Langgam.id - Pemenang sayembara logo Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke-28 tahun 2020 telah ditentukan oleh Pemerintah Provinsi Sumatra Barat (Sumbar). Hadiah pun telah diberikan kepada para pemenang oleh Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno.
Namun, warganet mengritik keputusan juri terhadap logo MTQ 2020 yang dibuat pemenang. Mereka beranggapan karya pemenang sayembara itu hasil tiruan atau plagiat. Akademisi juga ikut mengkritisi Pemerintah Provinsi Sumbar karena tak melibatkan ahli desain grafis sebagai juri dalam sayembara tersebut.
Seperti diketahui, adapun juri dari unsur adat (Ketua LKAAM Sumbar Sayuti Datuak Rajo Paghulu), agama (Ketua MUI Sumbar Gusrizal Gazahar), akademisi/ praktisi (Emeraldy Chatra), budaya (Alwi Karmena) dan Jurnalis (Hasril Chaniago).
Menurut Dekan Fakultas Desain Komunikasi Visual (DKV) Universitas Putra Indonesia (UPI) YPTK Padang, Muhammad Rio Akbar, mengatakan dalam perlombaan logo seharusnya seorang yang ahli di bidang desain grafis patut dilibatkan.
"Perlombaan itu diikuti oleh peserta di seluruh Indonesia, tapi yang ahli di bidang desain grafis tidak dilibatkan sebagai juri. Padahal kita punya yang ahli desain grafis dari ISI Padang Panjang, Universitas Negeri Padang (UNP) serta UPI," kata Rio, Senin (30/12/2019).
Ke depan, kata Rio, setiap pihak penyelenggara lomba pemilihan logo dapat melibatkan para ahli di bidang desain grafis. Sehingga tidak menimbulkan polemik dalam hal penentuan pemenang.
"Kalau sekarang juri sudah memutuskan pemenangnya. Ke depan setidaknya dilibatkan dari desain grafis. Jadi gimana proses logo dibuat, jelas. Jangan sampai peserta main comot sana sini, harus karya sendiri," ujarnya.
Terkait logo pemenang MTQ 2020 itu, Rio berpendapat, sebagai sebuah karya memang harus dihargai. Namun ia tak menampik dari desain yang dibuat peserta pemenang terdapat kesamaan dari logo MTQ III Pidie Jaya.
"Dari logo pemenang, mungkin semua orang sudah lihat, dari beberapa desain di logo lama ada menyerupai. Seperti font dan susunan layout," katanya.
Menurutnya, di zaman sekarang kebanyakan logo yang fleksibel, simpel serta tidak mengurangi makna. Filosofi dari yang didesain harus ada di dalam logo. Namun, kata Rio, logo dari pemenang hanya mengatur layout.
"Kalau yang menang itu masih flat, hanya mengatur layout. Saya lihat yang peserta lain masih banyak desain logonya yang bagus. Beberapa yang ikut ada ngirim ke saya, bagus-bagus yang lain. Tapi yang pemenang ini saya enggak tahu filosofi dari deskripsi logonya," tuturnya. (Irwanda/ICA)