Bisnis Tenun Minang di Tengah Pandemi: Ibarat Terjatuh Menaiki Anak Tangga

Bisnis Tenun Minang di Tengah Pandemi: Ibarat Terjatuh Menaiki Anak Tangga

Songket Unggan. (Foto: Langgam.id/Syahrul R)

Langgam.id - Fitri Cici patut bersedih. Bisnisnya baru saja menapak ke anak tangga tinggi, tiba-tiba sudah tersandung pandemi Covid-19. Kini, dia harus kembali berjuang keras untuk membangun dan melangkah lagi.

Ceritanya di awal 2020 lalu, Cici panggilan akrabnya, dengan penuh semangat menyewa sebuah ruko untuk bisnis tenun Minang yang sejak beberapa tahun lalu dirintisnya dari galeri kecil di rumah. Dengan memanfaatkan jaringan selama menjadi pegawai PNPM Mandiri di Kota Sawahlunto, Sumatra Barat (Sumbar), Cici memulai usahanya jualan songket secara sampingan.

Ia mengambil bahan songket Silungkang dari pengrajin di sekitar rumahnya di Lunto, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, untuk kemudian dijajakan kepada kenalan, maupun dipajang di laman media sosial.

Pelan-pelan, pelanggannya terus bertambah, hingga Cici lalu memberanikan diri membuka galeri kecil di rumahnya. Langkah tersebut menjadi awal berkembangnya merek Cici Songket yang menjual berbagai corak songket khas Silungkang.

Usaha yang dirintisnya dengan memaksimalkan penjualan online lewat media sosial dan marketplace itu terus berkembang pesat. Bahkan omzetnya sudah mencapai rerata Rp30 juta per bulan. ”Makanya, saya berani sewa ruko di pinggir jalan besar,” katanya kepada langgam.id, Senin (25/1/2021) lalu.

Sejak Februari 2020, Cici membuka galeri yang lebih besar dengan menyewa ruko. Saat itu jumlah anak tenun (pengrajin) binaannya sudah berkembang lebih dari 20 orang. Malangnya, sebulan setelah buka toko, Covid-19 menghantam Indonesia dan lockdown kemudian diterapkan di mana-mana. Perkantoran tutup. Warga diminta bekerja dari rumah. Acara-acara besar dan pesta pernikahan ditiadakan.

Imbasnya tentu sangat terasa bagi usaha tenun Minang (songket, bordiran, sulaman, dll). Sebab, pelanggan umumnya adalah pegawai kantor dan masyarakat yang akan menggelar pernikahan atau hajatan lainnya. Penjualan Cici akhirnya menurun drastis. “Dari rata-rata Rp30 juta sebulan, jadi hanya Rp5 juta sebulan,” ujarnya.

Bahkan, pendapatan usaha Cici sepanjang tahun lalu terus menurun dan minus dalam beberapa bulan. Baru kemudian mulai bangkit lagi pada November dan Desember ketika kebijakan new normal diterapkan.

Bukan hanya Cici. Hampir seluruh pelaku usaha tenun Minang mengalami seretnya penjualan. Bahkan tidak jarang harus menghentikan pasokan sementara dari anak tenun alias pengrajin agar tidak merugi.

Anita Dona Asri, pemilik Dolas Songket mengakui, selama pandemi ia mengurangi pasokan dari pengrajin, karena minimnya penjualan.

Menurutnya, jika stok tidak dikurangi maka bahan songket akan menumpuk, sehingga pelaku usaha akan merugi. Meski begitu, ia tetap menampung hasil karya pengrajin agar ada juga pemasukan bagi anak tenun. “Kalau tidak diambil kasihan anak tenun, mereka umumnya hanya mengandalkan pendapatan dari situ,” ujarnya.

Pendapatan Anita merosot hampir 90 persen selama pandemi. Untuk bertahan, ia coba mengembangkan produk-produk turunan dari songket, yang bisa dikombinasikan dengan pakaian harian seperti outer maupun blazer. Dengan harapan, meski pegawai kantoran bekerja dari rumah dan pesta dan pesta pernikahan tidak ada, songket tetap bisa dipakai untuk keseharian. Selain itu, usaha binaan Bank Indonesia Sumbar itu memanfaatkan penjualan dengan memaksimalkan pemasaran digital lewat medsos dan marketplace.

Para pelaku usaha itu juga mengakali dengan membuat produk lain, dari bahan songket sisa pakaian dengan membuat masker. Hasil penjualannya sedikit banyak cukup membantu bertahan di tengah pandemi.

Secara umum, hampir semua pelaku usaha tenun Minang merasakan dampak Covid-19 terhadap usaha mereka. Berbagai cara dicoba untuk bertahan, seperti Ermiwati, pemilik brand Emi Arlin misalnya, bahkan beralih memproduksi hazmat atau pakaian pelindung diri yang dibutuhkan tenaga medis.

Cara itu ditempuh karena rendahnya permintaan terhadap bahan-bahan pakaian dari kain songket. Mau tidak mau, agar bisa bertahan, ia memproduksi hazmat yang memang kini sangat dibutuhkan di masa pandemi. “Agar tidak ada PHK dan usaha tetap bisa jalan, semua cara ditempuh,” katanya.

