Langgam.id - Bank Indonesia memperkirakan hasil panen padi organik dalam program klaster sekolah lapangan padi organik (Selapo) binaan BI Sumatra Barat di Kabupaten Agam mencapai 6,5 ton per hektare (Ha).
Kepala Perwakilan BI Sumbar Wahyu Purnama A mengatakan angka itu meningkat sekitar 15 persen dari hasil panen sebelumnya yang hanya 5,5 ton per hektare.
"Panen yang dihasilkan diperkirakan sekitar 6,5 ton per hektare, meningkat dari sebelumnya sekitar 5,5 ton per hektare atau meningkat sebesar lebih kurang 15 persen," katanya melalui keterangan tertulis yang diterima langgam.id, Kamis (23/7/2020).
Ia mengatakan program Selapo dengan teknologi ramah lingkungan, merupakan pemanfaatan mikroba ramah lingkungan yang berguna untuk memperbaiki kondisi tanah, sehingga meningkatkan efektifitas dan efisiensi pemupukan.
Baca juga: BI Sumbar: Laju Inflasi Terkendali Karena Kebijakan PSBB
Baca juga: Sumbar Inflasi 0,63 Persen Selama Ramadan Dominan Disumbang Kenaikan Tarif Angkutan Udara
Selain itu juga meningkatkan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit. Dampaknya, hasil produksi akan lebih meningkat.
Program klaster padi organik dikembangkan BI Sumbar di Jorong Pauah, Nagari Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek, Kabupaten Agam.
Pengembangan klaster padi organik tersebut telah dimulai sejak Desember 2018 lalu, dengan melibatkan instansi terkait seperti Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Sumbar, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kementerian Pertanian Provinsi Sumbar, Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Sumbar, Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) Sumbar, dan Dinas Pertanian Kabupaten Agam.
Wahyu mengatakan BI mengembangkan klaster padi organik di Agam dan juga klaster bawang merah di Lembah Gumanti, Kabupaten Solok sebagai salah satu upaya pengendalian inflasi di daerah itu.
"Saat ini komoditas bahan pangan merupakan penyumbang utama inflasi di Indonesia. Dalam situasi dan kondisi seperti itu, dan sejalan dengan tujuan mengendalikan laju inflasi, Bank Indonesia dinilai perlu turut serta menjaga ketersediaan pangan," katanya.
Ia menilai kecukupan ketersediaan bahan pangan dipercaya mampu menjaga sisi supply sehingga mampu meredam gejolak harga sekaligus membantu mengendalikan laju inflasi.
Adapun kriteria pemilihan komoditas bahan pangan yang akan dikembangkan dengan model klaster, selain komoditas yang menjadi sumber tekanan inflasi, komoditas yang berorientasi ekspor dan komoditas yang merupakan unggulan di wilayah Sumbar merupakan jenis-jenis komoditas pilihan yang bisa dikembangkan pula.
Sehingga, program pengembangan klaster yang dikembangkan oleh Bank Indonesia bersama-sama dengan pemerintah daerah setempat tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan inflasi di daerah dan mengembangkan potensi ekonomi daerah bersangkutan tetapi juga dapat diarahkan untuk mengendalikan inflasi di daerah lain yang dapat diwujudkan melalui kerja sama antar daerah.
Sementara itu, BI Sumbar menargetkan inflasi daerah itu tahun ini bisa lebih stabil di kisaran 3 persen plus minus 1 persen di akhir 2020. (HF)