Gempa Beruntun Mentawai, Sinyal Megathrust?

Gempa Beruntun Mentawai, Sinyal Megathrust?

Peta gempa di Indonesia yang bersumber dari megathrust. (Sumber: bnpb.go.id)

Langgam.id - Zona subduksi lempeng Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Senin (19/10), menyembulkan energi, mengguncang Mentawai, hingga terasa di daratan Pulau Sumatra. Tiga kali beruntun dengan magnitudo (M) sekitar 5.

Sifatnya pun dangkal, sehingga kecemasan akan aktifnya megathrust wajar saja terjadi. Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono  pun tak menampiknya.

"(Apakah ini mengindikasikan megathrust itu semakin dekat?) Cukup aktif," ujar Rahmat, saat dihubungi.

Rilis yang disebar BMKG, pagi buta, sekira pukul 05.48.51 WIB wilayah Samudera Hindia Pantai Barat Sumatra diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempabumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M=4,9. Episenter gempabumi terletak pada koordinat 3,34 LS dan 100,26 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 38 km arah Barat Daya Pulau Pagai Selatan, Sumatera Barat pada kedalaman 21 km.

Lalu dalam waktu 16 menit di kala siang, 2 gempa tektonik dengan kekuatan masing-masing M5,8 pada pukul 14.31 WIB dan M5,7 pada pukul 14.47 WIB, mengguncang Pagai Selatan, Mentawai. Guncangannya pun dirasakan sebagian warga di Padang, yang terpisah oleh Selat Mentawai, lebih dari 200 km.

Hasil analisis BMKG menunjukkan gempabumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M=5,6 dan M=5,7. Episenter terletak pada koordinat 3,36 LS - 100,29 BT dan 3,31 LS – 100,40 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak sekitar 33 km arah Barat Daya Pulau Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, pada kedalaman 13 km dan 17 km.

Rahmat menjelaskan, dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas subduksi lempeng di Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai.

"Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempabumi ini memiliki mekanisme pergerakan naik ( thrust  fault )," katanya.

Gempa bumi ini dirasakan di daerah Padang, Painan, Mentawai, Mukomuko II-III MMI ( Getaran dirasakan nyata dalam rumah. Terasa getaran seakan akan truk berlalu ), Kota Bengkulu, Kepahiang, Bengkulu Utara I-II MMI ( Getaran dirasakan oleh beberapa orang, benda-benda ringan yang digantung bergoyang ).

"Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa bumi tersebut. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami," bilangnya.

Terkait gempa beruntun ini, pengamat kegempaan Sumatra Barat Ade Edward menyebut, gempa tersebut merupakan sisa-sisa energi segmen Pagai-Enggano yang pecah 2010 lalu (gempa-tsunami Pagai).

Berdasarkan publikasi sejumlah penelitian, sisi barat Sumatra Barat, menyimpan potensi tektonik yang dinilai mampu membangkitkan tsunami.

Barat Kepulauan Mentawai, ada megathrust di segmen Siberut, yang menjadi jalur lempeng Eurasia- Indo-Australia.

Pada sisi timur atau antara Pulau Sumatra (Sumbar daratan) dengan Kepulauan Mentawai, ada backthrust.

“Gempa dari Megathrust bisa mencapai M8,8, sementara gempa dari Backthrust Mentawai diperkirakan tak akan lebih dari M8 ,” jelas Ade Edward, pada suatu hari.

Dibanding ancaman megathrust, Ade berharap otoritas lebih manaruh perhatian potensi backthrust atau sesar naik dibagian belakang, karena mekanisme atau polanya nyaris sama dengan tsunami di Selat Sunda. Dengan kata lain, tsunami muncul tanpa didahului gempa.

Beberapa waktu lalu, peneliti dari LIPI, Danny Hilman Natawidjaja mengingatkan Pemprov Sumbar untuk tak lengah melakukan edukasi terkait bencana

Sejauh ini, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Barat Erman Rahman mengatakan, upaya mitigasi kongkrit terus dilakukan. Mitigasi bersifat struktural dan non struktural.

Sekitar sejuta jiwa warga Sumatra Barat rentan menjadi korban tsunami. Mereka berdomisili di kawasan pesisir 7 kabupaten dan kota yang dinilai rawan tsunami.

Erman merinci, enam daerah berada di sepanjang pesisir pantai Sumbar daratan, yakni Kabupaten Pesisir Selatan, Kota Padang, Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman, Agam, dan Kabupaten Pasaman Barat. Sisanya satu daerah lagi adalah Kepulauan Mentawai.

“Dalam hitungan kita,  ada sekitar 1 juta jiwa penduduk yang tinggal di kawasan sepanjang pantai pesisir ketujuh daerah itu,” tandasnya, beberapa waktu lalu. (Osh)

Baca Juga

BMKG mencatat terdapat 17 kali gempa bumi terjadi di Sumatra Barat (Sumbar) dan sekitarnya selama periode 11-17 April 2025. Pada periode
17 Gempa Terjadi di Sumbar Sepekan Terakhir, Dipicu Aktivitas Lempeng dan Sesar Sumatra
Sejumlah wilayah di Sumatra Barat (Sumbar) berpotensi diguyur hujan sedang hingga lebat pada Kamis-Jumat (27-28/3/2025).
Sejumlah Wilayah di Sumbar Berpotensi Diguyur Hujan Lebat Besok dan Lusa
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengimbau bagi masyarakat yang akan mudik untuk selalu memantau informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG.
BMKG Imbau Pemudik Pantau Informasi Cuaca Secara Berkala
BMKG mencatat sejumlah daerah di Sumatra Barat (Sumbar) berpotensi diguyur hujan lebat pada Jumat-Sabtu (7-8/3/2025). Hujan yang
Sejumlah Daerah di Sumbar Berpotensi Diguyur Hujan Besok dan Lusa
BMKG mencatat terdapat 12 kali gempa bumi di wilayah Sumatra Barat (Sumbar) dan sekitarnya selama periode 21-28 Februari 2025.
12 Gempa Bumi Terjadi di Sumbar Sepekan Terakhir
Sejumlah wilayah di Sumatra Barat (Sumbar) masih berpotensi diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pada Selasa-Rabu.
Sejumlah Wilayah di Sumbar Berpotensi Diguyur Hujan Besok dan Lusa