6 Konflik Manusia dengan Satwa Liar Terjadi di Agam, 1 Meninggal

konflik satwa liar

Ilustrasi harimau (pixabay.com)

Langgam.id - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Resort Agam mencatat, sejak Januari hingga 16 Maret 2021 telah terjadi enam konflik satwa liar dengan manusia. Dari enam konflik tersebut mengakibatkan satu orang meninggal dan beberapa hewan ternak mati dan terluka.

"Satwa liar tersebut seperti buaya muara, harimau Sumatra, beruang madu, dan lain sebagainya. Beberapa hewan ternak warga mati dan terluka, yang diduga akibat serangan dari satwa liar tersebut,” kata Kepala BKSDA Resort Agam, Ade Putra.

Ia menjelaskan, baru-baru ini sebanyak tiga ekor kerbau warga Sawah Liek Aia Rangek, Jorong Cubadak Lilin, Nagari Tigo Balai, Kecamatan Matur, diduga dimangsa oleh harimau Sumatra.

“Dari kejadian tersebut mengakibatkan satu ekor induk kerbau mati, dan 2 anak kerbau mengalami luka-luka,” jelasnya.

Dan satu warga yang meninggal tersebut,ulasnya, bernama Nasril (50), warga Jorong Muaro Putuih, Nagari Tiku V Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara.

Baca juga: Penyerang Kerbau di Tilatang Kamang, BKSDA: Diduga Macan Dahan

“Nasril diduga dimangsa buaya muara (crocodylus porosus), saat mencari rumput untuk ternaknya di pinggir Sungai Batang Masang, Muaro Putih, Kecamatan Tanjung Mutiara, pada Kamis (11/2/2021),” ujarnya.

Ade Putra menambahkan, sekitar pertengahan Februari lalu ternak sapi milik warga juga diduga dimangsa oleh buaya di Sungai Batang Antokan, Nagari Manggopoh.

Selain itu, jelasnya, pada awal Maret lalu di beberapa lokasi yang berbeda, buaya muara juga terlihat oleh warga di sekitar wilayah Pantai Tiku, Nagari Tiku Selatan, Kecamatan Tanjung Mutiara.

“Namun, buaya tersebut diduga hanya sekedar melintas di kawasan tersebut,” imbuhnya.

Ade Putra menjelaskan, sedangkan kasus konflik satwa liar jenis beruang madu (Helarctos Malayanus) terjadi di kawasan kelok 44.

“Hasil dari identifikasi dan laporan warga, satwa tersebut sudah muncul beberapa kali dan memakan hasil perkebunan milik warga,” ujar Andre.

Berdasarkan catatan, kemunculan beruang madu tersebut merupakan yang ke 7 kalinya di kawasan tersebut dan merupakan individu beruang yang sama.

Ade Putra mengimbau kepada warga yang tinggal ataupun yang beraktivitas di pinggiran sungai, muara dan pantai, agar berhati-hati dan tetap waspada akan keberadaan buaya.

“Sampai bulan Juli mendatang, buaya akan lebih agresif, karena saat ini merupakan musim kawin dan bertelur,” jelasnya.

Kepada warga yang memiliki ternak, Ade Putra mengimbau agar dapat mengandangkan dan tidak mengembalakan ternaknya di pinggir hutan yang rawan konflik.

“Hal ini dilakukan agar hewan ternak tidak diserang dan dimangsa oleh satwa liar,” ujarnya.(*/Ela)

Baca Juga

Seekor harimau sumatra (Panthera tigris sumatrae) berhasil terperangkap dalam kandang jebak yang dipasang oleh Tim BKSDA Sumbar d
Sempat Buat Warga Khawatir, Akhirnya Harimau Sumatra Masuk Perangkap di Solok
Cari Ikan di Sungai, Seorang Warga Agam Meninggal Diterkam Buaya, bksda
Konflik Buaya-Manusia di Sumbar Mencapai 12 Kali Setahun, BKSDA Ungkap Penyebabnya
71 Konflik Buaya dan Manusia, BKSDA: Kejadian Terbanyak di Agam
71 Konflik Buaya dan Manusia, BKSDA: Kejadian Terbanyak di Agam
Langgam.id - Seorang warga di Sungai Mandiangin, Nagari Katiagan, Kabupaten Pasaman Barat dilaporkan hilang usai diterkam buaya.
Kata Wali Nagari Soal Lokasi Bocah Perempuan yang Diterkam Buaya di Agam
Puluhan Babi di Agam Ditemukan Mati Mendadak Diduga Akibat Virus
Puluhan Babi di Agam Ditemukan Mati Mendadak Diduga Akibat Virus
Induk dan Anak Sapi Milik Warga Agam Dilaporkan Terluka Diterkam Harimau
Induk dan Anak Sapi Milik Warga Agam Dilaporkan Terluka Diterkam Harimau