Langgam.id - Rendahnya daya beli masyarakat selama wabah Covid-19 melanda Sumatra Barat menyebabkan permintaan barang kebutuhan pokok cenderung stabil. Padahal, ada momen libur Lebaran yang berpotensi mendorong tingginya demand.
Dampak baiknya, harga di pasaran menjadi lebih stabil dan menghambat laju inflasi Sumbar. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar terbaru mencatatkan per Juni 2020 Sumbar mengalami deflasi atau penurunan harga-harga dari bulan sebelumnya sebesar 0,16 persen.
"Dua kota yang menjadi indikator ekonomi Sumbar masing-masing mengalami deflasi, yakni Kota Padang deflasi 0,16 persen dan Bukittinggi 0,13 persen," kata Pitono, Kepala BPS Sumbar, Rabu (1/7/2020).
Lebih rinci, ia menjelaskan sejumlah kebutuhan pokok yang sempat mengalami kenaikan harga sudah kembali normal sepanjang bulan lalu, seperti bawang merah, cabai, bawang putih, dan gula pasir.
Deflasi Sumbar secara umum juga disebabkan penurunan harga beberapa komoditi tersebut, seperti bawang merah yang turun 16,07 persen di Padang dan turun 13,69 persen di Bukittinggi. Begitu juga dengan sejumlah komoditas lainnya.
Gula pasir misalnya turun 15,25 persen di Bukittinggi dan 7,17 persen di Padang. Bawang putih turun 24,69 persen di Padang dan 19,85 persen di Bukittinggi. Kemudian juga jengkol, emas perhiasan, ongkos jemputan antar kota, dan sejumlah komoditas lainnya.
Secara keseluruhan laju inflasi kalender Sumbar dari Januari-Juni 2020 sebesar 0,44 persen, dengan Kota Padang mengalami inflasi 0,36 persen dan Bukittinggi 1,08 persen. Sedangkan inflasi year on year (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, Sumbar sebesar 0,18 persen dengan Kota Padang dam Bukittinggi masing-masing 0,06 persen dan 1,12 persen.
Pantauan Langgam.id di Pasar Raya Padang, sejumlah pedagang mengaku pembeli selama masa pandemi Covid-19 mengalami penurunan jumlah.
"(Pembeli) lebih dari setengah berkurangnya. Mungkin karena Covid, juga kan banyak aturan dari pemerintah, bekerja di rumah saja, jadinya lebih sepi," kata Eva (40), salah satu pedagang bahan pokok di pasar tersebut.
Ia mengatakan saat ini harga bawang merah sudah kembali normal yakni sebesar Rp34.000 per kilogram. Sebelumnya, harga bawang merah sempat melambung tinggi mencapai Rp55.000 per kilogram.
Wahyu Purnama A, Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumbar menilai laju inflasi Sumatra Barat selama kuartal kedua tahun ini bakal tertahan didorong turunnya permintaan masyarakat sebagai dampak pelaksanaan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di daerah itu.
Implikasi dari kebijakan tersebut, terjadi pembatasan di segala bidang terutama sektor usaha yang menyebabkan terjadinya penurunan pendapatan pekerja. Imbasnya permintaan atau daya beli masyarakat pun ikut turun.
“Terjadi penurunan permintaan di masyarakat selama Lebaran 2020 dibandingkan Lebaran tahun-tahun sebelumnya. Termasuk juga larangan mudik ikut menahan laju inflasi,” katanya dalam siaran resmi, Selasa (30/6/2020).
Menurutnya, kebijakan PSBB selama pandemi Covid-19 di kuartal kedua berimbas terhadap turunnya pendapatan masyarakat, karena pelaku usaha terpaksa melakukan pembatasan, dan laju ekonomi mandek. Hal itu menyebabkan daya beli menjadi rendah dan menghambat laju inflasi.
Ia memperkirakan inflasi di kuartal kedua lebih melambat dibandingkan kuartal pertama 2020 yang mencapai 2,09 persen. Bahkan, jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya atau kuartal kedua 2019 yang mencapai 3,61 persen.
Secara umum, BI memperkirakan inflasi tahun ini sedikit meningkat dari tahun sebelumnya disebabkan kenaikan tarif cukai rokok secara gradual sepanjang tahun. Selain itu, dari faktor alam juga potensi terjadinya cuaca ekstrem dan pergeseran pola tanam akan menimbulkan tekanan inflasi.
“(Akan) ada sedikit menimbulkan tekanan inflasi khususnya pada kelompok makanan, minuman dan tembakau. Namun secara keseluruhan masih baik,” ujar Wahyu.
Ia memperkirakan laju inflasi Sumbar sepanjang 2020 masih akan terkendali dalam rentang target inflasi nasional yakni pada kisaran 3 persen plus minus 1 persen. (HF)