Langgam.id - Kementerian Agama menyatakan pihaknya telah menyiapkan skenario penyelenggaraan haji 2021. Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) Ramadhan Harisman, ada enam skenario berbasis kuota yang telah disiapkan oleh tim manajemen krisis terkait persiapan haji.
"Kita telah menyusun skenario untuk kuota 100 persen, 50 persen, 30 persen, 20 persen, 10 persen, dan 5 persen,” katanya dikutip dari Tempo.co, Rabu (31/3/2021).
Menurut Ramadhan, selain kuota, skenario juga dibuat berbasis penerapan protokol kesehatan. Artinya, masing-masing skenario kuota dibuat dalam skema penerapan prokes dan tanpa penerapan prokes.
"Skenario yang disiapkan juga mempertimbangkan adanya pembatasan rentang usia dan tanpa pembatasan rentang usia," ujarnya.
Ramadhan menjelaskan, besaran kuota akan berpengaruh pada lama masa tinggal. Semakin banyak kuotanya, semakin lama masa tinggal jemaah. Jumlah kuota ini juga akan berdampak pada aspek biaya haji.
Salah satu aspek yang menjadi pertimbangan dalam menyusun skenario ini adalah kebijakan Saudi terkait penyelenggaraan haji 2021. Ramadhan menuturkan, pada 2020, jemaah haji dibatasi hanya bagi warga Saudi (30 persen) dan ekspatriat yang tinggal di Saudi (70 persen).
Saat itu, ada pembatasan usia. Untuk warga Saudi, rentang usia jemaah yang diizinkan pada haji 2020 adalah rentang 20-60 tahun. Sementara untuk ekspatriat, 20-50 tahun. "Jemaah haji 2020 juga dipersyaratkan tidak punya penyakit kronis dan tidak hamil," katanya.
Kebijakan lainnya ialah terkait tes ovid-19 saat jemaah tiba di Makkah dan saat akan pulang. Jemaah 2020, kata Ramadhan, juga harus menjalani karantina, yaitu 10 hari di daerah asal, 4 hari setibanya di Makkah, dan 2 pekan setelah selesai haji.
Dengan jumlah jemaah hanya 1.000 orang pada tahun lalu, pemerintah Saudi menerapkan jaga jarak minimal 1,5 meter dan katering berupa makanan siap saji. "Dari pelajaran 2020, kami susun skenario haji 2021 yang terus berkembang sesuai perjalanan waktu," kata Ramadhan.(Tempo/Ela)