Sumbar tahun ini sebanyak 1,45 juta ton, atau turun 2,17 persen dari tahun sebelumnya 1,48 juta ton,” katanya.
Ia menyebutkan potensi produksi sepanjang Oktober hingga Desember tahun ini sebesar 387.250 ton GKG. Sehingga, total potensi produksi pada tahun 2020 diperkirakan mencapai 1,45 juta ton, atau mengalami penurunan sebanyak 32.160 ton (2,17 persen).
Lebih lanjut, produksi padi tertinggi pada 2020 ini terjadi pada bulan Oktober, yaitu sebesar 179.960
ton, sementara produksi terendah terjadi pada bulan September yaitu sebesar 83.410 ton. Sementara tahun lalu, produksi tertinggi terjadi pada bulan Maret.
Adapun, tiga daerah kabupaten dan kota dengan total potensi produksi padi (GKG) tertinggi pada 2020 adalah
Kabupaten Agam, Kabupaten Tanah Datar, dan Kabupaten Solok. Sementara itu, tiga daerah dengan potensi produksi padi terendah adalah Kabupaten Kepulauan Mentawai, Kota Bukittinggi, dan Kota Padang Panjang.
“Perkiraan penurunan produksi padi itu juga sejalan dengan hasil survei perkiraan turunnya luas lahan panen,” ujarnya.
BPS mencatat luas lahan panen padi sepanjang Januari hingga September 2020 sebesar 227.490 hektare,
atau mengalami penurunan sekitar 15.630 hektare sekitar 6,43 persen dibandingkan 2019 yang mencapai
sebesar 243.120 hektare.
Sementara itu, potensi panen sepanjang Oktober hingga Desember tahun ini sebesar 81.880 hektare. Dengan demikian, total potensi luas panen padi pada 2020 mencapai 309.370 hektar, atau mengalami penurunan sekitar 2,310 hektar (0,74 persen) dibandingkan tahun lalu yang mencapai 311,670 hektar. (HFS)