Langgam.id – Mengantisipasi kelangkaan Hand Sanitizer di Kota Padang, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Sumatera Barat memproduksinya sendiri. Hand sanitizer yang diproduksi Walhi beraroma Serai.
Direktur Walhi Sumbar Uslaini menyebutkan, hand sanitizer yang diproduksi saat ini hanya untuk memenuhi kebutuhan staf serta masyarakat dampingan. Namun, juga tidak tertutup kemungkinan juga akan dibagi secara gratis bagi masyarakat yang membutuhkan.
Diceritakan Uslaini, adanya ide untuk membuat hand sanitizer karena upaya mencegah penyebaran Virus Corona, sebagai upaya membangun kebersihan dan kesipasiagaan supaya tidak tertular dan tidak menularkan kepada orang lain.
Walhi secara nasional, katanya, juga sudah menerbitkan surat edaran, itu langsung dari Direktur Eksekutif Nasional untuk meliburkan staf dalam kondisi rentan, misalnya, ia punya anak kecil dan usia di atas 50 tahun serta sedang sakit.
Lalu, bagi staf yang tidak masuk dalam kategori tersebut, tetap berkegiatan seperti biasa di kantor ataupun di kegiatan-kegiatan lain, kecuali di acara-acara yang melibatkan jumlah massa yang banyak.
Lalu, salah satu di surat edaran itu, kata Uslaini, di masing-masing sekretariat Walhi mesti menyediakan hand sanitizer yang bisa digunakan staf, relawan ataupun tamu yang datang.
“Staf kita sudah sudah berupaya mencari dan keliling Kota Padang untuk bisa mendapatkan hand sanitizer. Tapi, hand sanitizer di sejumlah apotek di Kota Padang kosong, cuma ada satu di daerah Tarandam. Namun, harganya terlalu mahal dan tidak jelas juga siapa yang memproduksi,” ujarnya di Padang, Selasa (17/3).
Tidak hanya itu, hand sanitizer itu juga tidak jelas apa kandungannya di dalam, hanya tertulis di bagian luar kemasan PHnya 2,5. “Itu berarti air yang sangat asam, ada kemungkinan air yang terlalu asam itu, jika kena kulit, itukan bisa terbakar (panas-red), karena itu air Asam Sulfat pekat,” jelasnya.
Beranjak dari itulah, kata Uslaini, Walhi Sumbar mencari tahu bagaiamana cara membuat hand sanitizer untuk kebutuhan internal dan kawan-kawan yang membutuhkan.
“Setelah mempelajari tutorialnya, kita mencari bahannya. Memang masih terkendala dengan jumlah bahan baku yang terbatas. Alkohol juga terbatas serta harganya sangat mahal di apotek-apotek di Kota Padang,” ucapnya.
Kalau terlalu banyak alkohol, kata Uslaini, juga tidak baik untuk tangan. “Karena itulah, Walhi berinisiatif untuk mencapurkannya dengan aloe vera, yaitu jel lidah buaya. Jadi itu bahan dasarnya,” jelas Uslaini.
Sementara, untuk pewangi, Walhi Sumbar menambahkan esensial oil, yaitu minyak serai. “Jadi, kita tambah minyak serai untuk pewangi. Kebetulan juga masyarakat dampingan Walhi ada yang memproduksi minyak serai. Jadi, wanginya itu wangi serai,” ucapnya.
Lalu, terkait biaya produksi dan berapa harga yang harus dijual, setelah dihitung-hitung, kata Uslaini, Walhi menetapkan harga jual per botol dengan kemasan 80 mililiter Rp45 ribu. “Itu sudah murah dari harga pasaran, di pasar saja, dengan takaran 100 mililiter harganya Rp100 ribu, itupun produknya tidak jelas,” katanya.
Sementara, terkait izin produksi, menurut Uslaini, Walhi Sumbar sengaja tidak mengurus izin apapun, karena itu dalam keadaan darurat. “Lagian, kita produksi ini diprioritaskan hanya untuk kebutuhan internal, masyarakat dampingan dan tamu yang datang ke sekretariat, bukan untuk komersil,” jelasnya.
Lebih lanjut, menurut Uslaini, jika ada masyarakat yang membutuhkan juga akan dibagikan. “Contohnya itu, Walhi Riau, mereka sudah kontak kita dan meminta untuk menyediakan hand sanitizer, itu akan mereka bagikan secara gratis untuk pedagang asongan dan kaki lima di sekitaran rumah sakit umum Pekanbaru,” kata Uslaini. (Zulfikar)