Ribuan Babi di Mentawai Mati karena Virus ASF

Virus Demam Babi Afrika

Ilustrasi Babi di Peternakan (Foto: Pixabay)

Langgam.id - Ribuan babi milik masyarakat di Pulau Sipora, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat (Sumbar) mati akibat wabah virus Demam Babi Afrika atau yang dikenal virus African Swine Fever (ASF). Peristiwa ini telah berlangsung sejak akhir Januari hingga Maret 2020.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Kepulauan Mentawai, Hatisama Hura mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun, lebih kurang 7.500 ekor babi yang telah mati. Setelah dilakukan pemeriksaan, hewan itu positif terserang virus ASF.

"Virus ini belum ada vaksinnya. Kami hanya bisa melakukan penyemprotan desinfektan. Hanya itu yang bisa kami lakukan sekarang," ujar Hatisama saat dihubungi Langgam.id via telepon, Selasa (10/3/2020).

Virus ASF bisa membunuh hewan babi dalam satu wilayah mencapai 100 persen. Sehingga, rata-rata babi di Pulau Sipora langsung mati secara mendadak.

Hatisama mengungkapkan, mayoritas masyarakat di Pulau Sipora beragama Kristen, beternak babi di pekarangan rumah. Minimal, satu keluarga memiliki lima hingga 20 ekor babi.

"Karena babi sudah menjadi bagian budaya juga, merupakan sumber pencarian ekonomi masyarakat sekarang. Karena daging babi di sini juga dimanfaatkan untuk syukuran dalam pesta adat," ungkapnya.

Dinas Peternakan Provinsi Sumbar, katanya, sudah datang ke Pulau Sipora seminggu yang lalu untuk membantu pencegahan wabah Demam Babi Afrika. Dipastikan, virus ini tidak berdampak terhadap manusia.

Pasca-wabah virus ini, rata-rata masyarakat di Pulau Sipora yang ternaknya mati telah langsung dikuburkan atau dibakar. Upaya itu dilakukan agar penyebaran virus tersebut bisa diminimalisir.

Dikatakan Hatisama, pihaknya juga telah menerbitkan surat edaran terkait adanya virus tersebut.

"Kami sudah menyebar surat edaran, langsung ditandatangani oleh Pak Bupat. Surat edaran itu berisikan imbauan kepada masyarakat agar tidak mengirim babi ke luar Pulau Sipora, agar virus ini tidak menyebar ke pulau lain," ucapnya.

Akibat wabah virus tersebut, daging babi di Pulau Sipora menjadi langka. Daging babi di pasaran saat ini mencapai harga Rp70 ribu per kilogram. Harga ini bisa naik secara signifikan ketika adanya pesta adat dan syukuran.

"Kita lihat dampak terhadap kenaikan harga tidak bisa langsung. Biasanya, ketika ada pesta dan syukuran. Di sini rata-rata babi lokal dan ada juga babi varietas dari Kepulauan Nias," katanya. (Irwanda/ZE)

Tag:

Baca Juga

KAI Divre II Sumbar Amankan Pelaku Percobaan Pencurian Rel Gongsol
KAI Divre II Sumbar Amankan Pelaku Percobaan Pencurian Rel Gongsol
KPU Agam Serahkan SK Penetapan Bupati dan Wakil Bupati Terpilih ke DPRD
KPU Agam Serahkan SK Penetapan Bupati dan Wakil Bupati Terpilih ke DPRD
5 Kompetensi Wajib Lulusan Akper untuk Raih Sukses di Era Digital
5 Kompetensi Wajib Lulusan Akper untuk Raih Sukses di Era Digital
Bank Nagari Cabang Pembantu Tarusan Resmi Naik Status, Kini Bisa Salurkan Kredit
Bank Nagari Cabang Pembantu Tarusan Resmi Naik Status, Kini Bisa Salurkan Kredit
Universitas Andalas (UNAND) membuka dua program studi (prodi) baru untuk pengembangan potensi masa depan. Dilansir
UNAND Buka 2 Prodi Baru, S1 Statistika dan Data Science serta S3 Linguistik
BMKG merilis prakiraan cuaca siaga potensi hujan, dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang di sejumlah kabupaten dan kota
Sejumlah Daerah di Sumbar Berpotensi Diguyur Hujan Besok, Mana Saja?