Langgam.id- Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Sumatera Barat bekerjasama dengan Ketua DPRD Sumatera Barat Supardi, bakal memfasilitasi keberangkatan UMKM dan grup kesenian tradisional ke Malaysia dan Batam pada 29 November hingga 2 Desember 2022.
Selama sepekan, ‘delegasi’ dari Sumbar itu akan menyambangi beberapa tempat di Malaysia dan Batam untuk mempromosikan produk-produk UMKM lokal dari Payakumbuh dan Limapuluh Kota, mulai dari kuliner hingga tekstil.
Di antara UMKM yang ikut melawat ke negeri jiran itu ialah Randang Jaguang Makranin, Kopi Uda Parjok, Bumbu Masak A. Rajab, serta Karipik Balado. Itu untuk kuliner. Beberapa produk tenun tradisional juga bakal ambil bagian. Sebut saja Tenun Halaban serta Tenun Kubang.
Tidak hanya ‘memamerkan’ berbagai produknya, para pelaku UMKM juga akan bertemu dengan pelaku UMKM setempat. Mereka akan bertukar pikiran soal pola bisnis dan pengembangan UMKM.
Oldie, pengelola Randang Jaguang Makranin menyebut bahwa kegiatan ini memiliki sejumlah arti penting bagi pengembangan usahanya.
“Tour ke Malaysia dan Batam ini tentu sebuah peluang bagus untuk kawan-kawan UMKM Payakumbuh dan Limapuluh Kota untuk memperkenalkan produknya, terutama berbagai kuliner kreasi kita,” ujarnya saat diwawancarai via WA.
“Di sana kita dapat pula melihat produk-produk UMKM lokal lalu membandingkannya dengan produk kita. Kita studi banding-lah, istilahnya,” lanjut Oldie.
Selain itu, Oldie juga melihat bahwa kegiatan ini bisa membuka peluang pasar yang baru bagi UMKM lokal.
“Alhamdulillah kalau bisa jadi pasar kedepannya. Dan sebagai pelaku kuliner randang, tentu luar biasa sekali bisa mempromosikan varian baru dari Randang Jaguang Makranin ini sampai ke Malaysia,” tambahnya.
Ia pun mengapresiasi langkah yang diambil Supardi dalam mendukung UMKM lokal.
“Terimakasih banyak, Bapak Supardi yang peduli dengan produk lokal dan memfasilitasi UMKM untuk benar-benar naik kelas,” tutupnya.
Ini memang bukan pertamakali Supardi memfasilitasi kegiatan yang berkaitan dengan penguatan UMKM, terlebih soal kuliner yang menyangkut isu ketahanan pangan.
Juni 2022 lalu, bersama UPTD Taman Budaya Sumbar, Supardi juga telah memfasilitasi Pasar Seni Payakumbuh 2022. Iven ini merupakan pameran seni mengolah makanan tradisional Minangkabau oleh beragam UMKM lokal. Lewat iven tersebut, Supardi mengajak masyarakat dan pihak-pihak terkait untuk mengembangkan konsep ketahanan pangan yang ada di Minangkabau.
Mengembangkan Pariwisata Berbasis Kebudayaan
Selain itu, Gamaik, salah satu kesenian tradisional ikonik di Sumbar, juga diikutsertakan dalam lawatan tersebut. Dalam rangkaian kegiatan itu, Grup Gamaik SPD Sampai Hati akan bagamaik.
Tidak sebatas hiburan, Gamaik juga akan ditampilkan sebagai bagian dari promosi wisata budaya.
Masih menurut Ketua DPRD Sumbar Supardi, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya mempromosikan pariwisata, khususnya pariwisata berbasis budaya.
Saat diwawancarai beberapa waktu lalu, sosok yang juga dikenal sebagai pemerhati budaya itu menyebut bahwa wisata berbasis budaya memiliki potensi besar untuk dikembangkan, terutama di Payakumbuh.
“Hampir semua daerah punya keindahan alam. Tapi tak semuanya punya seni dan budaya yang Sumbar dan Payakumbuh miliki. Mulai dari makanan tradisional, tenunan, hingga seni tradisional lainnya seperti Gamaik, belum tentu ada di tempat lain,” jelasnya.
Adanya wisata budaya yang kokoh diharapkannya mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Payakumbuh. Karenanya ia sangat mendukung berbagai kegiatan yang berhubungan dengan pemajuan kebudayaan lewat kerjasama dengan komunitas-komunitas serta instansi-instansi pemerintah.
Ferry YJ, salah satu pentolan SPD Sampai Hati memang menyebut Gamaik memiliki potensi besar untuk dikembangkan karena kekayaan budaya yang dikandungnya.
“Gamaik ini punya potensi yang luar biasa untuk dikembangkan. Dalam gamaik ada beberapa unsur budaya. Mulai dari India, Tionghoa, dan Minang sendiri. Ini bisa dilihat dari instrumen musiknya,” kata Ferry.
Ia menerangkan bahwa alat musik Gazal dalam gamaik berasal dari India, sementara Gambang merupakan alat musik yang dibawa para musisi Tionghoa. Kebudayaan Minang kemudian memasukkan unsur pantun dan irama ke dalam gamaik. Ini yang membuat Gamaik kaya baik secara musikalitas maupun unsur budaya.
”Meski begitu gamaik tetap unik karena secara musikalitas strukturnya berbeda dengan musik-musik modern,” tutup Ferry.
Sejak Mei 2022 lalu, SPD Sampai Hati dengan dukungan Supardi telah memulai upaya mempopulerkan Gamaik. Saat itu, grup musik yang berisi sejumlah musisi Minangkabau ini tampil di iven ‘Minangkabau di Tanah Rantau’ di Gelora Bung Karno, Jakarta, dengan mempersembahkan sejumlah tembang Gamaik lawas. (*)