Langgam.id - Pertumbuhan ekonomi Sumatra Barat yang melambat di kuartal pertama dan kedua tahun ini diperkirakan bakal kembali rebound atau berbalik meningkat di kuartal ketiga menyusul perbaikan sejumlah indikator ekonomi, serta berjalannya proyek pembangunan jalan tol Padang-Sicincin.
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumatra Barat Wahyu Purnama A menilai pada kuartal ketiga ekonomi Sumbar akan lebih membaik terutama mulai kembali normalnya konsumsi rumah tangga sebagai penopang utama perekonomian Sumbar.
"Peningkatan konsumsi rumah tangga sejalan dengan normalisai permintaan pasca PSBB, juga kondisi investasi bakal meningkat seiring berjalannya proyek tol, ekspor juga diprediksi meningkat," katanya melalui siaran resmi Laporan Perekonomian Sumbar Mei 2020, yang dikutip Langgam.id, Sabtu (4/7/2020).
Dengan berjalannya proyek pembangunan tol di Sumbar yang selama ini sempat terhenti karena belum selesainya proses pembebasan lahan menjadi sinyal membaiknya iklim investasi di daerah itu. Dengan begitu, tentu akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di Sumbar.
BI memperkirakan ekonomi Sumbar di kuartal ketiga dari sisi lapangan usaha, didorong tumbuh positifnya sektor usaha perdagangan. Selain itu, membaiknya daya beli masyarakat dan adaptasi pelaku usaha perdagangan dalam menyikapi kondisi new normal akan mendorong naiknya kinerja lapangan usaha perdagangan.
Secara keseluruhan ekonomi Sumbar tahun ini diprediksi melambat atau hanya di kisaran 2 persen dari target sebelumnya mencapai 5,2 persen. Namun angka pertumbuhan ekonomi Sumbar diperkirakan masih di atas rerata pertumbuhan ekonomi nasional.
Adapun, terkait investasi, Pemprov Sumbar optimistis target investasi yang dipatok sebesar Rp4,5 triliun tahun ini bisa tercapai, meski tengah dihadang wabah virus corona alias Covid-19 yang ikut berdampak ke bidang investasi.
Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Sumbar Maswar Dedi mengatakan meski sulit, dirinya optimis target investasi tersebut bisa terpenuhi.
“Kami coba tawarkan peluang-peluang investasi yang sejalan dengan kondisi saat ini, misalnya di bidang kesehatan. Kami tawarkan investasi pengembangan industri kesehatan, seperti alkes, APD, dan lain-lain. Juga di bidang jasa kesehatannya, investasi pembangunan rumah sakit, juga yang lain,” katanya.
Menurutnya, dengan kondisi saat ini pemerintah daerah tidak bisa mengandalkan sektor – sektor lama saja untuk mendulang investasi, tetapi harus lebih kreatif mencari sektor baru yang bakal lebih produktif.
Ia menyebutkan beberapa sektor yang ditawarkan di Sumbar, selain di bidang kesehatan baik pengembangan industri kesehatan dan jasa kesehatan, juga e-commerce, peluang usaha jasa ekspedisi, dan usaha di bidang teknologi informasi.
Namun, untuk prioritas, Pemprov Sumbar bakal mengedepankan sektor kesehatan sebagai jualan utama, karena sesuai dengan kebutuhan saat ini dan kebutuhan tenaga kerjanya juga ada di Sumbar.
“Tentu juga mempertahankan investasi di bidang-bidang yang selama ini jadi unggulan di Sumbar. Seperti perhotelan yang sedang terpuruk, juga didorong adanya relaksasi, sehingga pemulihan sektor ini bisa berjalan dengan cepat,” bebernya.
Adapun, Pemprov Sumbar mencatat realisasi investasi tahun lalu, baik dari penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp5,38 triliun dari yang dipatok sebesar Rp4,3 triliun. (HF)