Bendera Bajak Laut Di Bulan Agustus: Antara Budaya Populer dan Patriotisme

Oleh: Edria Sandika*

Belakangan ini ramai pemberitaan mengenai polemik pengibaran bendera bajak laut Jolly Roger dari serial animasi (anime) berbasis komik Jepang (manga) berjudul One Piece karya Eichiro Oda. Simbol bajak laut yang melakukan perlawanan terhadap ketidakadilan sosial dalam dunia fiksinya diartikan oleh berbagai pihak dengan beragam tanggapan. Tren pengibaran bendera bajak laut ini dianggap kontroversial karena bertentangan dengan semangat nasionalisme yang digambarkan oleh bendera merah putih, apalagi dilakukan di bulan Agustus 2025, pada bulan perayaan kemerdekaan Republik Indonesia.

Sebagai simbol identitas nasional yang merepresentasikan perjuangan dan pengorbanan sejak 17 Agustus 1945, pengibaran bendera merah-putih adalah penanda utama Indonesia telah merdeka dan berdaulat di hadapan bangsa-bangsa lainnya. Sesuai aturan yang tertera pada Undang-Undang (UU) no 24 tahun 2009, pasal 21 menegaskan bahwa bendera negara dipasang lebih tinggi, dan pasal 24 bahwa setiap orang dilarang menodai, menghina, atau merendahkan kehormatan bendera negara. Pelanggaran terhadap UU tersebut dapat dianggap sebagai tindakan tidak menghormati bendera negara dan pemerintah berhak melakukan pelarangan resmi untuk bendera lain berkibar selain bendera merah-putih.

Sementara itu, One Piece adalah salah satu anime yang sangat berpengaruh di budaya populer, terutama di kalangan anak muda Indonesia yang menggemari budaya Jepang. Menurut Guinness World Records, One Piece adalah serial komik dan manga dengan penjualan terbanyak mencapai 520 juta kopi di tahun 2022 yang masih akan terus bertambah karena manga-nya belum tamat dan serial anime-nya masih terus ditayangkan hingga hari ini. Dengan motif petualangan, dunia bajak laut, kedalaman karakterisasi, dan humor, One Piece adalah salah satu judul yang sudah bersifat global dan dikenal luas hingga ke Indonesia, terutama di kalangan generasi muda. Dengan cerita bajak laut yang mengedepankan persahabatan, kebebasan, dan perlawanan terhadap otoritas yang korup dan menindas, One Piece menjadi sorotan karena usulan pengibaran bendera Jolly Roger yang ada dalam cerita anime tersebut sebagai simbol identitas belakangan ini.

Reaksi generasi muda Indonesia yang mengibarkan bendera bajak laut Jolly Roger selain bendera negara merah-putih adalah bentuk negosiasi identitas antara budaya nasional dan budaya global dalam kaitannya dengan hibriditas budaya. Bendera Jolly Roger dari One Piece telah mengalami rekontekstualisasi makna dari sekadar bendera dari anime menjadi ekspresi kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap berbagai fenomena keadilan sosial yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Konteks bendera Jolly Roger yang tadinya spesifik hanya sekadar bendera pada anime nya berubah menjadi identitas hibrid antara budaya pop Jepang yang mengglobal dengan semangat patriotisme yang ada di Indonesia sehubungan dengan bulan perayaan kemerdekaan.

Di dalam dunia digital yang penuh dengan disrupsi dan perubahan yang begitu cepat, kita memerlukan patriotisme yang lebih inklusif, tidak kaku (rigid), dan memberi ruang terhadap keterlibatan budaya secara global. Tidak seharusnya pengibaran bendera Jolly Roger dianggap sebagai tindakan subversif terhadap negara, melainkan sebagai bentuk ekspresi budaya tanpa kekerasan dalam mengekspresikan kekecewaan, dan bukan sebagai penolakan terhadap nilai-nilai bangsa yang terkandung dalam pengibaran bendera merah-putih. Bagaimanapun juga, pengibaran bendera merah-putih adalah simbol bangsa yang tidak bisa ditawar-tawar, karena sudah ada aturan tegas terkait hal tersebut. Yang diperlukan adalah usaha literasi budaya antara fenomena global dengan respon lokal agar simbol negara, semangat patriotisme di bulan Agustus 2025 ini tidak perlu dicederai oleh pemaknaan provokatif oleh pengibaran bendera Jolly Roger tersebut.

