Langgam.id - Poltracking Indonesia merilis elektabilias calon gubernur dan wakil gubernur Pilkada Sumatera Barat 2020 (3/10). Pasangan Mulyadi-Ali Mukhni unggul dengan elektabilitas 49,5 persen. Sedangan, posisi kedua pasangan calon Nasrul Abit-Indra Catri dengan 21,3 persen.
Kemudian Mahyeldi-Audy Joinaldy 17,1 persen dan posisi terakhir Fakhrizal-Genius Umar (6,2) persen.
Dari hasil survei Poltracking, saya melihat tiga hal menarik keunggulan Mulyadi-Ali Mukhni dibandingkan 3 pasang calon gubernur dan wakil gubernur lainnya. Pertama, elektabilitas calon gubernur dan wakil gubernur, kedua, populeritas dan akseptabilitas, dan ketiga, alasan memilih calon gubernur dan wakil gubernur.
Pertama, elektabilitas calon gubernur dan wakil gubernur. Dari empat calon gubernur elektabilitas Mulyadi 49,7 persen, Nasrul Abit, 21,0 persen, Mahyeldi, 17,0 persen, dan Fakhrizal 5,8 persen.
Sedangkan elektabilitas calon wakil gubernur: 47,1 persen, Indra Catri, 19,2 persen, Audy Joinaldy 14, 4 persen, dan genius umar 14,4 persen.
Temuan ini menjelaskan pasangan Mulyadi dan Ali Mukhni unggul elektabilitasnya dibandingkan 3 pasang calon gubernur lainnya secara personal. Elektabilitas Mulyadi paling tinggi dari tiga calon gubernur lainnya, begitu juga dengan Ali Mukhni yang elektabilitasnya tidak tersaingi oleh tiga calon wakil gubernur lainnya.
Apakah populeritas dan akseptabilitas masing-masing calon gubernur dan wakil gubernur ini belum mendukung terhadap elektabilitas pasangan calon?.
Ketidakseimbangan elektabilitas calon gubernur dan wakil gubernur penyebab kalau tiga pasangan calon lainnya belum memberikan dampak terhadap elektabilitas.
Kedua, terkait populeritas dan akseptabilitas. Nasrul Abit dikenal: 85 persen dan disukai 64, 5 persen, Mulyadi dikenal 82,5 persen dan disukai 71,4 persen. Mahyeldi dikenal 81,3 persen dan disukai 51,9 persen, sedangkan Ali Mukhni dikenal 62 persen dan disukai 56,0 persen.
Temuannya, Nasrul Abit lebih populer dibandingkan calon gubernur dan wakil gubernur lainnya. Tetapi, masyarakat lebih menyukai Mulyadi dibandingkan Nasrul Abit.
Posisi ketiga diperoleh oleh Mahyeldi. Sedangkan nomor urut empat Ali Mukhni paling dikenal dan disukai adalah Ali Mukhni. Selanjutnya, disusul dengan Fakhrizal, Indra Catri, Audy Joenaldy, dan Genius Umar.
Tingginya tingkat populeritas dan akseptabilitas Ali Mukhni dibandingkan calon gubernur Fakhrizal dan tiga calon wakil gubernur lainnya. Modal besar bagi pasangan Mulyadi-Ali Mukhni unggul dibandingkan pasangan lainnya.
Posisi Mulyadi sebagai calon gubernur dan Ali Mukhni sebagai wakil gubernur
Selanjutnya, ketiga, terkait alasan memilih calon gubernur dan wakil gubernur. Masyarakat memilih figur calon gubernur/wakil gubernur secara personal (pribadi) sekitar 64,7 persen, dengan alasan partai politik pengusungnya 13,1 persen, faktor figur tokoh partai/pimpinan partai, 11,3 persen.
Artinya, temuan ini menunjukkan faktor personal masih menjadi alasan masyarakat memilih calon gubernur dan wakil gubernur. Setelah itu, baru disebabkan oleh partai pengusung dan pimpinan partai politik.
Alasan masyarakat memilih calon dengan figur ketokohan pribadi berada di presentasi tertinggi. Bukti kalau masyarakat masih menomor satukan “tokoh” dibandingkan pilihan terhadap partai politik dan pimpinan partai politik.
Apakah ini dampak yang didapatkan oleh Mulyadi yang terpilih sebagai anggota DPR-RI (3 periode) dengan suara tertinggi pada pemilu 2014 dan 2019? Sehingga ketokohannya mengiringi populeritasnya wakil gubernur petahana, atau ada faktor lain.
Namun, dengan diusung oleh Partai Demokrat dan PAN pasangan Mulyadi-Ali Mukhni juga tidak dirugikan dengan alasan tersebut. Selain itu, Mulyadi yang juga Ketua DPW Partai Demokrat dan Ali Mukhni Ketua DPW PAN Sumatera Barat.
Dari tiga alasan tersebut poin yang menguntungkan tetap berpihak ke Mulyadi-Ali Mukhni.
Apakah dengan merujuk terhadap hasil survei Poltracking ini Pilgub Sumbar sudah selesai sebelum 9 Desember 2020?. Mulyadi-Ali Mukhni sedang ditunggu hamparan “karpet merah” menuju rumah bagonjong.
Tulisan ini tentu tidak ingin “menggiring opini” terhadap hasil survei dari Poltracking. Namun, survei ini tentu menjadikan alasan pendapat ini dikelurkan. Jika ada survei pembanding tentu perlu membantah tulisan ini terutama soal tiga faktor menarik yang penulis ulas diatas.
Dari empat pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Apakah pasangan Mulyadi-Ali Mukhni yang paling siap menghadapi pilgub Sumbar 2020?: (1) siap secara ketokohan yang saling mendukung terhadap populeritas, akseptabilitas, dan elekatabilitas, (2) tim yang memenangkanya dilapangan dan diudara, dan (3) narasi yang dijalankannya untuk meyakinkan publik dan ketika terpilih nanti sebagai calon gubernur dan wakil gubernur.
Poin-poin ini perlu dilihat, sehingga jadi pembanding dengan calon-calon yang lain.
Survei Poltracking ini salah satu yang menjadi rujukan konstelasi politik Pilgub Sumbar yang tinggal lebih kurang satu bulan lagi.
Jika ada yang tidak terima dengan hasil survei Poltracking, sebaiknya merilis hasil surveinya ke publik. Survei dibalas dengan survei. Data dibalas dengan data. Tentu tidak fair, hasil survei dibalas dengan opini atau meragukan kredibilitas lembaga lain.
Publik perlu diberikan informasi yang jelas sumbernya, bukan karena alasan ketidaksukaan.
Namun, jika terjadi perselisihan dan keraguan masing-masing lembaga survei. Langkah terbaiknya, melaporkan ke perkumpulan lembaga survei seperti Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia (Persepi). Disinilah dengan mudah melihat kredibilitas lembaga survei terdaftar atau tidak.
Singkat kata. Jauhnya jarak elektabilitas Mulyadi-Ali Mukhni dengan pasanganan lainnya. Tidak salah, kalau Mulyadi-Ali Mukhni dengan mudah memenangkan Pilgub Sumbar 2020.
Hasil survei yang dirilis oleh Poltracking Indonesia tentu membuat pasangan lain berkeringat sebelum hari pemilihan.
*Analis Politik