Implementasi Pembelajaran Budaya Alam Minangkabau Guna Melestarikan Budaya & Kearifan Lokal Sumatera Barat

Implementasi Pembelajaran Budaya Alam Minangkabau Guna Melestarikan Budaya & Kearifan Lokal Sumatera Barat

Putra Melandry (Foto: Dok. Pribadi)

Minangkabau atau biasa disebut Minang merupakan kelompok etnik yang menghuni beberapa wilayah Sumatera, pusatnya di Sumatera Barat. Sumatera Barat adalah sebuah daerah yang sangat kaya akan kebudayaan dan keindahan alamnya. Implementasi pembelajaran budaya alam Minangkabau merupakan upaya untuk menjaga dan melestarikan warisan alam dan kearifan lokal yang berharga melalui institusi pendidikan ke anak-anak Sekolah Dasar dan SMP di Sumatera Barat.

Terdapat lima tujuan pembelajaran BAM yang ditetapkan dengan keputusan Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan nomor 011.08.C.1994 dan 012.08.C.1994 pada tanggal 1 Februari tahun 1994. Tujuan tersebut berbunyi “Pelajaran Budaya Alam Minangkabau bertujuan agar siswa mengenal, memahami, menghayati, mengapresiasi, dan menerapkan nilai-nilai budaya alam Minangkabau dalam kehidupannya sehari-hari.”

Diadakannya pembelajaran Budaya Alam Minangkabau disingkat BAM merupakan bentuk nyata pelestarian kearifan lokal melalui jalur pendidikan, apalagi pembelajaran BAM ini merupakan mata pelajaran wajib yang harus diajarkan oleh siswa SD dan SMP, bukan mata pelajaran pilihan semata.

Pembelajaran BAM di tingkat SD

Implementasi materi BAM di tingkat SD lebih mengutamakan keterampilan dasar dan mengenal konsep-konsep adat-istiadat kedalam bentuk yang kongkret. Maksudnya, materi yang diajarkan kepada siswa-siswi SD harus bisa dipraktikkan oleh para siswa-siswi dalam kehidupan sehari-harinya sehingga menjadi keterampilan dalam kehidupannya. Misalnya, dalam materi pembelajaran tentang peran niniak mamak dalam kehidupan sehari-hari, para siswa-siswi harus tau siapa saja niniak mamak mereka dan bagaimana ia berperilaku kepada niniak mamak nya dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran BAM di tingkat SMP

Pada tingkatan ini materi pembelajaran BAM mengutamakan keterampilan-keterampilan yang sifatnya lebih tinggi kepada para siswa-siswi. Misalnya materi pembelajaran tentang sastra Minangkabau, seperti pantun dan gurindam, serta pasambahan dan patatah-patitiah. Tetapi, keterampilan dasar yang diajarkan dan diperoleh di SD tetap dikembangkan ke arah yang lebih tinggi.

Manfaat dari implementasi pembelajaran BAM

Implementasi pembelajaran BAM merupakan salah satu upaya yang sangat baik untuk melestarikan kearifan lokal melalui jalur pendidikan. Tentunya hal ini memiliki banyak manfaat baik untuk para siswa-siswi sendiri maupun untuk masyarakat luas.

  1. Kearifan lokal menjadi lestari dan terjaga

Melalui pembelajaran BAM, generasi muda di Sumatera Barat dapat mengetahui dan memahami kearifan lokal, sehingga budaya kearifan lokal minangkabau dapat terus eksis dan tersebar ke berbagai generasi serta lapisan masyarakat. Karena siswa-siswi dikenalkan tentang kebudayaan daerah Sumatera Barat mulai dari baju adat, rumah adat, hingga wisata adat. Hal ini merupakan upaya guna anak-anak remaja tidak terlalu termakan oleh eksisnya kebudayaan luar contohnya budaya Korean wave yang sudah menjamur dimana-mana.

  • Menjadikan generasi muda memiliki sikap dan karakter yang kuat

Karena pembelajaran BAM menjurus pada pembinaan sikap mental dan keterampilan hidup yang sesuai adat budaya di minangkabau dan juga syariat-syariat Islam. Seperti mengajarkan siswa-siswi tentang kato mandata, kato manurun, kato mandaki, dan kato malereang yaitu bagaimana cara kita berkomunikasi dalam kehidupan sehari-sehari, siswa-siswi juga diajarkan sopan santun, cara bersikap hingga cara berpakaian.

Dengan demikian, implementasi pembelajaran BAM bukan semata hanya tentang memahami kebudayaan dan kearifan lokal semata, tetapi juga suatu langkah untuk melindungi dan melestarikan kebudayaan minangkabau ditengah pesatnya globalisasi dan maraknya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia. Namun perlu disimak bahwa pembelajaran budaya lokal bukanlah untuk menanamkan rasa kedaerahan yang berlebihan, arogansi kultural lokal, apalagi khauvinisme. Akan tetapi justru memperkuat akar pijakan individu maupun sosial dalam budayanya sendiri, yang pada akhirnya memperkokoh budaya dan ketahanan nasional (Nursaid, 2007).

*Penulis: Putra Melandry (Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas)

Baca Juga

Pada pertengahan Februari 2025 lalu kita dapat melihat ribuan pelajar di sejumlah daerah di Papua, terutama Papua Pegunungan turun
Narasi Tandingan dari Tanah Papua: Protes Pelajar sebagai Kritik terhadap Kebijakan Publik yang Tidak Kontekstual
Ada pepatah lama yang berbunyi, “Sedia payung sebelum hujan”. Sayangnya, bagi Generasi Z (GenZ), payung itu kadang terlupakan
Zona Eksploitasi: Arena Pencabulan Identitas dan Pamer Kebodohan
Akhir-akhir ini, kasus kekerasan seksual semakin meningkat. Yang menjadi perhatian yaitu pelaku merupakan mereka yang memiliki jabatan,
Kekerasan Seksual oleh Aparat Negara, Bukti Nyata Gagalnya Etika Profesi dan Penegakan Hukum di Indonesia
Wacana perbaikan transparansi dalam pembentukan RUU Kepolisian Republik Indonesia (Polri) yang disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto
RUU Polri dan Janji Transparansi Prabowo: Antara Kebutuhan Reformasi dan Ancaman Superbody
Bukan Sekadar Komparasi: Upaya Menolak Bisik-Bisik dalam Demokrasi
Bukan Sekadar Komparasi: Upaya Menolak Bisik-Bisik dalam Demokrasi
Mencari Julukan Presiden Prabowo Subianto
Mencari Julukan Presiden Prabowo Subianto