Langgam.id - Nilai ekspor Sumatera Barat pada bulan Mei 2019 mencapai 100,43 juta dolar, jumlah tersebut mengalami penurunan 3,66 persen dari nilai ekspor bulan sebelumnya April 2019 yang mencapai.
Angka penurunan tersebut diketahui dari rilis data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat di Kantor BPS Sumbar, Padang, Senin, (1/7/2019).
Kepala BPS Sumbar, Sukardi mengatakan secara kumulatif ekspor Sumatera Barat Januari hingga Mei 2019 mencapai 505,00 juta dolar. Nilai ini turun sebesar 24,04 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Golongan barang ekspor pada bulan Mei 2019 paling banyak adalah lemak dan minyak hewan atau nabati sebesar 68,05 juta dolar. Diikuti oleh golongan karet dan barang dari karet sebesar 23,34 juta dolar.
Sukardi mengatakan sebagian besar barang yang diekspor dari Sumatra Barat adalah minyak kelapa Sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO). Sehingga, sulit terjadi peningkatan ekspor di Sumbar. Ekspor selama 2019 sebagian besar menuju Amerika Serikat sebesar 22,45 persen, kemudian diikuti India sebesar 20,52 persen.
"Sejak tahun lalu, sejak 2018 ekspor sudah terus turun, masalahnya adalah ekspor dari Sumatra barat itu sebagian besar itu hanya CPO dan karet, itu sudah 85 persen barang yang kita ekspor itu hanya CPO dan karet," katanya.
Sukardi mengatakan hal yang mempengaruhi ekspor juga harga CPO internasional yang sangat mempengaruhi kegairahan para eksportir untuk mengekspor ke luar negeri. Apalagi harga karet dan harga CPO di internasional beberapa tahun ini juga menurun.
Namun menurutnya dari segi produksi CPO di Sumatra barat tidak turun, tetapi sebagian produksi dialihkan ke daerah lain untuk konsumsi di dalam negeri. Pengalihan tersebut untuk kebutuhan bahan pembuatan B20. Yaitu pencampuran 20 persen biodiesel dengan 80 persen bahan bakar minyak solar.
"Jadi ada pergeseran penjualannya. Sebagian di jual ke luar negeri sebagian di alihkan ke dalam negeri untuk konsumsi sendiri, dialihkan," ujarnya.
Menurutnya pergeseran penjualan tersebut tidak akan membuat masalah. Hal tersebut bagus jika bisa mengurangi ekspor tetapi kemudian mengolah di dalam negeri sendiri.
Sukardi mengatakan perkembangan ekspor di Sumbar dari bulan ke bulan relatif kadang naik dan turun. Namun kecenderungannya secara kumulatif terus menurun. Walau menurun tetapi masih surplus.
"Perdagangan luar negeri masih surplus tetapi surplus nya semakin lama semakin mengecil. Kalau dibiarkan bisa terbalik nantinya, bisa menjadi minus," katanya.
Sedangkan untuk nilai impor Sumbar pada bulan Mei 2019 mencapai 44,31 juta dolar, terjadi penurunan sebesar 0,29 persen dibanding impor bulan April 2019. Impor ke Sumbar sebagian besar adalah mineral atau BBM sebesar 75,27 persen
"Saya ingatkan bahwa sebagian besar impor ke Sumbar ini sebagian besar bahan mineral yaitu BBM, memang sumbar ini bukan produsen BBM, kalau BBM kan memang dibutuhkan terus," tuturnya. (Rahmadi/HM)