Langgam.id - Hari kedua kunjungannya di Sumatra Barat (Sumbar), agenda Calon wakil Presiden KH. Ma’ruf Amin diisi dengan bedah buku.
Buku yang dibedah berjudul 'Keadilan, Keumatan, kedaulatan - The Ma’ruf Amin Way', ditulis Sahala Pangabean dan Anwar Abbas.
Buku yang berisi pemikiran Ma’ruf Amin berkaitan dengan ekonomi syariah di Indonesia itu, digelar di Hotel Grand Inna Muara Padang, Jumat (8/2/2019).
Kiyai Ma’ruf menjadi pembicara kunci dalam acara yang semula diagendakan diadakan di Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol tersebut. Acara batal digelar di UIN karena adanya peringatan dari Bawaslu.
Buku dibedah oleh direktur Pascasarjana IAIN Bukittinggi, Novel Ismail dan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang, Ahmad Wira.
“Siang ini kita ada bedah buku di sini. Isinya tentang membangun dan mengembangkan ekonomi Syariah di Indonesia,” kata Ma’ruf kepada wartawan.
Ma’ruf berharap gagasannya tentang ekonomi syariah dapat dikembangkan dan diterapkan dalam membangun ekonomi Indonesia. Salah satunya membangun perbankan syariah.
Cawapres nomor urut 01 tersebut mengatakan, umat Islam harus terjaga dari bermuamalah yang tidak sesuai dengan syariat Islam.
“Negara kita menganut dua jenis ekonomi yaitu syariah dan konvensional. Alhamdulillah, kita sekarang sudah semakin banyak menganut ekonomi syariah,” katanya.
Ia mendorong agar bank syariah semakin berkembang. Aceh, menurutnya, termasuk berhasil menjadikan bank daerahnya sebagai bank syariah. Selain Aceh, Nusa Tenggara Barat juga sedang proses menjadi bank syariah. Ke depan ia berharap agar bank daerah di Sumbar juga segera menjadi bank syariah.
Ma’ruf juga mendorong mengembangkan sistem halal. Setiap produk harus memiliki sertifikat halal menurutnya.
“Standar halal kita sudah dipakai oleh lebih dari 50 negara, kita harus terus mengembangkannya,” kata dia.
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Ahmad Wira yang menjadi pembedah buku, mendukung ide Ma’ruf Amin agar ekonomi syariah semakin diterapkan dalam kehidupan ekonomi Indonesia.
Menurut Wira konsep riba tidak hanya Islam yang menolak, agama lain juga, sehingga mendorong bank konvensional menjadi syariah dipandang tepat.
Selain itu ekonomi Syariah juga memiliki instrumen untuk mendorong keadilan di tengah masyarakat seperti adanya perintah zakat, infak dan wakaf.
Perintah tersebut dapat menciptakan distribusi kekayaan yang merata ke semua orang, sehingga pemerintah dapat membuat sistem yang dapat mengatur distribusi kekayaan yang merata.
“Dalam Islam Allah telah menjamin rezeki setiap orang, namun persoalannya ada pada distribusi. Kalau ada orang miskin dan kelaparan berarti ada orang sekitarnya yang mengambil hak orang tersebut,” kata Wira.
Pembedah lainnya Direktur Pascasarjana IAIN Bukittinggi Ismail Novel mengatakan, ekonomi syariah dapat diterima masyarakat dunia karena adanya kemampuan tokoh ekonomi syariah dalam menterjemahkannya termasuk Mar’uf Amin, sehingga dapat diterima bahkan oleh orang selain Islam.
“Saya melihat kemampuan kiyai dalam menerapkan prinsip ekonomi syariah yang dijelaskan dalam bukunya, hal tersebut merupakan terobosan yang baik,” kata Novel.
Novel berharap agar apa yang pemikiran yang ada di dalam buku dapat dikembangkan oleh akademisi, serta dapat dipraktekkan oleh praktisi dalam bidang ekonomi.
Setelah bedah buku, Ma’ruf Amin digendakan berkunjung ke Lubuk Alung, Padang pariaman, untuk bertemu dan bersilaturahim dengan jemaah sebelum kembali ke Jakarta pada sore ini. (Rahmadi/HM)