Gejolak Perang Israel-Iran dan Dampaknya bagi Ekonomi Nasional

Sumatera Barat, sebuah provinsi yang dikenal memiliki sejarah politik yang kaya dan beragam, selalu menunjukkan dinamika politik yang unik.

Prof Dr Syafruddin Karimi SE MA (Foto: ist)

Keputusan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menyerang situs nuklir utama Iran—Fordow, Natanz, dan Isfahan—telah memicu lonjakan ketegangan geopolitik dan menebarkan kepanikan di pasar global. Dalam pidatonya, Trump menyebut serangan tersebut sebagai "kesuksesan militer spektakuler" dan memperingatkan akan ada serangan lanjutan jika Iran tidak segera menyepakati perdamaian (Stewart & Holland, 2025). Ketegangan ini memperkeruh sentimen investor, memperkuat permintaan terhadap aset safe haven seperti dolar AS dan emas, serta memicu lonjakan harga minyak mentah dunia.

Akibat langsungnya, pasar saham global menghadapi tekanan jual yang besar, sementara nilai tukar dolar AS menguat dalam jangka pendek karena lonjakan permintaan. Namun, penguatan ini membawa konsekuensi serius. Harga minyak yang melonjak memperbesar tekanan inflasi global dan mempersempit ruang kebijakan moneter banyak negara. Dalam konteks ini, Indonesia menghadapi tantangan ganda: potensi depresiasi rupiah yang dapat memicu kenaikan harga barang impor dan beban fiskal yang meningkat akibat subsidi energi yang membengkak.

Skenario terburuk yang diperkirakan Oxford Economics menunjukkan harga minyak dunia bisa mencapai USD130 per barel jika Iran menutup Selat Hormuz. Kenaikan harga tersebut dapat mendorong inflasi AS ke angka 6% dan membatalkan kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed tahun ini (Ahmed, McGee, & Krauskopf, 2025). Dampaknya, arus modal keluar dari pasar negara berkembang termasuk Indonesia dapat terjadi, memperlemah rupiah dan memukul daya beli masyarakat.

Di tengah krisis ini, pemerintah Indonesia tidak bisa bersikap reaktif. Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan harus segera menyusun langkah antisipatif untuk menjaga stabilitas nilai tukar, memperkuat cadangan devisa, dan mengamankan pasokan energi domestik. Strategi komunikasi publik juga harus diperkuat untuk menenangkan pasar, menghindari spekulasi berlebihan, dan memberikan sinyal bahwa pemerintah hadir menjaga ketahanan ekonomi nasional.

Konflik ini memperjelas satu hal penting: ketegangan geopolitik kini bukan sekadar isu politik luar negeri, tetapi ancaman nyata terhadap perekonomian domestik. Indonesia tidak memiliki kemewahan untuk bersikap netral dalam menyikapi dampak ekonomi dari krisis global ini. Waktu untuk bertindak adalah sekarang—demi stabilitas rupiah, daya beli rakyat, dan ketahanan fiskal yang berkelanjutan.

Referensi:

Ahmed, S., McGee, S., & Krauskopf, L. (2025, June 21). Investors brace for oil price spike, rush to havens after US bombs Iran nuclear sites. Reuters. https://www.reuters.com
Stewart, P., & Holland, S. (2025, June 21). Trump says Iran's key nuclear sites 'obliterated' by US airstrikes. Reuters. https://www.reuters.com

*Penulis: Prof. Dr. Syafruddin Karimi, SE. MA (Dosen dan Guru Besar Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas)

Tag:

Baca Juga

Waspada Teori Muslihat Eskalasikan untuk Legitimasi Melenyapkan
Waspada Teori Muslihat Eskalasikan untuk Legitimasi Melenyapkan
Efek Domino Perang Kamang dalam Teropong Perlawanan Masyarakat Sumatera Barat Menentang Kolonialisme Belanda
Efek Domino Perang Kamang dalam Teropong Perlawanan Masyarakat Sumatera Barat Menentang Kolonialisme Belanda
Sumatera Barat, sebuah provinsi yang dikenal memiliki sejarah politik yang kaya dan beragam, selalu menunjukkan dinamika politik yang unik.
Bisnis Trump: Dari Perang Dagang Menuju Perang Nuklir
Ekspansi Nikel Memakan Pulau: Pulau-Pulau Kecil sebagai Ruang Konflik Ekonomi dan Ekologi
Ekspansi Nikel Memakan Pulau: Pulau-Pulau Kecil sebagai Ruang Konflik Ekonomi dan Ekologi
Ketakutan Manusia Tergantikan AI vs Peluang Peningkatan Produktifitas
Ketakutan Manusia Tergantikan AI vs Peluang Peningkatan Produktifitas
Kabau Sirah Tak Pernah Sendiri: Andre Rosiade, Nafas, Nyawa, dan Harapan Ranah Minang
Kabau Sirah Tak Pernah Sendiri: Andre Rosiade, Nafas, Nyawa, dan Harapan Ranah Minang