Langgam - Tradisi penyembelihan hewan kurban di di Silayang, Jorong IV Parik Parik Panjang, Nagari Lubukbasung, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam, cukup unik dan menarik. Hewan kurban yang akan disembelih, didandani dan diarak terlebih dahulu, seperti tradisi arak bako.
Proses kultural juga mengiringi hewan kurban hingga titik pembantaian. Dengan menjunjung jamba, masyarakat mengarak hewan kurban ke lokasi penyembelihan.
Isi jamba yang dibawa oleh peserta kurban antara lain, nasi kuning, lepat inti, bedak lengkap dengan cermin, sisir, kain, dan wewangian.
Sampai di lokasi penyembelihan, hewan kurban seperti sapi dan kambing diberi makan, didandani dan dipasangkan kain putih sebagai pakaian.
Baca Juga: Di Masa Pandemi, Semangat Berkurban Masyarakat Sumbar Dinilai Masih Tinggi
Imam Nagari Silayang, Darmansyah mengatakan perlakuan yang demikian terhadap hewan qurban yang disembelih sebagai pemaknaan dari bentuk kasih sayang Nabi Ibrahim kepada anaknya Nabi Ismail.
“Karena itu anak satu- satunya, tentu kasih sayang ibu dan bapak tercurah kepadanya. Untuk itulah diberi kasih sayang, dengan cara diberi pakaian, diberi bedak, dan disisir,” ujarnya, sebagaimana dicuplik dari amcnews.co.id, Sabtu (1/8).
Sementara itu, ninik mamak Silayang, Anto Dt. Basa mengatakan, tradisi tersebut sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam, yang hingga kini terus dipertahankan.
Dikatakan, hewan kurban seperti sapi dan kambing didandani langsung oleh peserta qurban. Hal tersebut bermaksud untuk menunjukan kesabaran, keikhlasan dan pengorbanan, agar hewan yang dikurbankan menjadi bersih.
Baca Juga: Pembantaian di Masjid Raya Sumbar: Sapi Presiden Jokowi Jinak, Jawi Gubernur ‘Manggaletang’
“Tradisi ini tetap dipertahankan, untuk mengingat kasih sayang, kesabaran dan keikhlasan nabi,” tuturnya.
Dikatakan, selesai pemotongan bagi yang berkurban disarankan melakukan shalat sunat dua rakaat.
“Hal demikian sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rezeki sepanjang tahun,” jelasnya.
Dalam tradisinya, setelah pemotongan hewan kurban dilakukan, juga dilangsungkan prosesi makan bersama.
“Makan bersama menyiratkan bentuk kebersamaan yang terjalin di antara masyarakat,” tukasnya. (Osh)