Langgam.id - Penyaluran kredit perbankan di Sumatra Barat mengalami kemandekan menyusul wabah Covid-19 yang ikut memukul sektor usaha, sehingga pengajuan kredit menjadi rendah. Bank pun kini lebih hati-hati memberikan pinjaman.
Kepala Perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumbar Misran Pasaribu mengatakan penyaluran kredit perbankan hingga Agustus 2020 mengalami perlambatan atau hanya tumbuh 1,36 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
"Secara year to date (ytd) jumlah kredit yang disalurkan di Sumbar stagnan atau tidak tumbuh, karena memang dampak pandemi Covid-19. Namun, dibanding nasional masih bagus, karena nasional angkanya malah minus," katanya, dikutip Langgam.id, Jumat (23/10/2020).
OJK merangkum penyaluran kredit di Sumbar per Agustus 2020 hanya tumbuh 1,36 persen atau menjadi Rp54,14 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp53,30 triliun.
Namun, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) baik dari dana murah maupun deposito tumbuh cukup signifikan 4,56 persen menjadi Rp48,56 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp45,74 triliun.
Aset perbankan Sumbar tumbuh tipis 1,78 persen menjadi Rp62,94 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp61,84 triliun, atau hanya bertambah Rp1,1 triliun.
Meski kinerja penyaluran kredit belum memuaskan, Misran menilai kinerja perbankan Sumbar masih cukup baik di tengah pandemi. Hal itu tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) malah turun menjadi 2,59 persen dibandingkan Agustus tahun lalu sebesar 2,74 persen.
Rasio intermediasi atau loan to deposit ratio (LDR) per Agustus sebesar 111,49 persen, sedikit membaik dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 116,53 persen.
Melihat kondisi saat ini, Misran mengatakan OJK menurunkan target penyaluran kredit lembaga jasa keuangan baik perbankan maupun perusahaan multifinance di Sumatra Barat ke angka 5 persen plus minus 1 plus dari sebelumnya 12 persen.
“Sejak Maret dampaknya sudah terasa. Makanya kami turunkan proyeksi kredit ke angka 5 persen plus minus 1 persen,” katanya.
Menurutnya, dalam kondisi saat ini, bisa mencapai pertumbuhan 5 persen saja, sudah merupakan prestasi, karena sulitnya tenaga sales perbankan maupun leasing untuk menyalurkan kredit. Apalagi, sektor usaha juga mengalami dampak akibat wabah corona. (*/HFS)