Langgam.id - Asosiasi Kapal Selancar Sumatra Barat (AKSSB) mendorong Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai meningkatkan promosi wisata selancar kepada wisatawan asing untuk meningkatkan minat mengunjungi daerah itu.
Ketua AKSSB Aim Zein menyebutkan selama tahun ini, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sudah pasti anjlok, sehingga tidak mungkin mengharapkan peningkatan kunjungan wisman.
"Tahun ini tidak mungkin (meningkatkan kunjungan). Sekarang momennya adalah memperbaiki kualitas pelayanan dan meningkatkan promosi. Harapan kami pemda bisa maksimalkan promosi, targetnya jangka panjang," katanya kepada Langgam.id, beberapa waktu lalu.
Adapun, tahun ini, Aim memperkirakan hanya sekitar 100 orang wisatawan peselancar dari mancanegara yang akan masuk ke Kabupaten Kepulauan Mentawai, akibat dampak Covid-19 yang menyebabkan dibatasinya penerbangan internasional.
“Perkiraan kami hanya sekitar 100 orang. Itu pun wisman yang stay (terjebak), karena tidak bisa pulang ke negaranya. Tahun lalu mencapai 8.000 orang,” kata Aim.
Aim mengakui dampak Covid-19 menyebabkan sebagian pelaku usaha wisata minat khusus kapal selancar mengalami kesulitan, bahkan ada yang gulur tikar.
“Benar-benar tidak ada pemasukan. Bahkan anggota kami sudah ada yang nyaris gulung tikar,” katanya.
Meski begitu, Aim mengharapkan sektor pariwisata segera pulih, sehingga aktivitas pariwisata, khususnya wisata selancar kembali bisa dilakukan, mengingat musim ombak di Mentawai hanya ada pada periode Maret – September.
Sebelumnya, ASKSB mulai mengaktifkan kembali kunjungan wisata selancar ke Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan menerapkan protokol kesehatan wisata selancar yang berbasis Covid-19.
Peresmian pembukaan kembali wisata selancar ke Mentawai ditandai dengan pelepasan kapal Swichfoot asal Australia dengan masa perjalanan wisata selama 12 hari.
“Kami mengaktifkan kembali kegiatan wisata selancar di Mentawai dengan menerapkan protokol kesehatan kapal selancar yang diadopsi dari Covid-19,” ujarnya.
Menurutnya, sebelum diberangkatkan ke lokasi surfing seluruh turis peselancar dan kru kapal diwajibkan mengikuti PCR tes terlebih dahulu. Dalam pelaksanaan tes ini AKS -SB bekerjasama dengan Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Pengambilan sampel, jelas Aim, dilakukan di atas kapal kepada seluruh penumpang dan anak buah kapal (ABK). Selama menunggu hasil test, ABK dan wisatawan mancanegara (wisman) dilarang turun dari kapal untuk meminimalisir kontak dengan orang lain.
Ditambahkannya, kapal hanya dapat diberangkatkan jika hasil sampel telah keluar dengan semua orang negatif Covid-19. Begitu juga, ketika Kapal telah berlayar ke Mentawai, seluruh wisman dilarang turun dari kapal dan berinteraksi dengan masyarakat setempat.
Juga sebaliknya, saat kapal dan wisman kembali ke Padang juga dilakukan proses yang sama, sehingga status kesehatan para wisman memang benar-benar terpantau.
“Sebenarnya kapal selancar sendiri sudah merupakan sebuah tempat yang terisolasi penuh, sehingga 100 persen aman, karena di laut tidak ada kontak dengan ‘covid carrier’ atau orang lain yang terinfeksi Covid-19,” ujarnya.
Meski demikian, untuk kenyamanan dan keamanan, kapal pengangkut peselancar asal luar negeri juga diperiksa dan dibersihkan oleh Tim Disinfektan Palang Merah Indonesia (PMI) Sumbar.
“Kapal disemprot dan dibersihkan dengan bahan disinfektan sebelum dan sesudah keberangkatan, sehingga kondisi kesehatan kapal juga terpelihara dari virus corona,” kata Aim.
Protokol wisata kapal selancar ini, jelas Aim, sebelumnya telah didiskusikan dengan stakeholders wisata selancar. Prinsip protokol wisata kapal selancar ini dirancang agar semua pihak merasakan manfaatnya dengan azas CSH (clean, safety, healthy – bersih, aman dan sehat).
Ia berharap dengan telah dibukanya kembali pariwisata selancar dengan mengikuti protokol new normal, maka roda ekonomi dapat berjalan kembali. Sebab wisata selancar di Mentawai, Sumatra Barat, sangat ditunggu oleh peselancar dunia. (HF)