Langgam.id - Penyakit Rubella adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Penyakit rubella ini juga dikenal sebagai campak Jerman yang membuat penderitanya mengalami ruam merah dan suhu badan tinggi.
Penyebab rubella adalah virus. Virus rubella ini menyebar melalui droplet bersin atau ingus orang yang terinfeksi oleh penyakit rubella atau campak Jerman ini.
Bagi kebanyakan orang penyakit rubella adalah penyakit ringan. Namun, bagi wanita hamil, rubella adalah penyakit yang bisa menyebabkan konsekuensi yang serius.
Kabid Kesmas dan P3 Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh Heti Suryani mengatakan, bila virus Rubella merebak harus dilaporkan ke Dinas Kesehatan di bagian penyakit menular, karena penyakit Rubella adalah penyakit yang sudah diberantas dengan vaksinasi.
“Setiap dokter yang mendiagnosis infeksi ini diwajibkan menginformasikannya kepada Dinas Kesehatan. Tujuannya untuk mengidentifikasi sumber infeksi virus rubella dan menghentikan penyebarannya,” ujar Heti, sebagaimana dilansir Humas di situs resmi Pemko Payakumbuh, Sabtu (22/6/2019).
Ditambahkan, beberapa wanita hamil memiliki kekebalan terhadap campak Rubella, baik dari yang telah memiliki penyakit di masa lalu atau dari yang divaksinasi.
“Namun, jika seorang wanita hamil yang tidak memiliki kekebalan terhadap virus rubella, dia bisa menularkannya kepada anaknya yang belum lahir,” tambahnya.
Virus ini dapat menyebabkan sejumlah cacat lahir yang dikenal sebagai congenital rubella syndrom (CRS) atau sindrom rubella bawaan. Cacat lahir ini termasuk cacat mental, katarak, tuli, ketidaknormalan jantung atau penyakit jantung kongenital, dan pertumbuhan janin lebih lambat dari janin normal.
Cara yang paling efektif untuk mencegah Rubella atau campak Jerman harus diimunisasi dengan measles, mumps, dan Rubella (MMR) atau campak, gondok dan rubella (CGR).
Heti menghimbau wanita hamil harus berkonsultasi dengan dokter jika mengalami rubella atau jika telah berada bersama dengan seseorang yang mengalami rubella selama minimal 15 menit.
Tes dapat dilakukan jika belum diimunisasi terhadap rubella dan mungkin akan dirujuk ke dokter spesialis kandungan untuk pemeriksaan lebih lanjut untuk memeriksa apakah bayi mengalami CRS. USG dan amniosintesis mungkin dapat menentukan jenis dan tingkat cacat lahir.
“Pasien dapat ditawarkan konseling sehingga mereka dapat membuat keputusan tentang apakah akan melanjutkan dengan kehamilan dalam kasus di mana cacat lahir sudah dikonfirmasi,” pungkas Heti. (*/SS)