Kriteria pemimpin yang baik untuk Sumatera Barat adalah pemimpin yang bisa meningkatkan berbagai aspek-aspek kehidupan sosial ekonomi maayarakat, baik dari aspek sumber daya alam maupun aspek lainnya.
Sumatera Barat akan terpuruk, jika pemimpinnya selalu berorientasi pada kesejateraan kelompok dan golongan tertentu saja, serta dak begitu mempedulikan masyarakat Sumatera Barat secara keseluruhan.
Adapun aspek yang harus ada dalam diri pemimpin Sumatera Barat, adalah:
Aspek Moral
Moral merupakan dorongan yang datang dari dalam diri individu manusia yang akan membentuk pribadi tersebut bersikap dan bertindak, sesuai dengan keyakinan batin yang akan dipertanggungjawabkan pada Allah SWT.
Pemimpin yang mempunyai moral bagus dapat dilihat dari kesehariannya, seperti: akidah, tutur kata, tingkah laku, rasa ikhlas yang tinggi, sabar, dan hal-hal yang berhubungan dengan “bersih hati” yang tidak dibuat-buat atau ria. Sekarang banyak pemimpin yang ria dalam hal moral, dengan kata lain mempunyai kepribadian yang ganda, hal ini jelas akan menimbulkan kesalahan atau kegandaan dalam mengambil keputusan.
Keputusan yang lahir umumnya berorientasi pada kesejahteraan pribadi, keluarga, dan famili, serta kelompok dan golongan tertentu saja, sehingga masyarakat dibiarkan “maratok” dengan segala tetek bengek kesengsaraan.
Saat ini yang dibutuhkan oleh masyarakat Sumatera Barat adalah sosok pemimpin yang mempunyai moral yang mantap karena akan membentuk mental dan kebribadian yang merakyat, dari dan untuk rakyat, kepribadian yang mampu bersikap bijaksana dalam setiap pengambilan keputusan.
Kepribadian yang bermental pemimpin masyarakat secara utuh, tidak takut menegakan kebenaran dan berani memberantas kemaksiatan.
Pemimpin yang berpegang teguh pada kata dan perbuatan, menepati janji, karena janji yang dimungkiri akan rakusnya syahwat kekuasaan, akan mendatangkan pada kemudaratan pada masyarakat Sumatera Barat.
Aspek Intelektualitas dan Kompetensi.
Selain aspek moral, aspek yang cukup penting dimiliki oleh pemimpin di Sumatera Barat adalah aspek intelektualitas. Intelektual dalam menyikapi segala permasalahan masyarakat dan intelektual dalam menyelesaikan masalah tersebut.
Bukan intelektual dalam bidang matematika, intelektual dalam bidang biologi, intelektual dalam bidang pendidikan atau intelektual pada bidang-bidang lainnya, tapi intelektual dalam menciptakan kondisi masyarakat yang aman, makmur, dan sejahtera.
Selain itu pemimpin di Sumatera Barat harus intelektual dalam menyikapi segala permasalahan daerah, baik dari permasalahan sumberdaya alam maupun permasalahan sumberdaya manusia.
Ada pameo mengatakan, masyarakat di Sumatera Barat “taimpik mintak di ateh, takuruang mintak di lua”, hal ini jelas mengambarkan sebagian besar masyarakat di Sumatera Barat tidak tahan terhadap penderitaan dan penindasan, segala cara akan diambil untuk kesejahteraan mereka.
Pemimpin yang hanya intelektual di bidang pendidikan belum tentu intelektual dalam memimpin masyarakat, demikian pula pemimpin yang ahli dalam bidang pemerintahan belum tentu intelektual dalam memimpin masyarakat.
Jadi pemimpin bagaimana yang mampu untuk memimpin daerah ini? Pertanyaan sederhana yang perlu dijawab demi kesejahteraan masyarakat oleh kita sebagai bagian dari masyarakat Sumatera Barat.
Pemimpin yang baik itu adalah pemimpin yang benar-benar pemimpin, bukan pemimpin yang berkarakter penguasa atau pejabat. Sumatera Barat tidak butuh pejabat, apalagi penguasa, tapi Sumatera Barat butuh pemimpin yang bisa jadi pengayom masyarakat untuk maju dan berkembang dalam koridor Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemimpin di Sumatera Barat harus mempunyai kompetensi yang baik dalam pemerintahan maupun dalam hubungan sosial dengan masyarakat. Intelektual dalam meciptakan dan menempatkan suatu keputusan dalam kondisi dan situasi yang sesuai dengan kepentingan masyarakat dan pemerintahan.
Pemimpin yang intelektual memanfaatkan tenaga dan pikiran masyarakat untuk kemakmuran masyarakat, bukan pemimpin yang intelektual memanfaatkan harta masyarakat untuk kemakmuran pribadi, keluarga, dan golongan.
