Langgam.id - Sejumlah sektor usaha di Sumatra Barat tercatat mengalami kontraksi atau penurunan pertumbuhan sepanjang kuartal pertama tahun ini, yang menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi Sumbar menjadi hanya 3,92 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar merilis ekonomi daerah itu di awal tahun ini mengalami kontraksi 2,62 persen dibandingkan tiga bulan sebelumnya, atau kuartal empat 2019. Saat itu, ekonomi Sumbar masih bisa tumbuh 4,85 persen.
"Angkanya (pertumbuhan kuartal I/2020) hanya 3,92 persen, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang masih tumbuh 4,85 persen, mengalami kontraksi pertumbuhan 2,62 persen," kata Kepala BPS Sumbar Pitono, Selasa (6/5/2020).
Ia memaparkan sejumlah sektor usaha mengalami penurunan didorong kebijakan bekerja dari rumah akibat pandemi Covid-19. Seperti sektor kontruksi turun 7,64 persen, industri pengolahan turun 6,39 persen, pertambangan dan penggalian turun 6,37 persen, penyediaan akomodasi dan makan minum turun 4,63 persen, dan sektor perdagangan besar eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor turun 4,55 persen.
Selain itu, juga sektor pengadaan listrik dan gas turun 4,18 persen, transportasi dan pergudangan turun 3,51 persen, jasa keuangan dan asuransi turun 3,51 persen, pengadaan air pengelolaan sampah limbah dan daur ulang turun 1,60 persen, dan sektor administrasi pemerintahan turun 0,64 persen.
Pitono menyebutkan sektor industri pengolahan misalnya, terkontraksi karena turunnya produksi cruid palm oil /CPO akibat lesunya permintaan global.
Dari sisi pengeluaran, imbuhnya, pengeluaran konsumsi pemerintah turun 47,20 persen, investasi turun 5,43 persen, konsumsi lembaga nonprofit yang melayani rumah tangga (LNPRT) turun 4,68 persen, ekspor turun 4,32 persen, dan konsumsi masyarakat juga terkoreksi 0,10 persen.
Rendahnya koreksi penurunan konsumsi rumah tangga ikut menahan penurunan laju ekonomi Sumbar. Sebab, konsumsi rumah tangga berkontribusi hingga 53,95 persen terhadap PDRB daerah itu. Disusul kemudian investasi 29,93 persen, dan konsumsi pemerintah 12,74 persen.
Struktur ekonomi Sumbar dari sisi lapangan usaha masih didominasi sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 22,17 persen, perdagangan besar eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 15,80 persen, dan transportasi dan pergudangan 12,60 persen.
Sebelumnya, Kepala Bank Indonesia Sumbar Wahyu Purnama A berpendapat pandemi Covid-19 juga akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi Sumbar.
Menurutnya, lebih cepat wabah corona berakhir, maka laju perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumbar bisa sedikit tertahan. Namun, jika wabah kian panjang, jelas akan terjadi penurunan yang dalam.
Ia memperkirakan jika pandemi Covid-19 mereda pada Juni dan Juli 2020, perkiraan pertumbuhan ekonomi Sumbar hanya di kisaran 2 persen, dari kondisi sebelumnya yang ditarget masih bisa tumbuh di kisaran 5,2 persen. “Angka 2 persen itu dengan asumsi Covid-19 mereda pada Juni dan Juli. Kalau berlanjut terus tentu akan membuat ekonomi Sumbar kian turun,” ungkapnya.
Menurutnya, hampir seluruh sektor usaha di Sumbar terdampak wabah tersebut. Terutama pariwisata yang menjadi andalan Sumbar. Lumpuhnya sektor ini juga memukul berbagai bidang lainnya karena saling terkait. Seperti perhotelan, restoran, transportasi, dan UMKM.
Apalagi dengan penerapan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kian melumpuhkan sektor usaha di daerah itu.
Ia berharap kondisi wabah Covid-19 di negeri ini tidak berlangsung lama dan bisa segera teratasi, sehingga pemulihan ekonomi bisa dilakukan lebih cepat.