Fenomena pengibaran bendera Jolly Roger dari anime One Piece ini haruslah dilihat sebagai reaksi budaya yang spontan, bukan sebagai ancaman terhadap kedaulatan dan identitas budaya bangsa Indonesia. Fenomena ini mirip dengan ujaran di media sosial bahwa Indonesia disebut “Negara Konoha” karena berbagai kesamaan yang bersifat kebetulan antara Indonesia dengan desa Konohagakure dari anime sejenis berjudul Naruto karya Masashi Kishimoto.

Reaksi budaya yang dihadirkan oleh istilah “Negara Konoha” tersebut lebih bersifat humoris ketimbang harus dimaknai sebagai representasi akurat terhadap negeri ini. Seperti halnya bendera Jolly Roger, penggunaan ujaran “Negara Konoha” adalah bentuk rekontekstualisasi makna dalam integrasi budaya global yang dilokalisasikan. Sehingga, menanggapi pengibaran bendera bajak laut sebagai bentuk ancaman atau hinaan terhadap negara dipandang berlebihan dan kaku dalam memahami identitas budaya yang seharusnya cair (fluid) dan inklusif.

Fenomena bendera bajak laut Jolly Roger dari anime One Piece ini haruslah dilihat sebagai reaksi budaya yang wajar dan direspon dalam konteks budayanya pula. Memahami mentah-mentah sebagai penolakan simbol dan nilai budaya menunjukkan perlunya advokasi dan literasi dari pihak-pihak terkait karena tidak ada indikasi pengibaran bendera bajak laut dari sebuah serial animasi sebagai bentuk ketidakcintaan kepada tanah air. Fenomena ini adalah bagian dari fenomena-fenomena lain yang berkaitan dengan bagaimana budaya populer global mempengaruhi identitas lokal yang tidak berbahaya, tidak mengandung kekerasan, dan bentuk kritik kolektif yang niatnya tetap berbasis patriotisme meskipun dalam lansekap yang berbeda. Fenomena ini menyisakan pertanyaan serius akan seperti apa dinamika identitas budaya lokal yang dipengaruhi budaya populer global di masa depan dan bagaimana pemerintah dan masyarakat Indonesia menghadapinya.

*Dosen Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

Baca Juga

Etos Jalanan dan Ekonomi Tikungan
Etos Jalanan dan Ekonomi Tikungan
Dalam pembukaan Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) Sumatra Barat 2024, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah III Sumatra Barat, Undri,
Menggali "Deposit Budaya": Kekayaan Tak Ternilai di Sumatra Barat
SURI Pamerankan "Batik Sunyi" Bermotif Iluminasi Manuskrip Minangkabau Karya Teman Tuli
SURI Pamerankan "Batik Sunyi" Bermotif Iluminasi Manuskrip Minangkabau Karya Teman Tuli
Pemutaran Film Warisan Budaya Mengakhiri Galanggang Arang Pamenan Anak 2024
Pemutaran Film Warisan Budaya Mengakhiri Galanggang Arang Pamenan Anak 2024
Bupati Tanah Datar, Eka Putra membuka event Sumarak Labuah Babudayo yang digelar di Nagari Labuah, Kecamatan Lima Kaum, Jumat (12/4/2024).
Sumarak Labuah Babudayo Jadi Pembuka Progul Satu Nagari Satu Event Tanah Datar 2024
Festival Gamad, Hidayat: Untuk Aktivasi Warisan Budaya Takbenda
Festival Gamad, Hidayat: Untuk Aktivasi Warisan Budaya Takbenda