Langgam.id - Wartawan senior Tri Juli Sukaryana mengingatkan agar wartawan memasukan unsur makna dalam setiap pemberitaannya. Sehingga penulisan berita tidak hanya berupa informasi dan data saja.
Hal ini disampaikannya saat menjadi pemateri dalam program Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Batch angkatan ke-2 yang digagas oleh Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) berkolaborasi dengan PT Paragon Technology and Innovation, Jumat (4/6/2021).
"Kebanyakan berita yang ditulis tidak bermakna, sehingga banyak paragraf yang tidak berwarna," katanya.
Ia menjelaskan, makna berita berarti bisa disebut sebagai dampak dari berita. Hal ini merupakan bagian terpenting dari berita karena menjelaskan penting atau tidaknya sebuah isu atau peristiwa yang ditulis. Hal ini menjelaskan mengapa orang perlu membaca berita yang ditulis wartawan.
Baca juga: Berlangsung 3 Bulan, 15 Wartawan Ikut Program Jurnalisme Pendidikan
Makna berita dapat dibuat dengan mempertanyakan ulang apa yang dibuat. Pertanyaan tentang makna dapat diajukan kepada narasumber sehingga jawabannya bisa menjadi paragraf makna berita.
"Untuk menulis makna berita tanyakan kepada narasumber yang berkompeten, perlakukan paragraf makna sebagai bagian dari unsur berita agar terbiasa bertemu narasumber," katanya.
Dia mencontohkan, misalnya Menteri Pendidikan Nadiem Makarim berkunjung lokasi wisata Labuan Bajo. Maka dapat ditanyakan apa maksudnya datang ke sana, sementara di sana merupakan daerah pariwisata.
"Kita bisa tanyakan apa maksudnya, kita tahu itu kawasan pariwisata, apa maksudnya ke sana, bisa saja pemerintah ingin menjadikan kawasan pariwisata sebagai sarana pendidikan siswa," ujarnya.
Menurutnya, paragraf makna berita dapat disampaikan di paragraf berapa saja, namun dirinya biasanya meletakkan pada paragraf ketiga atau keempat. Sebab kebiasaan pembaca sering tidak membaca sampai selesai sehingga dikhawatirkan tidak tersampaikan maknanya. (Rahmadi/yki)