Cara Berpikir Kritis Menangkal Hoaks

Artikel tentang Cara Berpikir Kritis Menangkal Hoaks Karya Siti Aisyah

Siti Aisyah mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang (Dok. Pribadi)

Era digitalisasi beriring dengan informasi serba cepat. Hal ini bisa kita nilai dari dua sisi. Ada dampak positif dan negatif. Beberapa dampak positif yang bisa kita rasakan hari ini seperti, akses informasi yang cepat, kemudahan bertransaksi dan berinteraksi. Namun, kemudahan itu juga memancing dampak negatif pula, seperti, maraknya berita palsu (hoax), penipuan dan kebocoran data. Dari dampak tersebut perlu kebijaksanaan dalam menerima dan menyebar suatu informasi. Selain itu, berpikir kritis menjadi senjata utama untuk memfilter dan menilai kebenaran di balik informasi yang masuk di gawai kita.

Berita palsu atau "hoax" telah menjadi ancaman nyata bagi keberlangsungan demokrasi dan keberagaman. Hoaks menjadi virus perpecahan dan kebodohan. Sifatnya yang mudah menyebar dengan cepat dan memicu reaksi emosional bahkan membentuk opini publik, hal inilah bentuk ancaman nyata demokrasi. Oleh karena itu, membangun pemikiran kritis dan cakap cek fakta menjadi keterampilan esensial untuk semua individu agar tidak ikut arus kebohongan.

Kita mesti mampu melihat fakta dari informasi yang tersebar. Sederhananya, cek fakta dengan mengamati informasi diantaranya, judul, gambar dan narasinya seperti apa. Maka, perlu ada sikap kritis dan skeptis untuk mencari kebenaran. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah cari informasi di media-media mainstream yang sudah terverifikasi oleh dewan pers seperti, kompas.com, tempo.co, kumparan.com dan langgam.id. Berpikir kritis dan skeptis terbukti dapat melindungi diri kita sendiri dan orang lain dari penyebaran hoaks yang merugikan.

Pemikiran kritis melibatkan kemampuan untuk menganalisis informasi, menilai keandalan sumber, dan mengidentifikasi bias. Dalam konteks berita palsu, pemikiran kritis menjadi pelindung pertama yang membantu orang menjauh dari informasi yang salah. Melalui pendekatan kritis, individu dapat menyaring informasi, cek fakta, dan menghindari penyebaran berita palsu.

Penjabaran yang lebih jelas untuk memunculkan pemikiran kritis dalam melawan hoaks bisa kita pahami melalui langkah-langkah berikut ini: 

  1. Pendidikan Literasi Informasi

Pendidikan literasi informasi menjadi landasan utama dalam membangun pemikiran kritis. Individu perlu memahami cara mengakses, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif. Sekolah dan lembaga pendidikan memainkan peran kunci dalam memasukkan literasi informasi ke dalam kurikulum.

Tidak hanya siswa, masyarakat umum juga membutuhkan pendidikan literasi informasi.  Banyak program literasi informasi yang ditujukan untuk masyarakat umum, salah satunya SiBerkreasi. SiBerkreasi merupakan Gerakan Nasional Literasi Digital yang merupakan kolaborasi berbagai institusi pemerintah maupun swasta. Program dari SiBerkreasi diantaranya:

a)     Literasi digital ID

Literasidigital.id adalah portal web yang menyediakan berbagai macam produk literatur terkait literasi digital yang dimuat dalam berbagai macam bentuk. Seluruh literatur tersebut disediakan secara gratis oleh mitra-mitra yang terlibat dalam gerakan Siberkreasi.

b)     Pandu Digital

Pandu Digital adalah program yang melibatkan masyarakat umum dengan pemahaman, kemampuan dan kompetensi mendasar terkait literasi digital untuk mampu sebagai merintis, memandu, memimpi ataupun mendukung pengembangan literasi digital di Indonesia.

c)     Batik Siberkreasi

Batik Siberkreasi adalah inisiatif sukarela dan swadaya dari sejumlah pengrajin, seniman dan budayawan Batik di Yogyakarta dengan semangat kerja bersama untuk meningkatkan literasi digital di Indonesia melalui medium seni dan budaya, khususnya budaya batik.

d)     School of Influencer

School of Influencer merupakan inisiatif bersama untuk membangun literasi digital melalui pengembangan konten positif di Internet. Inisiatif ini mengajak anak-anak muda Indonesia untuk memproduksi konten kreatif seperti video, gambar, artikel, blog atau vlog yang positif di Internet.

e)     Netizen Fair

Netizen Fair adalah perhelatan akbar yang melibatkan seluruh elemen masyarakat dan komunitas untuk merayakan semangat dan kreasi konten positif di dunia maya. Dalam perhelatan ini netizen Indonesia dapat belajar, berdiskusi dan meningkatkan kualitas diri bersama para ahli.

f)       Creator Nongkrong

Kreator Nongkrong adalah kegiatan dimana para kreator konten dan para pakar berkumpul dan berbagi pengalaman, pengetahuan serta pandangan mereka kepada anak-anak muda dan masyarakat umum. Dari kegiatan ini, anak-anak muda Indonesia dapat mengembangkan diri mereka di dunia maya.

Semua kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan semangat literasi informasi bagi masyarakat tidak mudah termakan informasi hoaks di internet (Yuni afnita sari, 2019)

2.     Pengembangan Kemampuan Analisis

Pemikiran kritis melibatkan kemampuan menganalisis informasi dengan cermat. Ini mencakup penilaian keandalan sumber, pemeriksaan konteks, dan identifikasi potensi bias. Mengajarkan individu untuk bertanya-tanya tentang asal-usul informasi dan motivasi di balik berita dapat mengasah kemampuan analisis mereka.

