Langgam.id – Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat mencatat laju pertumbuhan ekonomi Sumbar pada awal tahun ini atau kuartal pertama hanya tumbuh sebesar 4,78 persen year on year (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tumbuh 4,71 persen.
Sukardi, Kepala BPS Sumbar menyebutkan angka pertumbuhan itu sedikit lebih baik dari periode yang sama tahun sebelumnya, namun turun 1,55 persen dibandingkan kuartal IV/2018.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Sumbar awal tahun ini dari sisi produksi atau pembentukan lapangan usaha didorong meningkatnya kinerja sektor jasa informasi dan komunikasi yang tumbuh 9,59 persen.
Selain itu, juga sektor kontruksi tumbuh 8,23 persen, dan sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh 7,95 persen.
“Tiga sektor ini yang tumbuh paling tinggi, tetapi porsinya terhadap PDRB Sumbar belum besar,” katanya, Senin (6/5/2019).
Jasa informasi dan komunikasi misalnya, baru berkontribusi 5,86 persen terhadap pembentukan ekonomi Sumbar. Begitu juga dengan sektor kontruksi baru 10,03 persen, dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 1,45 persen.
Sektor terbesar yang menjadi sumber ekonomi Sumbar masih di bidang pertanian 22,67 persen, perdagangan sebesar 15,27 persen, dan sektor transportasi dan pergudangan sebesar 12,59 persen.
Artinya, dengan rendahnya pertumbuhan sektor penopang utama perekonomian Sumbar itu, maka laju pertumbuhan ekonomi daerah itu juga tidak besar.
Sementara itu, dari sisi pengeluaran pertumbuhan ekonomi Sumbar di awal tahun ini, ditopang tingginya konsumsi lembaga non profit untuk melayani kebutuhan rumah tangga (LNPRT) yang tumbuh 14 persen.
Kemudian, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh tipis 4,73 persen, dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) atau pengeluaran untuk barang modal berumur panjang seperti rumah, jalan, jembatan, bandara, mesin produksi dan yang lainnya hanya tumbuh 4,63 persen.
Padahal, dua sektor itu konsumsi rumah tangga, PMTB, dan termasuk juga ekspor merupakan penopang pertumbuhan ekonomi Sumbar dari sisi pengeluaran. Kontribusinya terhadap ekonomi daerah itu masing-masing 53,95 persen, 30,31 persen, dan 9,35 persen.
Bahkan yang lebih parah, kinerja ekspor sepanjang awal tahun ini justru anjlok hingga 20,93 persen.
Terpisah, Bank Indonesia memperkirakan ekonomi Sumbar secara umum masih potensial tumbuh pada kisaran 5,1 persen hingga 5,5 persen tahun ini.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Wahyu Purnama A mengatakan BI memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi daerah itu bisa menyentuh angka 5,5 persen tahun ini.
“Perkiraan BI masih bisa tumbuh di kisaran 5,1 persen hingga 5,5 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan 2018 yang hanya 5,14 persen,” katanya.
Menurutnya, masih tingginya potensi pertumbuhan ekonomi Sumbar didorong meningkatnya anggaran pemerintah pusat dan daerah terkait belanja modal, yang akan menggerakkan komponen investasi dan belanja pemerintah.
Begitu juga dengan pelaksanaan pemilihan umum (Pemilu) 2019 yang akan meningkatkan belanja LNPRT yang kemudian diikuti meningkatnya konsumsi rumah tangga.
Selain itu, masifnya belanja pembangunan infrastruktur yang meningkat hingga 133 persen dibandingkan tahun lalu tentu juga akan berkontribusi mendorong laju pertumbuhan.
Termasuk meningkatnya upah minimum provinsi (UMP) dan naiknya gaji aparatur sipil negara (ASN) yang berkontribusi meningkatkan konsumsi.
Wahyu mengungkapkan sektor unggulan yang menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Sumbar tahun ini masih didominasi sektor pertanian sebesar 23 persen, diikuti sektor perdagangan 15 persen, transportasi dan pergudangan 13 persen, kontruksi 10 persen, dan industri pengolahan 9 persen.
Untuk diketahui, laju pertumbuhan ekonomi Sumbar sepanjang tahun lalu atau 2018 hanya berada pada level 5,14 persen atau terendah sejak 2009, dan cenderung mengalami perlambatan.
Bank Indonesia menyatakan melambatnya pertumbuhan itu disebabkan turunnya pertumbuhan investasi dan anjloknya kinerja ekspor. Penurunan dua komponen itu juga diikuti melemahnya komsumsi rumah tangga.
“Perlu ada upaya ekstra untuk meningkatkan investasi dan memperbaiki kinerja ekspor, sehingga pertumbuhan ekonomi kembali meningkat,” kata Wahyu.