Langgam.id - Kualitas udara Sumatra Barat (Sumbar) menyentuh level di atas baku mutu, Rabu (16/10/2019). Artinya, kondisi udara Sumbar tidak sehat.
"Berdasarkan pengukuran PM10 di GAW Kototabang dalam dalam 24 jam terakhir menunjukkan angka pada level sedang yang umumnya terjadi sepanjang hari. Namun, pada pagi ini sejak pukul 06.00 WIB PM10 sudah terpantau berada level di atas baku mutu, PM10 yaitu 150 ug/m3," jelas Kepala Stasiun Pemantau Atmosfer Global (SPAG/GAW) Bukit Kototabang, Wan Dayantolis, Rabu (16/10).
Ada pun parameter Aerosol Optical Depth (AOD) sejak kemarin, ungkapnya, pada nilai >1, yang berarti kondisi udara secara umum telah terkontaminasi partikulat padat seperti debu dan partikel asap kebakaran.
Dijelaskannya, berdasarkan prediksi model terdapat potensi penurunan kualitas udara ke level sedang secara meluas akan mencapai puncak pada hari Rabu ini.
"Analisis citra satelit Himawari oleh BMKG pada selasa 15 Oktober 2019 pukul 16.00 WIB menunjukkan adanya asap yang menyebar cukup merata ke hampir seluruh wilayah Sumbar," bebernya.
Berdasarkan pola angin, sumber asap terpantau meluas dari wilayah Riau, Jambi dan Sumsel. "Hal ini sejalan dengan masih adanya hotspot yang terpantau pada daerah tersebut hingga pagi ini," kata Wan.
Dampak yang umum terasa adalah penurunan jarak pandang. "Adanya potensi pengurangan jarak pandang hingga <5km maka pengendara kendaraan bermotor sebaiknya menyalakan lampu utama pada sepeda motor dan lampu senja pada kendaraan roda empat," sebut Wan.
Sementara, keberadaan PM10 dengan konsentrasi pada level sedang biasanya memberi dampak kurang baik pada kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia serta kelompok yang memang memiliki riwayat gangguan saluran pernafasan.
"Pada kelompok tersebut kiranya dapat mengurangi aktivitas di luar ruangan," himbau Wan.
Jika berada di luar ruangan, dia juga menghimbau sebaiknya menggunakan masker guna antisipasi gangguan kesehatan. (Rahmadi/Osh/ZE)