Putu Anandita dalam bukunya yang terbit 2022 menyebut, kemampuan analitis dapat ditingkatkan dengan cara banyak membaca; Rajin membaca secara tidak langsung akan melatih pikiran untuk berpikir lebih kritis dan analitis.

Selain itu, Nurul Huda Rahmadani dalam bukunya menulis,  dalam melihat masalah dari berbagai sudut pandang; Pikiran kritis untuk menganalisis dapat semakin terasah saat memikirkannya dari banyak sisi. Nurul menjelaskan, Seperti mengerjakan soal matematika; karena mengerjakan soal matematika membutuhkan logika dan memaksa untuk menggunakan informasi yang ada untuk menyelesaikan soal, dan diskusi dengan orang lain; terutama yang memiliki pandangan atau pengalaman yang berbeda. Dengan berdiskusi, seseorang akan memperoleh sudut pandang dan pendapat lain yang mungkin belum pernah dipikirkan sebelumnya.

3.     Pembangunan Sikap Skeptis

Sikap skeptis adalah sikap mempertanyakan atau mencurigai segala sesuatu karena adanya keyakinan bahwa segala sesuatu bersifat tidak pasti. Dalam penelitian Imelda Ginting yang juga sudah dibukukan, menyebut, sikap skeptis yang sehat dapat melindungi individu dengan memunculkan pertanyaan kritis seperti, "Apakah ini terlalu bagus untuk menjadi kenyataan?" atau "Siapa yang akan mendapatkan manfaat dari penyebaran informasi ini?" membantu membangun pemikiran skeptis yang konstruktif.

4.     Pelatihan Penelitian dan Cek Fakta

Seiring dengan pertumbuhan informasi digital, keterampilan penelitian online menjadi kunci. Individu perlu tahu bagaimana menggunakan mesin pencari dengan efektif, memverifikasi sumber, dan memilah informasi yang dapat dipercaya dari yang tidak.

Google bekerja sama dengan beberapa organisasi perusahaan pers dan jurnalis, seperti Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) untuk berupaya memberi keterampilan cek fakta kepada jurnalis dan warga, terhadap informasi yang bermuatan hoaks. Pelatihan ini digelar secara online dan offline.

Mengikuti pelatihan keterampilan penelitian dan cek fakta menjadi salah satu langkah efektif membangun pemikiran kritis menghadapi hoaks. 

Selain kecakapan cek fakta, pelatihan ini juga dibekali keterampilan digital seperti keamanan digital, digital safety, dan literasi digital.

Beberapa langkah bisa membangun pemikiran kritis menghadapi hoaks. Meskipun pemikiran kritis memberikan perlindungan, tantangan terus muncul. Teknologi baru seperti Artificial Intelligence (AI), update algoritma, dan metode yang lebih canggih untuk menyebarkan berita palsu dapat menguji keterampilan pemikiran kritis. Oleh karena itu, kita dan masyarakat umumnya perlu terus memperbarui dan meningkatkan keterampilan teknologi dan pemikiran kritis.

Pemikiran kritis adalah pondasi kokoh melawan arus informasi hoaks. Dengan meningkatkan literasi informasi, mengembangkan keterampilan analisis, dan memupuk sikap skeptis, kita dapat membangun pertahanan intelektual yang kuat. Pemikiran kritis bukan hanya keterampilan individu, tetapi juga menjadi pegangan bagi masyarakat agar mampu menghadapi dan menyelesaikan tantangan di tengah arus informasi digital hari ini.

--------

Penulis adalah Siti Aisyah mahasiswa jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang


Referensi:

Sari, Yuni Afnita. (2019). GERAKAN NASIONAL LITERASI DIGITAL (Studi Kasus Gerakan Lawan Hoaks oleh SiBerkreasi sebagai Program Nasional Literasi Digital di Indonesia). Yogykarta.

Anandita, Putu. (2022). Pentingnya Mengembangkan Keterampilan Analitis Dalam Dunia Kerja. Jakarta:CXO Media

Rahmadani,Nurul Huda. (2022) 5 Cara Meningkatkan Kemampuan Analisis, Wajib Dimiliki Tiap Orang!. IDN Times

Ginting, Imelda. ( Pentingnya Daya Kritis Masyarakat Tangkal HOAX). Babelprov.go.id

Tag:

Baca Juga

Kader Posyandu Intan Sari Nagari Sungai Rumbai, Kabupaten Dharmasraya, Elvawati diundang untuk mengikuti Jambore Kader Tingkat Nasional
Kader Posyandu Dharmasraya Diundang Ikuti Jambore Kader Tingkat Nasional 2024
Aksi Semen Padang Peduli, Kumpulkan 400 Kantong Darah untuk Sesama
Aksi Semen Padang Peduli, Kumpulkan 400 Kantong Darah untuk Sesama
Progul Epyardi Asda-Ekos Albar, Bantu Alsintan untuk Petani Sumbar Tingkatkan Produksi
Progul Epyardi Asda-Ekos Albar, Bantu Alsintan untuk Petani Sumbar Tingkatkan Produksi
Segenap civitas akademika Fakultas Syariah UIN Imam Bonjol Padang mendapat kehormatan dan mahasiswanya diberikan materi perkuliahan berkaitan
Dosen Asing Asal Singapura Mengajar di Fakultas Syariah UIN IB Padang
Semen Padang FC gagal meraih tiga poin dalam laga kandang di pekan kelima BRI Liga 1 saat menghadapi Barito Putra, Rabu (18/9/2024)
Main di Kandang Sendiri, Semen Padang Malah Kalah dari Barito Putera
lowongan BCA
Sumbar Juara 1 Tingkat Pengangguran Tertinggi di Pulau Sumatra