Apakah Merantau Masih Relevan di Era Digital?

Langgam.id - Etnis Minangkabau yang mayoritas tinggal di Sumatra Barat (Sumbar) dikenal memiliki kebudayaan merantau sedari dulu. Merantau bagi orang Minang adalah jalan mengubah nasib. Namun apakah merantau masih relevan di era serba digital; dunia dan semua hal bisa terhubung cukup dari tempat masing-masing?

Tokoh Minang yang tumbuh besar di perantauan, Emil Salim menyebutkan, zaman sekarang merantau seharusnya menjadi sebuah sikap untuk mengembangkan ilmu pengetahuan demi kemajuan di berbagai bidang.

Ia mengatakan merantau tidak harus lagi secara fisik sebagaiman itu terjadi pada zaman dahulu. Kini,  merantau dapat dilakukan secara digital.

"Tahun ini dan ke depan hendaknya ada pola merantau lain, kata kuncinya adalah mencari ilmu, ada pola membangun yang baru," kata pria yang menduduki jabatan menteri terlama dalam sejarah Indonesia pada Open Teleconference Dialog Internasional "Budaya Merantau Masyarakat Minang Dulu, Sekarang dan Masa yang Akan Datang", yang diadakan secara virtual oleh Minang Diaspora Network-Global (MDN-G) Bidang Adat, Budaya dan Agama dan Universitas YARSI, Sabtu (30/5).

Menurut Emil, aman sekarang tidak perlu melakukan perjalan fisik yang jauh. Namun mencari ilmu dapat dilakukan secara teknologi digital untuk pembangunan ke depan. Lewat teknologi bisa membagikan ilmu dan pemikirian ke seluruh pelosok tanah air.

"Hendaknya pengertian merantau zaman sekarang adalah melakukan pengembangan teknologi, pikiran lewat digital. Banyak peluang untuk menggali ilmu di sana dari berbagai penjuru dunia," bilangnya.

Selain itu, Sumbar juga merupakan daerah yang dilewati garis katulisiwa. Sehingga dilalui matahari secara vertikal dan akibatnya banyak terdapat keanekaragaman hayati yang tinggi.

"Sehingga Sumbar memiliki sumber daya alam yang besar, sehingga perlu manusia berilmu agar bisa memberikan nilai tambah, menjadi obat, makanan, dan macam-macam," katanya.

Hal ini menurutnya belum banyak dikembangkan saat ini. Apalagi saat ini dunia banyak mencari obat, sehingga Sumbar bisa mengembangkannya asal memiliki ilmu pengetahuan.

Keunikan Sumbar tersebut harus dimanfaatkan untuk kemajuan ke depannya. Orang minang harus memiliki otak dan pikiran yang berilmu. Mencari ilmu zaman sekarang bisa dilakukan lewat teknologi.

"Maka merantau yang saya usulkan adalah mencari ilmu, bukan dengan fisik tetapi dengan teknologi digital untuk manfaatkan keunikan Sumbar," ujarnya.

Dengan begitu,merantau menjadi memiliki makna yang tidak sama dengan sebelumnya. Merantau harus disesuaikan dengan perkembangan zaman.

Kalau memakai pola lama ia mencontohkan kepada rumah makan Padang di berbagai daerah. Banyak rumah makan yang sulit berjalan akibat kemajuan teknologi, makanan saat ini bisa dipesan lewat online.

Menurutnya, anak muda zaman sekarang juga tidak bisa dipaksakan dengan pemikiran para orang tua. Mereka harus menyesuaikan dengan kondisi zaman sekarang. (Rahmadi/Osh)

Baca Juga

IKAPABASKO Kota Batam Periode 2024-2029 Resmi Dikukuhkan
IKAPABASKO Kota Batam Periode 2024-2029 Resmi Dikukuhkan
Peduli Bencana Tanah Datar, BM 3 Sumut Salurkan Bantuan dan Santunan
Peduli Bencana Tanah Datar, BM 3 Sumut Salurkan Bantuan dan Santunan
Kadisnakertrans Sumbar, Nizam Ul Muluk mengatakan bahwa saat ini perantau Minang tidak lagi didominasi oleh laki-laki, namun perempuan.
Kadisnakertrans Sumbar: 94 Persen Pekerja Migran Minang Adalah Perempuan
IKPS Riau Dirikan Posko Kemanusian Galang Bantuan ke Warga Terdampak Banjir dan Longsor di Pesisir Selatan
IKPS Riau Dirikan Posko Kemanusian Galang Bantuan ke Warga Terdampak Banjir dan Longsor di Pesisir Selatan
Nofel Nofiadri
Tafsir Ulang Keminangkabauan
Militer indonesia terkuat asean
3 Putra Minang Kini Pegang Pangdam