Langgam.id - Ketua Harian DPP Ikatan Keluarga Minang (IKM) Andre Rosiade membantah anggapan Megawati Soekarnoputri tentang Sumatra Barat (Sumbar). Andre menyatakan masyarakat Sumbar masih punya semangat gotong royong.
"Kami masyarakat Sumatera Barat, masyarakat Minang adalah masyarakat yang sangat mencintai NKRI. Kedua masyarakat yang sangat mengedepankan semangat gotong-royong dan nilai Pancasila," kata Andre dalam keterangan tertulis, Minggu (15/8/2021).
Baca juga: Bantah Megawati Soal Sumbar, Fadli Zon: Yang Beda Justru Sikap Tokoh Pusat
Menurut Andre, sikap gotong royong itu bisa dilihat dari sikap warga Sumbar saat terjadi bencana. Beberapa kali Sumbar mengirimkan bantuan kepada korban bencana yang terjadi.
"Setiap bencana alam di Indonesia masyarakat Minang bergotong royong mengirimkan ton-ton rendang ke berbagai provinsi yang tertimpa bencana alam," kata dia.
Dia juga menyinggung soal konflik di Wamena, Papua pada September 2019. Ketika itu masyarakat Minang berusaha memulangkan para perantau agar tidak menjadi korban kekerasan.
”Lalu ada yang naik kapal, lalu transit di Makassar, masyarakat Minang di Makassar naik ke kapal memberikan bantuan sampai akhirnya mereka bisa pulang ke Sumbar. Itu menunjukkan semangat gotong-royong kita sangat tinggi," ucapnya.
Selain itu, menurut Andre masyarakat Sumbar juga sangat menghormati pemimpin. Hal itu dibuktikan dengan sambutan masyarakat saat Presiden Jokowi maupun Wapres Ma'ruf Amin datang ke Sumbar.
“Jadi intinya kami masyarakat Minang adalah masyarakat yang sangat menjiwai semangat gotong-royong dan sangat mencintai NKRI dan sangat menjaga semangat nilai-nilai Pancasila," sambungnya.
Sebelumnya, Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri menilai kondisi masyarakat di Sumatra Barat (Sumbar) saat ini sudah berbeda dibandingkan dulu. Megawati juga menganggap sudah tidak banyak tokoh-tokoh besar yang dilahirkan Sumbar.
Baca juga: Sebut Sumbar Sudah Beda, Megawati Pertanyakan Peran Tungku Tigo Sajarangan
Hal itu disampaikan Megawati dalam webinar Pekan Bung Hatta yang ditayangkan akun YouTube Badan Nasional Kebudayaan Pusat (BKNP) PDIP, Kamis (12/8/2021). Keresahan itu, pernah dia sampaikan kepada cendikiawan asal Sumbar, Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii.
“Karena di BPIP, saya sebagai Ketua Dewan Pengarah, itu ada Buya Syafii, saya suka bertanya sama beliu mengapa Sambar yang dulu pernah saya kenal sepertinya sekarang sudah mulai berbeda, lain,” ungkapnya.
Dia mengatakan saat datang ke Sumbar merasakan sebuah naruli kegotongroyongan dan tradisi keislaman yang kental. Saat bersamaan, kata dia, masyarakat juga menempatkan peran tokoh adat, ninik mamak, alim ulama dan kaum cerdik pandai atau yang disebut tungku tigo sajarangan.
“Sekarang apa karena tadi, tidak adanya yang namanya tungku tigo sajarangan ini? Itu hanya tinggal sebuah kenangan atau hanya simbol saja? nah itu yang perlu menerangkan kan mereka yang dari Sumbar,” ucapnya.