Cabai Merah Picu Deflasi di Padang dan Bukittinggi

Harga Cabai, ramadan sembako, cabai pasar raya padang

Cabai Merah. (Foto: ist)

Langgam.id – Penurunan harga komoditi cabai merah sejak beberapa pekan terakhir memicu deflasi di Kota Padang dan Bukittinggi. Per November 2019, dua kota yang menjadi tolok ukur ekonomi Sumatra Barat itu mengalami deflasi atau penurunan harga masing-masing 0,34 persen dan 0,10 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar Sukardi mengatakan sejumlah komoditas pokok mengalami penurunan harga di daerah itu, menyusul berlimpahnya pasokan.

“Deflasi bulan November didorong penurunan harga sejumlah komoditas pokok seperti cabai merah dan daging ayam ras. Ini karena pasokan yang cukup berlimpah,” katanya, Senin (2/12/2019).

Sepanjang November 2019, cabai merah mengalami penurunan harga sebesar 17,14 persen di Padang dan 7,33 persen di Bukittinggi. Kemudian, daging ayam ras mengalami deflasi 3,62 persen di Padang dan 3,84 persen di Bukittinggi.

Selain itu, komoditas pokok yang mengalami penurunan harga antara lain, minyak goreng, jengkol, belut, emas perhiasan, dencis, cabai hijau, ikan tuna, angkutan udara, ketimun dan cabai rawit.

Meski secara umum mengalami deflasi, beberapa komoditas pokok lainnya justru mengalami kenaikan harga atau inflasi, seperti bawang merah yang mengalami kenaikan signifikan sebesar 20,13 persen di Padang dan 22,66 persen di Bukittinggi.

Selain itu, komoditas lainnya yang menghambat deflasi adalah beras, pisang, jeruk, udang basah, tomat sayur, rokok kretek, rokok putih, apel, sewa rumah, kacang panjang, petai, dan sepat siam.

Sukardi mengatakan deflasi yang dialami daerah itu menunjukkan stabilitas ekonomi masih terjaga dengan baik, yakni dengan prediksi inflasi tahun ini tidak meleset dari perkiraan maksimal 3,5 persen plus minus 1 persen.

“Kami melihat laju inflasi masih terjaga dengan baik, dengan harapan di akhir tahun sesuai prediksi,” katanya.

Adapun, laju inflasi tahun kalender (Januari-November 2019) Kota Padang sebesar 1,65 persen dan Bukittinggi 1,32 persen. Sedangkan laju inflasi year on year (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, Kota Padang sebesar 1,81 persen dan Bukittinggi 1,74 persen.

 

Baca Juga

Gelar Muswil ke II, HIPKA Sumbar Bedah Prospek Ekonomi Daerah Pasca Pilkada Serentak 2024
Gelar Muswil ke II, HIPKA Sumbar Bedah Prospek Ekonomi Daerah Pasca Pilkada Serentak 2024
BPS mencatat nilai ekspor yang berasal dari Sumatra Barat (Sumbar) pada Desember 2024 sebesar US$173,56 juta. Nilai ini terjadi penurunan
BPS: Nilai Ekspor dan Impor Sumbar Turun di Desember 2024
Sumatera Barat, sebuah provinsi yang dikenal memiliki sejarah politik yang kaya dan beragam, selalu menunjukkan dinamika politik yang unik.
Efisiensi APBD dan Tantangan Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor yang berasal dari Sumatra Barat pada Oktober 2024 sebesar US$243,82 juta. Angka ini terjadi
Nilai Ekspor Sumbar Naik di Oktober 2024, Terbesar Dikirim ke India
BPS mencatat kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Sumatra Barat melalui pintu masuk Bandara Internasional Minangkabau
Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Sumbar Turun 8,76 Persen di Oktober 2024
Pinang Sumbar Makin Diminati, India Jadi Pasar Utama
Pinang Sumbar Makin Diminati, India Jadi Pasar Utama