Langgam.id - Memasuki bulan November, sebagian besar daerah di Sumatra Barat (Sumbar) dilanda hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memberi peringatan dini untuk sejumlah wilayah berpotensi hujan pada Selasa (26/11/2019).
Kepala Stasiun Pemantau Atmosfer Global (SPAG/GAW Bukit Kototabang, Wan Dayantolis, mengatakan dari pantauan BMKG awal musim hujan di sebagian besar di Indonesia terjadi pada November. Sebagian wilayah lainnya memiliki awal musim hujan yang lebih awal pada Oktober dan sebagian lainnya lebih lambat yaitu pada Desember.
Musim hujan membawa dampak positif maupun negatif. Hujan datang membawa air guna kebutuhan masyarakat yang sebelumnya mungkin mengalami krisis air bersih pada saat kemarau.
Musim hujan juga menurunkan tingkat kejadian kebakaran hutan. Lebih lanjut lagi saat musim hujan tiba, udara akan lebih bersih karena polutan di udara akan tercuci oleh air hujan.
"Selain dampak positif, terdapat beberapa hal yang menjadi dampak negatif saat musim hujan tiba. Dengan mengetahui dampak negatif, kita bisa mengantisipasi resiko yang dapat terjadi," ujarnya, Selasa (26/11/2019).
Berikut dampak negatif musim hujan:
1. Banjir
Dampak negatif yang paling umum saat musim hujan tiba adalah terjadinya banjir. Hujan memang bukan satu-satunya penyebab utama banjir. Ada faktor yang lain seperti sistem drainase, alih fungsi lahan hingga kerusakan ekosistem di daerah hulu.
Namun datangnya musim hujan menjadi pemicu utama terjadinya banjir. Pada saat hujan sangat deras kemudian sistem drainase tidak sanggup mengalirkan air tentu saja memunculkan genangan air di mana-mana.
Kondisi tersebut diperparah jika terjadi perubahan fungsi di bagian hulu. Hujan yang tiba akan menghanyutkan apa saja yang dilewatinya yang kemudian menjadi banjir bandang.
Hingga saat ini, menurut data dari BNPB untuk 2019 saja tercatat sudah terjadi 343 kejadian banjir. Jawa Tengah merupakan provinsi dengan kejadian banjir terbanyak di Indonesia.
2. Tanah longsor
Pada saat kemarau, akan banyak vegetasi yang mati. Akibatnya akar-akar tanaman yang mengikat tanah juga hilang. Saat musim hujan tiba, air hujan akan menggerus permukaan tanah dan mengalirkannya mengikut aliran air hujan.
Jika hujan sangat lebat dan berlangsung dalam waktu yang lama maka air hujan yang masuk ke pori-pori tanah semakin banyak. Saat tanah tidak lagi kuat menahan maka terjadilah tanah longsor. Inilah salah satu dampak negatif jika musim hujan tiba.
3. Ancaman lahan pertanian
Tanaman membutuhkan air, namun jika jumlah airnya berlebihan seperti saat musim hujan maka akan membawa dampak buruk juga bagi pertanian.
Hujan yang deras akan menghanyutkan lapisan subur pada tanaman. Bahkan jika terjadi banjir pada lahan pertanian maka tanaman akan rusak bahkan ikut hanyut bersama banjir.
Musim hujan juga menyebabkan kelembapan meningkat yang akan membuat penyakit tanaman mudah berkembang biak. Tentunya ini akan membawa kerusakan pada tanaman.
Saat musim hujan penyinaran matahari juga akan rendah. Hal ini akan berdampak pada kualitas tanaman karena proses fotosintesis tidak akan optimal.
4. Keamanan transportasi
Jalanan saat musim hujan akan selalu basah karena air hujan. Berkendara akan menjadi sulit karena jalan menjadi licin. Badan mudah slip pada akhirnya rawan terjadi kecelakaan.
Pada bandara, landasan pacu yang licin akan membahayakan operasional pesawat saat lepas landas ataupun mendarat. Pesawat akan mudah tergelincir.
5. Meningkatnya penyebaran penyakit
WMO menyebutkan terjadi peningkatan penyakit demam berdarah pada saat musim hujan. Lingkungan yang lembab dan banyaknya genangan akibat hujan membuat nyamuk demam berdarah cepat berkembang biak.
Di Indonesia, BMKG dan Pemprov DKI membuat kerjasama mengenai Informasi Peringatan Dini DBD Berbasis Iklim. Kegiatan tersebut berupa tersedianya peta prediksi kelembapan udara yang menentukan probabilitas vektor demam berdarah. Dapat diakses pada: http://dbd.bmkg.go.id/
Selanjutnya untuk mengantisipasi dampak negatif musim hujan antara lain:
-Memantau informasi peringatan dini. Informasi ini disediakan oleh BMKG dapat dapat diakses via webiste maupun aplikasi pada ponsel pintar.
-Mengenali pola iklim di daerah sekitar tempat tinggal. Dengan mengetahui pola iklim kita bisa mengetahui periode musim hujan sehingga mengetahui potensi kejadian banjir.
-Mengenali daerah-daerah yang rawan terkena banjir dan longsor. Daerah aliran sungai dan kawasan dengan kemiringan tertentu biasanya merupakan daerah yang rentan dilanda banjir dan juga tanah longsor.
"Kemudian menerapkan budaya cinta lingkungan. Sebagaimana jargon BNPB, kita jaga alam maka alam jaga kita. Kita tidak bisa mencegah datangnya banjir, tapi kita bisa meminimalisir resiko yang terjadi akibat banjir," katanya. (Rahmadi/RC)