Data Bank Indonesia Sumbar mencatatkan hampir seluruh UMKM binaannya terdampak pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung sejak Maret. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Wahyu Purnama A. mengatakan, UMKM komoditas penunjang pariwisata berupa kerajinan, kain, dan makanan merupakan kelompok paling terdampak besar akibat Covid-19 sedangkan yang tidak terdampak langsung adalah klaster pangan.

Wahyu merinci terjadi peningkatan harga bahan baku hingga 50 persen karena terhambatnya distribusi bagi UMKM kerajinan (fashion) termasuk tenun Minang. Di sisi penjualan, terjadi penurunan rata-rata penjualan 62,67 persen secara year on year akibat produksi terhenti saat PSBB.

UMKM pendukung pariwisata juga mengalami penurunan volume penjualan hingga 90 persen selama masa PSBB, dan sebagian besar pelaku usaha tersebut juga memberhentikan karyawan untuk sementara waktu sampai kondisi normal.

“Dari sekitar 80-an UMKM binaan Bank Indonesia yang terus kami pantau dan lakukan pembinaan, umumnya terdampak, dan mengalami penurunan penjualan sekitar 90 persen,” ujarnya.

Gubernur Sumbar Irwan Prayitno mengakui sebagian besar dari 593.100 unit usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di daerahnya terdampak Covid-19. Yang terdampak paling besar adalah UMKM di bidang perdagangan dan sektor pendukung pariwisata.

Secara umum, Irwan menyebutkan ada lima persoalan yang dihadapi UMKM di Sumbar selama pandemi Covid-19. Pertama, penjualan berkurang akibat permintaan menurun. Kedua, sulitnya mendapatkan bahan baku. Ketiga, distribusi barang yang terhambat. Keempat, permodalan menjadi terbatas. Terakhi, produksi terhambat.

Dia menilai persoalan ini saling berkelindan sehingga menyulitkan pelaku usaha. “Makanya, bisa bertahan saja sudah syukur,” katanya.

Untuk bidang usaha tenun Minang, Irwan menuturkan sektor usaha ini sangat terkait dengan pariwisata. Sebagian konsumen tenun adalah wisatawan yang datang ke Sumbar. Ketika pariwisata off sementara, dia mengatakan usaha-usaha pendukungnya juga ikut terdampak.

Menurutnya, tenun Minang adalah salah satu ikon kerajinan khas Sumatra Barat yang perlu dilestarikan dan memberikan nilai tambah kepada masyarakat pengrajin, sekaligus mendorong pengembangan sektor pariwisata.

Irwan belum bisa memastikan berapa kontribusi sektor usaha tersebut terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumbar. Namun, ia memperkirakan ada lebih 6.000 unit UMKM bidang kerajinan khas lokal tersebut dengan melibatkan lebih dari 35.000 tenaga kerja.

Pemerintah Sumbar sendiri telah memberikan bantuan kepada 127.361 unit pelaku usaha mikro berupa bantuan dana langsung sebesar Rp2,4 juta untuk meringankan beban pelaku usaha. Selain itu, Irwan menyebutkan kebijakan restrukturisasi dalam bentuk penundaan pembayaran cicilan kredit bagi pelaku usaha ikut membantu meringankan beban UMKM selama masa pandemi.

Ia berharap semua pihak ikut terlibat bersama-sama untuk mempercepat pemulihan ekonomi daerah, sehingga sektor UMKM Sumbar bisa kembali pulih dan berkembang meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (Heri Faisal)

Baca Juga

Presiden RI Prabowo Subianto resmi menandatangani PP Nomor 47 Tahun 2024 tentang Penghapusan Piutang Macet kepada UMKM dalam bidang Pertanian,
Muhammadiyah: Kebijakan Penghapusan Kredit Macet Jadi Angin Segar Bagi UMKM
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI terus memperkuat komitmennya dalam mendukung pertumbuhan ekonomi kerakyatan melalui akses
Hingga Akhir Triwulan III 2024, BRI Berhasil Salurkan Kredit UMKM Rp1.105,70 Triliun
BRI Catatkan Kinerja Positif, Berhasil Cetak Laba Bersih Rp45,36 Triliun
BRI Catatkan Kinerja Positif, Berhasil Cetak Laba Bersih Rp45,36 Triliun
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI bakal kembali menggelar BRI UMKM EXPO (RT) 2025. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu
BRI UMKM EXPO(RT) 2025 Bakal Digelar, Dorong UMKM Indonesia ke Kancah Internasional
Sebanyak delapan pelaku UMKM yang mewakili Klaster Usaha binaan BRI dan Produk Unggulan Kawasan Perdesaan (Prukades) mengikuti Bazaar UMKM
8 Pelaku UMKM dari Klaster Usaha Binaan BRI dan Prukades Ikuti Bazaar UMKM BRILian
Pemko Padang dan PT Pegadaian Berkolaborasi Dukung UMKM Naik Kelas
Pemko Padang dan PT Pegadaian Berkolaborasi Dukung UMKM Naik Kelas