Langgam.id - InnoStove berkolaborasi dengan Patahan Sumatra Institute mengembangkan kompor berbahan bakar limbah.
Kompor ramah lingkungan tersebut dapat difungsikan menggunakan oli bekas, minyak jelantah dan bahan bakar dari biomassa.
Marketing InnoStove, Andika Rida Putra mengatakan bahwa kompor tersebut dapat mengantisipasi kelangkaan gas LPG yang terjadi saat ini.
"Jadi ini kebetulan sangat cocok sekali. Apalagi dengan momentum sekarang, akibat kelangkaan gas yang sudah susah mendapatkan, terkhususnya gas 3 kilo," ujar Andika, Kamis (6/2/2025).
Ia mengatakan kompor ramah lingkungan tersebut menggunakan bahan bakar yang mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti biomassa maupun minyak jelantah.
"Bahan bakarnya itu terdiri dari minyak jalantah, oli bekas, dan sampah-sampah biomasa seperti kayu, daun kering, bahkan plastik," bebernya.
Untuk mendapatkan kompor tersebut, Andika menyebut masyarakat bisa membayar dengan harga cukup terjangkau. Harganya mulai dari Rp650 ribu hingga Rp2 juta.
"Mulai yang paling kecil ini, kita bandol dengan harga Rp650.000, kemudian ada di atas ini sekitar Rp1.000.000 untuk ukuran besar skala UMKM. Kemudian ada juga yang harganya sekitar Rp2.000.000," jelasnya.
Andika menjelaskan bahwa untuk ukuran apinya cukup besar di bandingkan kompor gas pada umumnya.
"Ukuran apinya bisa dilihat sendiri, ini bisa lebih panas. Untuk ukuran yang sekecil ini, dari kompor gas yang biasa dan ukuran rumahan bisa jadi lebih panas," sebutnya.
"Kompor ini juga tidak menimbulkan asap," tambahnya.
Direktur Patahan Sumatra Institute, Ade Edward mengatakan adanya kompor gas tersebut selaras dengan isu global. Di mana Indonesia perlu mengingatkan pengembangan penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT).
"Indonesia perlu energi ramah lingkungan, yang sudah saatnya meninggalkan energi fosil. Seperti minyak dan gas," jelasnya.
"Itu kan harus dikurangi. Salah satu energi baru terbarukan itu adalah biomassa," tambahnya.
Ade mengatakan, biomassa itu bahan-bahan organik seperti kayu, bambu, kertas, dan lain-lain. Hal ini perlu dikembangkan sehingga bisa menggunakan semua bahan.
"Sehingga ini juga selaras dengan bagaimana mengurangi limbah rumah tangga. Jadi limbah organik rumah tangga itu bisa dimasukkan menjadu bahan bakar," bebernya. (Iqbal/yki)