Berita Sumbar terbaru dan terkini hari ini: Lima perempuan Minang yang pernah jadi ibu negara, dari Indonesia hingga negeri tetangga, Malaysia.
Langgam.id - Sejatinya, perempuan merupakan sumber kekuatan, bahkan itu pernah dituliskan Soejatin (1998: 69) dalam buku Sejarah Setengah Abad Pergerakan Perempuan Indonesia.
"If ever the world sees time, when all woman come together purely for the benefit of mainkind, if would be power such as the world has never know," tertulis dalam buku tersebut.
Tak hanya itu, dikutip dari buku Studi Sejarah Perempuan Islam: Bagaimana Kita Terlihat dalam Kekacauan Ini, menuliskan keterangan Herlina atau yang dijuluki Pending Emas.
"Bagaimana pun keadaannya, ku kira setiap orang ingin bermakna dalam hidupnya. Apa dan bagaimana yang dimaksud dengan hidup bermakna itu, tentulah selalu menjadi pertanyaan, dan sekaligus menjadi serangkaian upaya yang tak henti-hentinya bagi setiap orang yang menjadikannya benar-benar nyata hidupnya," tertulis dalam buku itu.
"Tidak hanya untuk diriku, tetapi juga untuk masyarakat dan bangsaku, bagi kejayaan tanah air dan negaraku: Indonesia! Dan lebih dari itu semua upaya untuk bermakna dalam hidup ini bermuara pada Allah Maha Pencipta, Allah yang dengan rahmat dan karunia-Nya telah menghadirkan manusia di bumi ini, di negeri masing-masing tempat setiap orang bisa hidup dan berbakti," kata Herlina dalam buku tersebut.
Namun, semakin dibuka, akan sekamin banyak mata yang menyaksikan sisi keberadaan perempuan dalam sejarah. Lama-kelamaan akan muncul rasa kekaguman.
Namun, terkadang kekaguman itu tak sebatas pada aksi politik dan sosial tokoh, lambat laun kerap mengarah pada ciri fisik, salah satunya menjadi daya tarik.
Banyak kisah tentang perempuan yang telah menjadikan Indonesia bermakna, baik dari masa penjajahan hingga saat sekarang, termasuk perempuan-perempuan di Minang.
Kali ini, dari sekian banyak sejarah tentang perjuangan perempuan untuk mengangkat harkat dan martabatnya, kita akan membahas secuil kisah perempuan Minang yang pernah menjadi ibu negara.
Bahkan, perempuan Minang yang pernah menjadi ibu negara tak hanya di Indonesia, tapi juga di negara tetangga, yaitu Malaysia.
Berikut lima perempuan Minang yang pernah menjabat sebagai Ibu Negara:
Fatmawati
Dikutip dari buku Sejarah Pesisir Selatan yang ditulis Agus Yusuf: 1986. Fatmawati merupakan anak dari pasangan Hasan Din dan Siti Chadijah.
Orang tua Fatmawati merupakan keturunan Putri Inderapura, salah seorang keluarga raja dari Kesultanan Inderapura, Pesisir Selatan, Sumbar.
Ayah Fatmawati, Hasan Din merupakan seorang pengusaha dan tokoh Muhammadiyah di Bengkulu. Ia lahir di Padang, 1905 dan wafat 1974.
Fatmawati lahir di Bengkulu, 4 Februari 1923, ia lahir diberi nama Fatimah, dan menjadi Ibu Negara Indonesia pertama, yaitu dari tahun 1945 sanpai 1967.
Fatmawati juga terkenal dengan jasanya menjahit Sang Saka Merah Putih.
Nelly Adam Malik
Nelly Adam Malik atau dengan nama asli Nelly Isyas, merupakan perempuan Minang yang lahir 15 Mei 1925. Nelly (ibu negara) merupakan istri dari Wakil Presiden Indonesia ke-3, Adam Malik yang menjabat sejak 1978 sampai 1983.
Nelly adalah putri kedua dari pasangan perantau Minang, Datuk Ilyas dengan gelar Rajo Mara dan Siti Zuleiha.
Dikutip dari buku Srikandi: Sejumlah Wanita Indonesia Berprestasi, selain sebagai istri pejabat tinggi negara, Nelly juga aktif di berbagai organisasi sosial kemasyarakatan,
Nelly sangat peduli terhadap masalah sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Bahkan, ia pernah mendapatkan penghargaan Bintang Mahaputra.
Mufidah Jusuf Kalla
Mufidah Mi'ad atau yang dikenal Mufidah Jusuf Kalla merupakan perempuan Minang yang lahir di Kota Sibolga Sumatra Utara (Sumut) 12 Februari 1943.
Mufidah adalah putri dari Buya Mi'ad dan Siti Baheram, pasangan perantau Minang asal Lintau Buo, Tanah Datar, Sumbar, yang awalnya menetap di Sibolga, kemudian pindah ke Makassar, Sulawesi Selatan.
Mufidah kenal dengan Jusuf Kalla sejak sekolah SMA di Makassar, dan kemudian menjadi pasangan suami istri.
Selain sebagai ibu negara istri dari Wakil Presiden Indonsia ke-10 dan 12, Mufidah juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) hingga tahun 2015.
Mufidah juga pernah menerima tanda kehormatan Bintang Mahaputra Adipradana, karena menjabat sebagai ibu negara dua periode, 2004-2009 dan 2014-2019.
Siti Hasmah Mohammad Ali
Siti Hasmah Mohammad Ali merupakan istri dari Perdana Menteri Malaysia ke-4 dan ke-7, Tun Mahatir Mohamad.
Dikutip dari buku TUN DR Siti Hasmah Mohd Ali The Accidental Doctor, disebutkan bahwa Siti Hasmah adalah anak dari Mohamad Ali bin Taib dan Siti Khatijat binti Ahmad, keturunan Minangkabau.
Siti merupakan salah satu wanita Melayi pertama yang mengambil kursus kesehatan setelah Perang Dunia II.
1955, ia lulus sebagai dokter dari Fakultas Kedokteran Universitas Malaya di Singapura.
Siti Hasmah lahir 12 Juli 1926 di Klang Selangor Negeri-negeri Melayu Berskutu atau yang kini dikenal Malaysia.
Rosmah Mansor
Rosmah Mansor merupakan istri dari Perdana Menteri ke-6 Malaysia, Tun Najib Razak. Rosmah lahir 10 Desember 1951.
Dikutip dari buku Biography of Rosmah Mansor, wife of Najib Tun Razak, the sixth Prime Minister of Malaysia yang ditulis Siti Rohayah Atan, disebutkan bahwa Rosman merupakan anak dari perantau Minang asal Sarilamak, Limapuluh Kota.
Orang tua Rosmah yaitu Mansor Katas (ayah) dan Fatimah Keda (ibu).
Bahkan, Kerajaan Pagaruyung juga menganugerahkan gelar kehormatan untuk Rosmah, yaitu Darjah Kebesaran Kerabat yang Dipertuan Gadih Minang.
Baca juga: Tradisi, Lingkungan dan Perempuan Minang dalam Dokumentasi Audiovisual
Selain itu, Rosmah juga aktif memimpin berbagai organisasi di Malaysia, di antaranya sebagai President of the Welfare Association of Minister's Wives (BAKTI), Malaysia Aids Council, dan juga Thalasemia Association.
—