Langgam.id - Debat publik pertama pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatra Barat Pemilihan Tahun 2024 berlangsung di Hotel Mercure, Kota Padang, Rabu (13/11/2024) malam. Dua pasangan calon, Mahyeldi - Vasco Ruseimy (nomor urut 01) dan Epyardi Asda - Ekos Albar (nomor urut 02), beradu gagasan terkait upaya penurunan angka stunting di Sumatra Barat.
Moderator menyampaikan bahwa hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 menunjukkan prevalensi stunting di Sumatra Barat sebesar 23,3 persen, lebih tinggi dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 20 persen. "Apa program konkret pasangan calon dalam mengurangi angka stunting sesuai target yang ditetapkan dalam RPJPD Sumatra Barat 2025-2045 sebesar 13,5 persen?" tanya moderator.
Mahyeldi menjawab bahwa perlu memperkuat sumber daya manusia di tingkat paling bawah, terutama di puskesmas, untuk melakukan pengawasan dan pengukuran. "Kita perlu membenahi masalah gizi masyarakat melalui program seperti pemberian makanan tambahan dan program makan siang gratis," ujarnya. Ia juga menekankan pentingnya peningkatan ketersediaan air bersih. "Jika air bersih tidak memadai, program gizi yang baik tidak akan tercapai," tambahnya.
Mahyeldi menyebut bahwa Kabupaten Solok, yang pernah dipimpin oleh Epyardi Asda, memiliki masalah dalam penyediaan air bersih dan angka stunting yang tinggi dibandingkan daerah lain di Sumatra Barat. Vasco Ruseimy menambahkan bahwa upaya tersebut masuk dalam program unggulan mereka, "Gerak Cepat Sumbar Unggul", yang fokus pada penurunan stunting dan peningkatan layanan kesehatan.
Menanggapi hal itu, Epyardi Asda membantah pernyataan Mahyeldi. "Terima kasih atas jawabannya, Pak Mahyeldi, yang penuh spekulasi. Mungkin Bapak tidak melihat data. Sebelum saya menjabat, angka stunting di Kabupaten Solok 41,7 persen. Sekarang turun menjadi di bawah 18 persen," tegasnya. Ia menyebut dirinya dianugerahi oleh Menko PMK sebagai "Orang Tua Terhebat se-Indonesia" dalam penurunan stunting.
Ekos Albar menambahkan bahwa saat menjabat sebagai Wakil Wali Kota Padang, ia berhasil menurunkan angka stunting dan mendapatkan penghargaan serta insentif dari pusat senilai Rp7,5 miliar yang diserahkan oleh BKKBN Provinsi.
Mahyeldi menegaskan bahwa data yang ia sampaikan berdasarkan fakta. "Kita tidak meraba-raba. Data angka stunting dari masing-masing kabupaten dan kota di Sumatra Barat ada di tangan kita," ujarnya. Ia mengakui penurunan stunting di Kabupaten Solok cukup baik, tetapi angkanya masih tinggi dibandingkan daerah lain. "Ini menjadi catatan bagi kita untuk memperkuat sinergi antara pemerintah provinsi dan kabupaten kota," katanya.
Cek Fakta: Benarkah Angka Stunting di Kabupaten Solok Turun Signifikan?
Berdasarkan data yang tersedia, angka prevalensi stunting di Kabupaten Solok pada tahun 2023 mencapai 12,11 persen, menurut aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM). Angka ini melampaui target yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Solok 2021-2026.
Kepala Bapelitbang Kabupaten Solok, Desmalia Ramadanur, mengatakan bahwa berdasarkan survei Kementerian Kesehatan dari 2021 hingga 2023, Kabupaten Solok berhasil mengurangi angka stunting sebanyak 14,7 persen. "Penurunan ini menunjukkan kinerja positif Pemerintah Kabupaten Solok dalam upaya percepatan penurunan stunting," ujarnya di Padang, Rabu (05/06/2024).
Sebelumnya, angka stunting di Kabupaten Solok berada pada 41,7 persen. Penurunan hingga 12,11 persen menunjukkan kemajuan signifikan dan melebihi target yang ditetapkan dalam RPJMD.
Sementara itu, Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi Ansharullah dalam Rapat Evaluasi Tim Pelaksanaan Program Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Provinsi Sumatra Barat di Kota Padang, Kamis (20/06/2024), menyebut bahwa prevalensi stunting di Sumatra Barat berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2023 turun ke angka 23,6 persen, setelah sebelumnya mencapai 25,2 persen pada tahun 2022.
Mahyeldi menegaskan perlunya strategi baru yang lebih tepat sasaran untuk mencapai target penurunan stunting sebesar 14 persen pada tahun 2024. "Masalah stunting adalah masalah keluarga. Kita harus menghadirkan keluarga yang sejahtera. Masa depan anak-anak bergantung pada upaya kita hari ini," katanya.
Kesimpulan
Pernyataan Epyardi Asda bahwa angka stunting di Kabupaten Solok telah turun signifikan dari 41,7 persen menjadi 12,11 persen adalah benar, berdasarkan data dari e-PPGBM dan pernyataan Kepala Bapelitbang Kabupaten Solok. Penurunan ini menunjukkan kinerja positif dalam upaya percepatan penurunan stunting di daerah tersebut.
Sementara itu, Mahyeldi mengakui bahwa penurunan stunting di Kabupaten Solok cukup baik, namun menekankan bahwa angkanya masih tinggi dibandingkan beberapa daerah lain di Sumatra Barat. Ia mengajak semua pihak untuk memperkuat sinergi antara pemerintah provinsi dan kabupaten kota guna mencapai target penurunan stunting sesuai RPJPD Sumatra Barat 2025-2045 sebesar 13,5 persen.
Sumber: