Langgam.id- Eksportir kopi asal Kerinci, Koperasi ALKO, mengeluhkan minimnya dukungan pemerintah dalam penyediaan benih kopi bagi petani di daerah tersebut, Minggu (07/08/2024).
Perwakilan Koperasi ALKO, Suryono mengatakan, selama dua tahun terakhir, Kabupaten Kerinci tidak menerima bantuan benih kopi, hingga memaksa petani menggunakan benih kopi yang tumbuh alami di bawah pohon.
"Petani terpaksa menggunakan benih kopi yang tumbuh alami di bawah pohon karena tidak ada suplai benih berkualitas. Ini bisa berdampak serius terhadap produktivitas kopi Kerinci dalam tiga tahun ke depan," kata Suryono.
Lebih lanjut, Suryono menambahkan, bahwa instruksi Presiden Jokowi untuk meningkatkan produksi kopi hingga 4 ton per hektar belum dapat direalisasikan di Kerinci. "Tanpa ada kolaborasi akan sulit mencapai target itu," ungkapnya.
Senada dengan Suryono, Ketua Asosiasi Kopi Kerinci, Rusdi Fachrial, juga menyampaikan kekhawatirannya.
"Sejak dua tahun terakhir, tidak ada penyaluran benih kopi Arabika ke petani di Kerinci, padahal kopi Arabika Kerinci sudah menjadi primadona di pasar dunia," ujar Rusdi.
Mulyadi, pionir penanaman kopi di Kayu Aro dan eksportir kopi, turut mengungkapkan kekhawatirannya terhadap keberlangsungan produksi kopi di daerah ini.
"Tidak ada sosialisasi dan bantuan yang memadai untuk peningkatan produksi atau perluasan lahan tanam kopi," jelas Mulyadi.
Mulyadi menegaskan, tingginya minat petani untuk menanam kopi mestinya dukungan pemerintah dalam penyediaan benih berkualitas. "Kalau tidak ada komitmen dari pemerintah maka jangan berharap ada keberlanjutan dan peningkatan produktivitas kopi Kerinci yang telah dikenal di dunia internasional," katanya. *
