Langgam.id - Sama dengan Desember 2018, potensi tejadi gerakan tanah di Indonesia, termasuk Sumatra Barat (Sumbar), pada Januari 2019 akan tetap tinggi dan cenderung meluas. Demikian dilansir Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melalui situs resminya, Selasa (9/1/2016).
Melaui Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi memperingatkan, secara umum wilayah Indonesia yang perlu diwaspadai utamanya di wilayah jalur jalan dan pemukiman yang dekat dengan perbukitan, pegunungan, dan sepanjang aliran sungai.
"Antara lain wilayah Sumatera bagian Barat dan Tengah, Jawa bagian Barat, Tengah dan Timur, Kalimantan Bagian Barat, Timur, Selatan dan Tengah, Sulawesi bagian, Selatan, Barat , Utara, dan Tengah , Maluku , NTB, NTT dan Papua."
Secara detail, untuk wilayah Sumbar, badan ini memperingatkan potensi menengah hingga tinggi di 158 kecamatan yang ada di 18 kabupaten/kota di Sumbar. Dari 19 kabupaten/kota, hanya Kota Payakumbuh yang tak masuk daftar. selengkapnya, dapat diakses di sini.
Daerah dengan potensi menengah, menurut lembaga ini, gerakan tanah dapat terjadi terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan, jika curah hujan di atas normal.
Sedangkan, daerah dengan potensi tinggi, gerakan tanah lama dapat aktif kembali jika curah hujan di atas normal.
Selama sepekan terakhir, menurut Badan Geologi, terjadi 11 kali gerakan tanah berupa longsor di sejumlah provinsi di Pulau Jawa, sumatra, Kalimantan dan Papua.
Badan ini memberi rekomendasi sebagai berikut:
- Pembersihan material longsoran agar tidak dilaksanakan pada saat dan setelah turun hujan karena dikhawatirkan adanya longsor susulan.
- Masyarakat dan pengguna jalan yang melintas harap meningkatkan kewaspadaan ketika melintasi jalur rawan gerakan tanah.
- Pemasangan rambu rawan bencana gerakan tanah untuk meningkatkan kewaspadaan.
- Melandaikan lereng, mengatur drainase dan memperkuat kestabilan lereng dengan pembuatan penahan lereng dengan fondasi menembus batuan yang keras.
- Saluran air permukaan segera dibenahi agar lebih kedap air dan mampu menampung air jika debit air meningkat saat hujan.
- Penanaman pepohonan berakar kuat dan dalam untuk memperkuat lereng.
- Penggalian atau pemotongan lereng harap tidak terlalu curam dan memenuhi kaidah keteknisan tanah dan batuan.
- Dibuat perkuatan tebing berupa penahan lereng dengan fondasi mencapai tanah yang keras.
Menjaga fungsi lahan dengan menanami vegetasi berakar dalam dan kuat serta menata aliran air permukaan pada tebing tersebut. - Untuk ke depannya agar tidak mendirikan bangunan pada jarak yang terlalu dekat dengan tebing dan alur lembah atau aliran sungai yang berpotensi menjadi jalan mengalirnya material longsoran.
- Warga yang bermukim di sekitar lokasi bencana agar meningkatkan kewaspadaan mengingat musim hujan yang sudah tiba dan mengungsi jika turun hujan.
- Tidak melakukan aktivitas yang dapat mengganggu kestabilan lereng, seperti pemotongan lereng sembarangan, penebangan pohon-pohon besar dengan sembarangan sehingga dapat memicu terjadinya gerakan tanah.
- Meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat untuk lebih mengenal dan memahami gerakan tanah dan gejala-gejala yang mengawalinya sebagai upaya mitigasi bencana akibat gerakan tanah.
- Masyarakat dihimbau untuk selalu mengikuti arahan dari aparat pemerintah daerah setempat. (HM)