BI Sumbar Dorong Pemda Bentuk Tim Teknis Pengendalian Inflasi

ekonomi mudik

Kepala BI Sumbar Wahyu Purnama A (Foto: Heri Faisal/Langgam.id)

Langgam.id – Bank Indonesia mendorong pemerintah daerah membentuk tim teknis guna menyusun karakteristik inflasi bulanan dan menyiapkan upaya pengendaliannya. Langkah itu penting untuk membuat laju inflasi lebih terkendali.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Barat Wahyu Purnama A menyebutkan perlu langkah-langkah strategis untuk penanganan inflasi lebih lanjut.

“Ada beberapa upaya yang perlu didorong, pertama membentuk tim teknis yang menyusun karakteristik inflasi tiap bulan dan upaya pengendaliannya,” kata Wahyu, melalui siaran pers yang diterima langgam.id, Selasa (3/3/2020).

Langkah berikutnya, adalah mengoptimalkan fungsi Toko Tani Indonesia Center (TTIC) dan mereplika program itu di seluruh kabupaten/kota sehingga distribusi komoditas dapat menjangkau seluruh daerah.

Kemudian, peningkatan kerjasama antar daerah terutama kerjasama antar pemerintah daerah untuk menjaga kestabilan pasokan dan kelancaran distribusi sehingga harga lebih terkendali.

Lalu, penguatan database informasi terkait pasokan komoditas di berbagai wilayah produksi Sumbar. Database ini, imbuhnya, dapat digunakan sebagai sumber informasi untuk distribusi pasokan agar pasokan komoditas dapat disalurkan sesuai kebutuhan.

Terakhir, peningkatan koordinasi seluruh anggota Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk mempersiapkan kebutuhan pasokan bahan makanan dan kebutuhan masyarakat lainnya, terutama menjelang event besar seperti Ramadan dan Lebaran.

Adapun, BI mencatat per Februari tahun ini, Sumbar mengalami deflasi sebesar 0,20 persen atau turun dari bulan Januari lalu yang mengalami inflasi 0,60 persen.

Deflasi Sumbar ini paling dominan ditopang kelompok transportasi sebesar 1,91 pesen. Penurunan itu disebabkan turunnya harga tarif angkutan udara dan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM).

Kemudian, dari kelompok makanan minuman dan tembakau mengalami deflasi 0,12 persen didorong penurunan harga berbagai komoditas bahan makanan.

Hanya bawang putih dan cabai merah yang masih mengalami inflasi masing-masing 0,07 persen dan 0,06 persen. Hal itu didorong pembatasan impor bawang putih dari Tiongkok menyusul merebaknya virus corona. Sedangkan cabai merah dipengaruhi faktor cuaca yang tidak bersahabat, sehingga mengganggu produksi.

Secara tahunan, inflasi Sumbar per Februari 2020 sebesar 2,28 persen year on year (yoy) atau menurun dibandingkan Januari sebesar 2,36 persen. Namun, lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi Februari 2019 lalu sebesar 1,95 persen.

Nilai inflasi tahunan ini juga tercatat lebih rendah dari realisasi inflasi nasional sebesar 2,98 persen dan realisasi inflasi wilayah Sumatra secara keseluruhan sebesar 2,45 persen.

Untuk inflasi tahun berjalan atau year to date (ytd) dari Januari-Februari 2020, inflasi daerah itu tercatat 0,40 persen atau turun dibandingkan Januari yang sebesar 0,60 persen.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar mencatatkan penurunan sejumlah harga komoditas pokok mendorong terjadinya deflasi atau penurunan harga di Kota Padang per Februari 2020 sebesar 0,29 persen.

Kepala BPS Sumbar Pitono menyebutkan Sumbar kembali mengikuti tren deflasi seperti tahun sebelumnya, menyusul adanya penurunan harga tarif angkutan udara, BBM jenis pertamax, jengkol, ikan tongkol, dan bawang merah di awal tahun ini.

“Per Februari tahun ini (Kota Padang) deflasi 0,29 persen, mengikuti tren tahun lalu yang juga mengalami deflasi lebih besar 0,44 persen,” katanya, Senin (2/3/2020).

Menurutnya, penurunan harga-harga tersebut merupakan titik balik dari kenaikan yang terjadi sebelumnya sejak penghujung tahun menyambut momen Natal dan Tahun Baru.

Jadi, imbuh Pitono, di awal tahun memang ada kecenderungan terjadi deflasi harga karena permintaan yang juga rendah. Tren inflasi tinggi terjadi saat memasuki Ramadan dan Lebaran, serta saat Natal dan Tahun Baru.

Meski Kota Padang mengalami deflasi, tetapi Kota Bukittinggi yang juga menjadi barometer ekonomi Sumatra Barat justru tetap mengalami inflasi, yakni sebesar 0,46 persen.

Inflasi tersebut didorong masih naiknya harga kebutuhan pokok seperti bawang putih, cabai merah, buku pelajaran, emas perhiasan, tomat, rokok putih, kentang, dan kangkung.

Adapun, inflasi kalender kedua kota sejak Januari lalu, yaitu 0,36 persen di Kota Padang dan 0,70 persen di Bukittinggi. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, maka inflasi Padang tercatat sebesar 2,21 persen dan Bukittinggi 2,76 persen.

Baca Juga

PAD Padang Jelang Tutup Tahun Masih Jauh di Bawah Ekspektasi
PAD Padang Jelang Tutup Tahun Masih Jauh di Bawah Ekspektasi
Capacity Building Wartawan BI Sumbar, Manfaatkan Teknologi untuk Penyebaran Informasi
Capacity Building Wartawan BI Sumbar, Manfaatkan Teknologi untuk Penyebaran Informasi
Jaga Pertumbuhan Ekonomi, BI Dorong Pemda Optimalkan Sektor Pertanian
Jaga Pertumbuhan Ekonomi, BI Dorong Pemda Optimalkan Sektor Pertanian
BI Resmikan Stakeholder Room Fasilitasi Koordinasi dengan Mitra Kerja
BI Resmikan Stakeholder Room Fasilitasi Koordinasi dengan Mitra Kerja
Pohon Enau, Peluang Ekonomi Baru di Sumatera Barat
Pohon Enau, Peluang Ekonomi Baru di Sumatera Barat
Memperingati Hari Bumi, WALHI dan Ford Foundation Dorong Ekonomi Nusantara untuk Pulihkan Indonesia
Memperingati Hari Bumi, WALHI dan Ford Foundation Dorong Ekonomi Nusantara untuk Pulihkan Indonesia