Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2025 mencapai 5,12 persen secara tahunan. Ini bukan sekadar angka, tetapi sinyal bahwa fondasi pemulihan mulai mengarah pada struktur pertumbuhan yang lebih seimbang. Kita menyaksikan mulai berperannya mekanisme pertumbuhan berbasis ekspor (export-led mechanism) berdampingan dengan kekuatan absorpsi domestik, terutama konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah. Perpaduan ini memberikan momentum yang sangat baik bagi arah perekonomian nasional, karena pertumbuhan tidak lagi hanya bergantung pada permintaan dalam negeri, melainkan juga didorong oleh permintaan global yang semakin membaik.
Kinerja ekspor barang dan jasa yang tumbuh sebesar 10,67 persen menjadi kontributor utama dalam memperkuat jalur pertumbuhan eksternal. Ekspor ke negara-negara seperti Thailand, Belanda, Singapura, dan Amerika Serikat menunjukkan peningkatan signifikan, yang berpengaruh langsung pada stabilitas neraca perdagangan dan nilai tukar. Sektor industri pengolahan mendapat limpahan permintaan global, yang mendorong produksi dalam negeri dan memperluas kesempatan kerja. Di sisi lain, belanja pemerintah tumbuh 21,05 persen dan konsumsi rumah tangga tetap menjadi andalan. Peran domestik tidak kehilangan relevansinya, melainkan bertransformasi menjadi penguat jangka panjang saat ekspor mulai mengambil alih sebagian beban pertumbuhan.
Pertumbuhan ekonomi sebesar 4,04 persen secara kuartalan juga menunjukkan adanya percepatan aktivitas ekonomi di dalam negeri. Sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mencatat pertumbuhan tertinggi, didorong oleh musim panen dan peningkatan permintaan. Sektor jasa lainnya juga tumbuh signifikan seiring dengan pulihnya mobilitas masyarakat dan peningkatan konsumsi selama libur keagamaan dan sekolah. Interaksi ekonomi yang dinamis antar sektor ini menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia tengah bergerak ke arah yang lebih terintegrasi dan resilien.
Pulau Jawa tetap menjadi penggerak utama perekonomian nasional dengan kontribusi 56,94 persen terhadap PDB. Agar pertumbuhan tidak timpang, diperlukan kebijakan yang konsisten dan berkelanjutan di semua level pemerintahan. Pemerintah pusat dan daerah perlu membangun koordinasi kebijakan ekonomi yang harmonis, termasuk dalam memperkuat interaksi ekonomi antarwilayah. Infrastruktur penghubung, sistem logistik, dan jaringan distribusi harus ditingkatkan agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya terpusat, tetapi menyebar secara merata.
Momentum pertumbuhan yang tercipta pada triwulan II-2025 tidak boleh dibiarkan berlalu tanpa penguatan kebijakan lanjutan. Pemerintah perlu menciptakan ekosistem yang kondusif bagi ekspor bernilai tambah, investasi produktif, dan peningkatan daya saing daerah. Ini saat yang tepat untuk memperkuat reformasi struktural yang mendukung pertumbuhan jangka panjang. Dengan strategi ekonomi yang konsisten dan terintegrasi antara pusat dan daerah, Indonesia memiliki peluang besar untuk melompat dari pemulihan ke arah pertumbuhan yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing global.
*Penulis: Syafruddin Karimi (Dosen dan Guru Besar Departemen Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas)