Sudah hampir dua tahun masyarakat dunia hidup berdampingan dengan pandemi. Banyak kebiasaan masyarakat yang mulai berubah dari yang dulu, sekarang mesti pakai masker, menjaga jarak dan tidak boleh berkerumun. Dalam banyaknya kasus kematian dua tahun terakhir, Pandemi juga menjadi salah satu cara untuk sang Khalik memanggil hamba-Nya. Sampai saat ini, pemerintah dan seluruh dunia terus mencari cara bagaimana mengembalikan keadaan seperti semula. Pandemi dikhawatirkan banyak pakar menyisakan ancaman serius yang mempengaruhi peradaban masa depan.
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Dr. dr. Aman B. Pulungan, Sp.A(K), mengatakan bahwa untuk saat ini para dokter anak di seluruh dunia sedang memikirkan risiko buruk dari pandemi COVID-19, yakni lost generation.
Istilah lost generation sendiri pada awalnya digunakan untuk menyebut kelompok sosial yang mengalami kebingungan dan kehilangan arah pada periode awal pasca Perang Dunia I. Pada kasus kekinian, pandemi yang tidak kunjung usai membuat anak-anak berisiko mengalami beberapa masalah psikologi.
Anak-anak yang notabene memiliki masa depan yang panjang, dihadapkan pada kondisi anak-anak yang mesti diisolasi. Bahkan dibatasi aktivitasnya untuk bertemu langsung dengan teman-teman dan orang banyak. Kondisi anak yang kehilangan orang tua akibat pandemi dan anak yang ketika orang tuanya sakit dititipkan ke tetangga dalam waktu yang lama dan banyak contoh lainnya.
Beberapa pihak mengkhawatirkan terjadinya fenomena generasi yang hilang (lost generation) akibat berubah totalnya sistem pendidikan yang begitu cepat, dari kebiasaan tatap muka berubah ke metode daring. Bagi keluarga yang berpendidikan dan berkecukupan tentu dirasa tidak masalah. Bahkan pada masyarakat pinggiran dan serba kekurangan, pasti ada masalah untuk mengakses pendidikan yang layak. Hal ini berpotensi mengakibatkan terabaikannya pendidikan anak-anak selama era pandemi. Padahal, pemerintah sudah memproyeksikan program menyongsong generasi emas 2045.
Peta jalan menuju terwujudnya generasi emas tepat pada saat negeri ini merayakan hari ulang tahun kemerdekaan (HUT) ke-100 RI juga telah digebyarkan sejumlah pihak. Pada 2045 itulah negeri tercinta akan berulang tahun emas sambil menikmati mimpi indah bonus demografi. Mimpi indah ibu pertiwi pada generasi emas usia produktif yang berkarakter, berkompeten, dan berliterasi tinggi dan sejahtera.
Impian itu kini terancam gagal, seiring terjadinya pandemi covid-19, yang sudah berlangsung hampir dua tahun. Bahkan, program Kemendikbud untuk melaksanakan asesmen kompetensi minimum (AKM) dan survei karakter mulai 2021 tidak kunjung dilaksanakan.
Jika pandemi terus berlangsung, tidak tertutup kemungkinan pelaksanaan Asessment Nasional (AN) juga ditiadakan untuk tahun ini. Padahal, AN sejak awal dirancang untuk menggantikan ujian nasional (UN). Jika AN kembali gagal dilaksanakan pada 2021, berarti selama dua tahun tidak ada evaluasi terhadap capaian pendidikan nasional. Itu karena pada 2020, UN juga tidak dilaksanakan dengan alasan kondisi negeri sedang larut dalam pandemi. Padahal, evaluasi pendidikan selama musim pandemi sangat penting guna menganalisis efektivitas pembelajaran di tengah kondisi keterbatasan.
Dalam kondisi serba tidak menentu inilah semua elemen bangsa tidak boleh berpangku tangan, sambil bertindak seadanya terhadap dampak yang diakibatkan pandemi covid-19. Jika anak-anak yang sedang mengalami tumbuh kembang tidak terfasilitasi pendidikannya dengan baik, fenomena lost generation benar-benar akan terjadi menjadi kenyataan.
Harapannya, mulai dari pemerintah, swasta hingga masing-masing keluarga diharapkan kepeduliannya. Kepedulian untuk sama-sama memikirkan metode pendidikan yang sehat dan aman untuk generasi muda dalam mendapatkan pendidikan, agar terhindar dari lost generation. Lost generation sesungguhnya juga bisa dicegah pada kondisi keluarga yang kondusif, mulai dari orang tua dan anggota keluarga lainnya menjadi teman belajar yang ramah untuk anak. Ibu pertiwi saat ini tentu berharap, semoga semua pihak serius menjaga generasi muda agar terhindar dari lost generation. Agar Indonesia tetap optimis dengan cita-cita mulianya, menjadi negara maju pada ulang tahun emas bangsa 2045.
*Penulis adalah Analis Bina Ketahanan Remaja Perwakilan BKKBN Sumatera Barat