Pemimpin yang intelektual dalam memasyarakat dan intelektual serta disegani oleh atasan, bukan pemimpin yang hanya intelektual “memerintah” bawahan, intelektual dalam hal pengusuran, intelektual dalam pengambilan keputusan yang merugikan masyarakat, intelektual dalam memanfaatkan sumberdaya alam tanpa memperhatikan kelestarian alam, dan yang lebih naïf lagi intelektual dalam mengambil “hati” atasan.
Susah bukan? Mencari pemimpin yang diinginkan oleh masyarakat Sumatera Barat? Jadi kalau kita ingin mencalonkan diri jadi pemimpin sebaiknya “bercermin” dulu, siapa saya sebenarnya? Sudah intelektual dan berkompetensikah saya dalam memimpin di Sumatera Barat?.
Selain itu, intelektual dan kompetensi yang diharapkan oleh masyarakat itu dapat dilihat dari individu calon, individu yang telah pernah menjabat jabatan yang lebih rendah dari gubernur, bukan individu yang belum pernah menjabat.
Amerika sukses karena mempunyai presiden yang dulunya adalah kepala negara bagian di sana. Individu ini sudah sangat intelektual memerintah, mengelola, dan menciptakan kondisi masyarakat aman dan makmur, dan system inilah yang sangat kita harapkan demi kemajuan pembangunan yang berkesinambungan di Sumatera Barat.
Loyalitas Jabatan
Loyalitas berarti kesetiaan terhadap jabatan, setiap yang namanya jabatan dalam Sistem Pemerintahan di Negara Kesatuan Republik Indonesia harus berdasarkan Pancasila, UUD 1945, dan Undang-Undang. Seorang presiden RI akan loyal pada jabatan kalau dia adalah anak bangsa Indonesia, seandainya presiden RI adalah anak bangsa Inggris, niscaya loyal pada jabatan tidak akan dapat dilaksanakannya.
Gubernur merupakan kepala daerah untuk Sumatera Barat, sebaiknya yang akan menjadi pemimpin di Sumatera Barat adalah putra daerah yang lahir, tumbuh, dan berkembang di dalam Sumatera Barat. Bukan putra daerah yang entah lahir atau entah hanya orang tuanya yang orang Sumatera Barat, besar diluar Sumatera Barat, yang selama ini memberikan sumbangan tenaga, pikiran, dan material untuk daerah lain, tanpa tahu dan tidak mau tahu “parasaian masyarakat Sumatera Barat”, bahkan kadang lebih mengerti bahasa negeri lain daripada bahasa daerahnya sendiri,bagaimana mangkin dia bisa mengerti bahasa hati masayarakat sumaterabarat.
Orang seperti inikah yang yang sekarang ingin jadi pemimpin di Sumatera Barat? Betulkah orientasinya untuk membangun SumateraBarat? Ataukah hanya sebagai batu loncatan atau upaya untuk mencari keuntungan lebih? Lalu apakah individu ini dikenal masyarakat Sumatera Barat?, jelas jawabannya adalah “tidak”. Kalau tidak kenal, apakah rasa sayang masyarakat bisa tumbuh?, sekali lagi “tidak”. Kalau tidak dikenal dan tidak disayang oleh masyarakat apakah masyarakat akan mendukung individu ini dalam memimpin mereka? Tidak juga dong!
Makanya kita sebagai masyarakat Sumatera Barat harus sangat hati-hati sekali dalam memilih pemimpin, jangan hanya karena uang kita terpaksa jual harga diri kita sebagai masyarakat yang beradab dan beretika. Kenapa demikian, bisa jadi individu ini akan mengambil hati masyarakat dengan uang yang “seTronton” yang telah disiapkan untuk dibagikan kepada masyarakat secara terang-terangan atau berkedok bantuan atau sumbangan terselubung dengan harapan agar masyarakat mau memilihnya menjadi pemimpin.
Masyarakat sangat mendambakan figur pemimpin yang lahir, besar, dan berkembang dalam daerah Sumatera Barat, sebab pemimpin ini umumnya mempunyai loyalitas yang tinggi pada masyarakat akibat mengerti “keluh kesah” masyarakat selama ini, pemimpin yang sangat familiar yang bisa “Saiyo Satido, nan saciok bak ayam, nan sadanciang bak basi” dengan masyarakat, dan dekat dengan berbagai persoalan masyarakat dan bersedia membantu masyarakat baik dari segi pikiran, tenaga, dan material.
* Dedi Hermon (Peneliti Sosial dan Aspirasi Masyarakat Kecil-PSAM, Sumatera Barat)