Langgam.id - Laju pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat di kuartal II tahun ini mengalami kontraksi atau minus 4,91 persen. Penurunan terjadi di hampir seluruh lapangan usaha akibat wabah pandemi Covid-19.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar Pitono mengatakan setelah pada kuartal pertama masih mencatatkan pertumbuhan 3,92 persen, pada kuartal II ini ekonomi Sumbar justru berbalik tumbuh negatif menjadi 4,91 persen.
"Tidak hanya Sumbar, wabah Covid-19 dampaknya dirasakan di seluruh Indonesia, bahkan dunia. Secara nasional (ekonomi) kontraksinya 5,32 persen," katanya, Rabu (5/8/2020).
Baca Juga: Untuk Jangka Pendek, BI Sampaikan 7 Rekomendasi Pemulihan Ekonomi Sumbar
Menurutnya, Sumbar masih cukup baik karena lebih cepat menerapkan PSBB, sehingga sektor usaha yang mengalami penurunan memang yang terkait langsung dengan PSBB, yakni perdagangan, transportasi, dan akomodasi.
Harapannya, dengan mulai terkendalinya penyebaran Covid-19, maka pemulihan ekonomi di sektor usaha tersebut bisa berjalan lebih cepat.
Dari sisi produksi, Pitono merinci lapangan usaha sektor penyediaan akomodasi seperti hotel dan restoran mengalami penurunan paling besar yakni 33,24 persen, kemudian sektor transportasi dan pergudangan turun 29,37 persen, dan sektor pengadaan listrik dan gas turun 8,33 persen.
Baca Juga: Sektor Usaha Lesu, Ekonomi Sumbar Hanya Tumbu 3,92 Persen di Kuartal Pertama 2020
Disusul kemudian sektor pengadaan air turun 6,20 persen, jasa perusahaan turun 5,67 persen, kontruksi turun 5,21 persen, pertambangan dan penggalian turun 4,50 persen, administrasi pemerintahan turun 3,88 persen, dan perdagangan turun 3,32 persen.
Selain itu, ekonomi Sumbar masih tertolong dengan tumbuhnya sektor informasi dan telekomunikasi yang tumbuh 11,52 persen, jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 4,21 persen, jasa pendidikan 2,23 persen, real estate 2,13 persen, dan sektor pertanian 0,55 persen.
Adapun, struktur pembentukan produk domestik regional bruto (PDRB) Sumbar masih didominasi sektor pertanian yang mencapai 23,38 persen, perdagangan sebesar 15,83 persen, kontruksi 10,10 persen, transportasi dan pergudangan 9,18 persen, dan industri pengolahan 8,5 persen.
Baca Juga: Di Tengah Pandemi, Gubernur Optimis Ekonomi Sumbar Bisa Tumbuh 3 Persen
Menurutnya, sektor pertanian yang menjadi kontributor terbesar ekonomi Sumbar masih mampu meningkatkan produksi di tengah pandemi, sehingga ikut berkontribusi menahan laju pertumbuhan ekonomi yang negatif.
Produksi tanaman pangan yakni padi ikut meningkat dari kuartal sebelumnya, produk buah-buahan meningkat signifikan, peternakan meningkat didorong tingginya permintaan domestik. Hanya produksi kelapa sawit mengalami penurunan karena replanting atau penanaman kembali di sejumlah daerah.
Sedangkan dari sisi konsumsi, seluruh sektor mengalami penurunan. Mulai dari konsumsi rumah tangga turun 4,02 persen, investasi atau PMTB turun 4,36 persen, konsumsi pemerintah 10,84 persen, ekspor 16,27 persen, konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) turun 6,42 persen, dan impor turun 64 persen.
Sebelumnya, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno masih optimistis laju pertumbuhan ekonomi Sumbar masih bisa tumbuh 3 persen di akhir tahun meski dilanda wabah Covid-19.
“Dengan kondisi saat ini tentu (pertumbuhan ekonomi) turun. Tetapi kita optimis masih bisa tumbuh 3 persen di akhir tahun,” katanya.
Menurutnya, dampak Covid-19 terhadap ekonomi Sumbar tidak sebesar di Jawa yang didominasi sektor industri. Sumbar, menurutnya terbantu karena struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masih didominasi sektor pertanian yang tidak terlalu dalam dampaknya akibat wabah Covid-19.
“PDRB Sumbar dari pertanian tidak terlalu berpengaruh. Yang parah itu, sektor jasa, perdagangan, dan UMKM. Sektor ini yang betul-betul terpukul, sehingga diperlukan upaya pemulihan sesegera mungkin,” katanya kepada langgam.id, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, dengan mulai terkendalinya penanganan Covid-19 di Sumbar, pemda sudah mulai membuka sejumlah sektor usaha guna mempercepat pemulihan ekonomi.
Salah satunya, adalah sektor pariwisata yang sudah dibuka sejak 1 Juli lalu. Industri turunan di sektor pariwisata sudah mulai beroperasi, seperti perhotelan, restoran, dan usaha-usaha lainnya.
Irwan mengatakan pembukaan kembali aktivitas ekonomi daerah itu tetap mengikuti protokol kesehatan yang ketat guna memutus penyebaran Covid-19. (*/HF)