Langgam.id - Bank Indonesia menilai meningkatnya pasokan komoditas mendorong Provinsi Sumatra Barat mengalami deflasi pada Juli 2024 sebesar 1,07 persen secara bulanan atau month to month (mtm) dari bulan sebelumnya. Meski secara tahunan (yoy) masih terjadi inflasi 2,44 persen.
Deflasi di Sumatra Barat terutama dipengaruhi oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami deflasi paling tinggi yaitu sebesar 3,34 persen (mtm) dengan andil deflasi 1,14 persen (mtm).
Selain itu, beberapa komoditas dominan yang mempengaruhi inflasi, pada kelompok tersebut yaitu, cabai merah, bawang merah, dan daging ayam ras dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,71 persen, 0,28 persen; dan 0,05 persen (mtm).
Bank Indonesia menyatakan penurunan harga beberapa komoditas pangan dipengaruhi oleh meningkatnya pasokan baik dari dalam maupun luar Sumatera Barat.
"Selain itu, mulai beroperasinya jalan nasional utama Padang-Bukittinggi via Padang Panjang memperlancar distribusi yang turut menurunkan biaya logistik," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Mohamad Abdul Majid Ikram, dalam keterangan tertulis, Minggu (4/8/2024).
Ia merinci, kelompok penyumbang deflasi Sumatera Barat selanjutnya adalah kelompok transportasi yang mengalami deflasi sebesar 0,08 persen (mtm) dengan andil deflasi 0,01 persen(mtm). Komoditas dominan yang mempengaruhi deflasi pada kelompok tersebut adalah tarif angkutan udara dengan andil deflasi sebesar 0,02 persen (mtm).
Deflasi yang lebih dalam tertahan oleh kelompok pendidikan yang mengalami inflasi sebesar 1,03% (mtm) dengan andil inflasi 0,05% (mtm). Komoditas yang menahan deflasi pada kelompok pendidikan adalah sekolah menengah atas, sekolah dasar, dan bimbingan belajar dengan andil inflasi masing-masing sebesar 0,02%; 0,02%; dan 0,01% (mtm).
"Meningkatnya biaya pendidikan sejalan dengan momentum tahun ajaran baru," ujarnya.
Adapun, seluruh kabupaten/kota penghitung inflasi Provinsi Sumatera Barat mengalami deflasi dengan Kabupaten Pasaman Barat mencatatkan deflasi tertinggi. Kabupaten Pasaman Barat mencatatkan realisasi deflasi sebesar 1,74 persen (mtm) pada bulan Juli, dibandingkan bulan Juni 2024 yang mengalami inflasi sebesar 0,10 persen (mtm).
Kota Padang mencatatkan deflasi 0,87 persen (mtm), dibandingkan realisasi inflasi pada Juni 2024 sebesar 0,08 persen (mtm). Kabupaten Dharmasraya juga mencatatkan deflasi sebesar 1,52 persen (mtm) dibandingkan Juni 2024 yang mengalami inflasi sebesar 0,56 persen (mtm). Kota Bukittinggi tercatat mengalami deflasi sebesar 0,60 persen (mtm), dibandingkan bulan Juni 2024 yang mengalami inflasi sebesar 0,22 persen (mtm).
Komoditas utama yang menyebabkan deflasi adalah berbagai komoditas pangan serta tarif angkutan udara.
Secara tahunan, seluruh kabupaten/kota IHK tersebut tercatat mengalami inflasi, dengan rincian dari tertinggi ke terendah Kabupaten Pasaman Barat sebesar 3,32 persen (yoy), Kota Bukittinggi sebesar 2,95 persen (yoy), Kabupaten Dharmasraya 2,48 persen (yoy), dan Kota Padang 2,11 persen (yoy).
Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Barat terus berkomitmen untuk mengendalikan inflasi tetap terkendali dan berada di sekitar target 2,5 persen plus minus 1 persen (yoy).
"Kita optimistis dengan berbagai upaya, inflasi Sumbar di akhir tahun berada pada kisaran target 2,5 persen plus minus 1 persen," katanya. (*/Fs)