Langgam.id - Majalah Rolling Stone Indonesia Edisi 32, Bulan Desember 2007 memasukkan albumnya tahun 1964 jadi satu dari 150 album musik Indonesia terbaik sepanjang masa.
Album yang diproduksi Irama Records tersebut, berada di posisi 37. Judul album sama dengan nama penyanyinya: Oslan Husein. Ia adalah penyanyi, aktor dan juga komedian yang mewarnai dunia seni Indonesia pada era setelah perang kemerdekaan: 50 dan 60-an.
Masih dari majalah yang sama, salah satu lagu dalam albumnya bersama Orkes Teruna Ria pada 1959, dinobatkan di peringkat 11 dari 150 lagu Indonesia terbaik sepanjang masa. Lagu keroncong diberi sentuhan rock dengan gaya bernyanyi terpengaruh Elvis Presley, membuat lagu 'Bengawan Solo' ciptaan Gesang' populer pada masa itu.
Buku 'Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978' yang ditulis Sinematek Indonesia terbitan Yayasan Artis Film Sinematik Indonesia pada 1979 itu, menulis, Oslan Husein lahir di Padang pada 8 April 1931, atau tepat 88 tahun yang lalu dari hari ini, Senin (8/9/2019).
Masa kecil dan remaja Oslan dihabiskan di Padang. Menurut buku tersebut, Ia menamatkan SD (Daisan Kotogokumin Gakko) pada masa Jepang. Saat itu, Oslan mulai sadar dengan bakat vokalnya.
Oslan mengamen dan mengaji di sebuah pasar malam dan mendapatkan uang. Ia kemudian masih menyambung ke sekolah menengah pertama di Padang. Namun, sekolah menengah atas tak bisa ia selesaikan.
Oslan tak bisa belajar, tapi jadi ikut berjuang dengan menjadi tentara pelajar. "Tatkala menjadi anggota Tentara Pelajar di Masa Perang Kemerdekaan, Oslan menyanyi untuk menghibur dan membangkitkan semangat kawan-kawannya," tulis Sinematek Indonesia.
Perang usai, rantau menggodanya. Oslan berangkat ke Jakarta pada 1950. Usianya belum genap 20 saat dikenalkan oleh kawan lamanya Alwi kepada Orkes Kinantan. Bersama band inilah Oslan mulai mengarungi dunia musik yang mulai menggeliat di masa setelah perang saat itu.
Orkes Gumarang saat dipimpin Asbon Madjid sedang naik daun membawakan lagu-lagu Minang dengan aransemen baru ketika itu. Maka, lagu-lagu Minang seperti 'Laruik Sanjo', 'Baju Kuruang' dan 'Ayam Den Lapeh' menjadi populer ke seluruh Indonesia.
Oslan dengan Kinantan belum masuk ke sana. Mulai 1953, mereka membuat musik dan lagu untuk film. "Bersama band inilah Oslan mulai menyentuh dunia film sewaktu mereka menyanyikan lagu2 untuk film Harimau Tjampa," tulis Sinematek Indonesia.
Ada beberapa film yang diisi oleh Oslan, seperti 'Arini' (1955) dan 'Daerah Hilang' (1956). Namun, dunia rekaman juga memanggilnya. Saat itu, Elvis Presley dengan rock and roll mulai membawa pengaruh ke seluruh dunia.
Pelarangan musik ala barat yang disebut Bung Karno dengan musik 'ngak ngik ngok' membuat musisi harus kreatif, bila tak ingin bermasalah. Saat itulah, pada 1959, Oslan mendirikan Orkes Teruna Ria bersama Moes DS.
"Apa yang disebut "penggalian" itu, sebetulnya adalah cara yang tidak kehabisan akal dari anak- anak muda Elvismania untuk mengalihkan gaya Elvis Presley lewat lagu-lagu daerah: Betawi, Minang, Batak, Makasar, Ambon, dst. Yang pertama kali punya gagasan melakukan ini adalah Oslan Hussein lewat lagu Betawi Lenggang kangkung dan lagu kroncong Bengawan Solo; setelah itu diikuti oleh yang lain-lain," tulis Buku Ensiklopedia Musik (1992).
Lagu keroncong karya Gesang yang dibawakan dengan sentuhan tipis musik rock dan cara bernyanyi Elvis Presley, membuat 'Bengawan Solo' mencapai puncak popularitas.
Bila sebelum 1960, Oslan hanya mengisi musik dan lagu untuk film. Pada 1961, untuk pertama kali ia ikut bermain dalam film
"Dia baru muncul di layar putih dalam tahun 1961 lewat 'Detik Detik Berbahaja' sebagai pemeran pembantu bersama sobatnya Alwi, lalu 'Seribu Langkah' dan 'Kasih tak Sampai'," tulis Sinematek Indonesia.
Beberapa filmnya yang lain, Hadiah 2.000.000 (1962), Antara Timur Dan Barat (1963), Maut Mendjelang Magrib (1963), Operasi Hansip 13 (1965), Madju Tak Gentar (1965), Belaian Kasih (1966) dan Kini Kau Kembali (1966).
Setelah menyanyikan lagu 'Hari Lebaran' yang juga terkenal sampai hari ini, Oslan bersama Orkes Teruna Ria juga kemudian membawakan lagu-lagu Minang.
Beberapa lagu Minang yang mereka populerkan antara lain, 'Kampuang Nan Jauah di Mato', 'Lompong Sagu' dan 'Kambanglah Bungo Parauitan'. Lagu Minang juga dibawakan Oslan saat membuat album solo.
Album solo Oslan pada 1964 yang mendapat penghargaan Majalah Rolling Stone, digarap musiknya oleh musisi jazz Jack Lesmana. Ada tiga lagu Minang dalam album tersebut, yakni, 'Si Nandi-Nandi', 'Kok Untuang' dan 'Urang Lolong'.
Lagu-lagu ini berada dalam 150 terbaik yang pernah ada. Sementara, Lagu 'Ayam Den Lapeh' yang dibawakan Orkes Gumarang pada 1959, masuk kategori 150 lagu terbaik sepanjang masa, di peringkat ke-79.
Bersama Gumarang dengan vokalisnya Nurseha dan Orkes Kumbang Cari pimpinan Nuskan Syarif dengan vokalis Elly Kasim, Oslan membawa musik Minang ke pentas nasional dalam level kualitas yang pantas dikenang.
Namun, Oslan tak bisa berkarya lama. Ia kemudian sakit dan makin lama makin parah. Hingga kemudian, pada 16 Agustus 1972 ia meninggal dunia di RS Ancol dalam usia yang masih muda: 41 tahun.
Namun selama lebih kurang 20 tahun berkarya, tarikan vokalnya masih terasa mewarnai hingga kini, mewakili semangat zaman awal perkembangan musik Indonesia. (HM)