Langgam.id - Kenaikan Bahan Bakar Minyak atau BBM berimbas kepada usaha kecil di Kabupaten Limapuluh Kota. Dita Susanti, 37 tahun, pemilik usaha Kerupuk Bawang “Ustman” di Nagari Simpang Kapuak, Kecamatan Mungka, menuturkan, usahanya tidak bisa lagi berproduksi seperti biasa.
“Sudah lima bulan terakhir ini usaha saya tidak berproduksi seperti biasa, karena faktor BBM naik yang menyebabkan bahan pokok yang diperlukan untuk pembuatan kerupuk juga ikut naik,” kata Dita, Rabu, (14/9/2022)
Usaha Kerupuk Bawang “Ustman” di Jorong Dusun Nan Duo itu, didirikan Dita pada 20 Januari 2019. Ia memberi merek “Utsman”, sesuai dengan nama putra bungsunya.
Dita mengeluhkan harga bahan-bahan untuk membuat kerupuk bawang yang naik. Harga tepung terigu misalnya, naik dari Rp120 ribu menjadi Rp236 ribu per karung. Harga tepung tapioka naik dari Rp140 ribu menjadi Rp265 ribu per karung dan harga cabe rawit naik dari Rp20 ribu menjadi Rp40 ribu per kilogram.
Kemudian harga bawang merah naik dari Rp15 ribu menjadi Rp45 ribu per kilogram. Harga minyak goreng naik dari Rp11 ribu menjadi Rp 22 ribu per kilogram. Harga bahan-bahan lainnya yang diperlukan untuk proses pembuatan kerupuk juga naik.
“Untuk sementara saya hanya memproduksi kerupuk jika ada pesanan lewat telepon atau WhatsApp,” katanya.
Ia mencontohkan, jika ada yang memesan kerupuk bawang lewat WhatsApp sebanyak 10 kg, maka ia segera membuatnya karena bisa mendapatkan uang secara langsung.
“Berbeda dengan dititipkan ke minimarket atau supermarket seperti dulu, kita titipkan dulu nanti saat penitipan kedua baru kami dapatkan uangnya,” katanya.
Sebelumnya, kata Dita, ia bisa memproduksi kerupuk bawang dua kali seminggu. Modal yang dikeluarkan untuk sekali produksi Rp2 juta untuk 40 kilogram kerupuk. Artinya, pembuatan setiap 1 kg membutuhkan biaya Rp50 ribu.
Keuntungan dari 40 kg kerupuk bawang sebanyak Rp1 juta, karena 1 kg kerupuk dijual Rp75 ribu.
“Itu pun masih belum dihitung untuk upah tenaga kerja, biasanya untuk satu kali produksi saya memberi upah 20 persen dari untung yang saya dapat,” ujarnya.
Dita juga menyampaikan sebelum harga BBM naik, usaha yang dirintisnya dengan menitipkan dari warung ke warung sekarang sudah sampai ke mini market dan supermaket.
“Dari tungku yang saya pakai cuma tungku kayu biasa, sekarang saya sudah punya dapur produksi sendiri, dari kuali kecik sampai saya bisa membeli kuali yang besar dan lainnya,” ujarnya.
Namun sekarang ia hanya bisa menunggu BBM turun. Namun ia tidak tahu sampai kapan bisa menunggu. “Harapan saya ke depannya supaya harga BBM turun dan bahan pokok bisa normal kembali sehingga saya bisa berproduksi seperti biasa lagi,” katanya. (Roma)
(Roma dari Jorong Dusun Nan Duo, Simpang Kapuak, Mungka, Kabupaten Limapuluh Kota adalah peserta Pelatihan Jurnalisme Warga “Muda Melangkah” WRI Indonesia di Bukittinggi, 2022).
--
Ikuti berita Sumatra Barat hari ini, terbaru dan terkini dari Langgam.id. Anda bisa bergabung di Grup Telegram Langgam.id News Update di tautan https://t.me/langgamid atau mengikuti Langgam.id di Google News pada tautan ini.